Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS GAJAYANA
MALANG

Nama : Andi Setiawan


NIM : 21120006
Prodi : Manajemen

Tugas Manajemen Keuangan Internasional

Peranan Pajak Dan Nilai Mata Uang Suatu Negara Dalam


Perdagangan Internasional

Selain menjadi salah satu sumber penerimaan suatu negara, pajak perdagangan
internasional bisa menjadi alat pemerintah untuk mengatur volume ekspor dan impor sehingga
berdampak terhadap kinerja neraca perdagangan
Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang berasal dari bea
masuk dan pajak atau pungutan atas ekspor. Struktur pendapatan negara hingga saat ini masih
didominasi oleh penerimaan perpajakan, terutama penerimaan pajak dalam negeri dari sector
nonmigas. Pendapatan Perpajakan Perdagangan Internasional adalah semua penerimaan negara
yang berasal dari pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar. Dalam UU Nomor 23
Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

A. Metode Perhitungan Perdagangan Internasional


 Metode Keunggulan Mutlak
Dengan metode perhitungan ini, keuntungan hanya dapat dicapai apabila biaya produksi
dan harga lebih murah dibanding dengan negara lain. Apabila metode ini dapat dicapai,
negara tersebut akan mengungguli kompetisi perniagaan internasional. Contoh
sederhananya adalah Indonesia mampu memproduksi kain dengan biaya produksi lebih
murah disbanding negara lain.
 Metode Keunggulan Komparatif
Metode keunggulan komparatif adalah, tidak ada negara satupun yang dapat
mendominasi perniagaan secara absolut. Penyebab utamanya adalah Sumber Daya Alam
(SDA) antar negara berbeda. Berarti, semua negara di dunia dapat menguasai
perdagangan. Keuntungan perdagangan dapat disebar secara merata ke seluruh negara.
Misalnya, Indonesia merupakan negara penghasil kain terbaik yang menguasai
perdagangan RI dan Belanda. Akan tetapi, pada perdagangan lemari pendingin, Belanda
mengungguli Indonesia. Keadaan inilah mendatangkan keuntungan dari keunggulan
komparatif.

B. Ekspor dan Impor dalam Perdagangan Internasional


Kegiatan perdagangan internasional tak lepas dari kegiatan ekspor dan impor barang,
sedangkan kegiatan ekspor dan impor barang ini tentu akan dikenai tarif oleh pemerintah.
Tarif merupakan pajak ekspor atau impor yang dikenakan oleh suatu negara terhadap
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAYANA
MALANG

produk ekspor atau impor yang berasal dari negara lain yang dibawa ke dalam atau ke
luar daerah pabean.

Kegiatan memasukkan (impor) atau mengeluarkan (ekspor) barang dari dan atau ke luar
negeri yang dikenakan terhadap suatu jenis barang atau transaksi keuangan tertentu yang
tidak bersifat individual (subjektif). Sehingga terjadi impor barang tertentu yang
termasuk dalam kategori barang kena cukai dari luar negeri. Selain itu, impor juga
dikenakan bea masuk dan juga dikenakan cukai. Sebaliknya, untuk produk dalam negeri
yang dikenakan cukai apabila diekspor atau dikirim ke luar negeri dapat dimintakan
pengembalian cukainya.
C. Tarif Pajak Bea Masuk (Pajak Impor)
Bea masuk atau pajak barang impor yaitu pajak yang dipungut atas barang yang masuk
ke suatu negara. Besarnya tarif pajak maksimum yang ditetapkan sebagai dasar
perhitungan bea masuk yaitu 0% dan tarif pajak tertinggi 40%. Ketentuan besaran tarif,
yaitu:
 0%-5% = Pembebasan bea masuk dan keringanan bea masuk antara 0% sampai dengan
5%. Tarif ini dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok strategis seperti gula, beras,
mesin-mesin dan alat-alat pertahanan.
 5%-20% = Tarif sedang antara 5% sampai dengan 20%, dikenakan untuk bahan setengah
jadi dan barang-barang lainnya di mana produksi dalam negeri sudah mencukupi
 >20% = Tarif tinggi di atas 20% dikenakan untuk barang mewah dan barang-barang
lainnya yang sudah diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.

D. Pajak Menjadi Basis Pertumbuhan Ekonomi Negara


Neraca perdagangan menjadi salah satu indikator penting dalam mengukur perekonomian
negara. Neraca perdagangan didapat dari hasil selisih nilai ekspor dikurangi nilai impor
barang dan jasa. Hasil tersebut dapat menunjukkan bagaimana kegiatan perniagaan bagi
perdagangan dunia. Neraca perdagangan surplus mengindikasikan kekayaan negara
meningkat dan sekaligus menguatkan nilai tukar mata uang di negara tersebut.
Sebaliknya, neraca perdagangan defisit mengindikasikan kekayaan negara menurun dan
berimbas pelemahan nilai tukar mata uang di negara tersebut.
Dengan demikian, dalam rangka menjaga keseimbangan neraca perdagangan, pengenaan
tarif PPh terhadap beberapa komoditas impor ditetapkan. Kebijakan ini diterapkan
dengan berhati-hati untuk menjaga iklim investasi. Pajak digunakan sebagai alat
kebijakan agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik. Hal ini dilakukan untuk
menjaga stabilitas perekonomian nasional. Pemerintah berupaya mendorong
produktivitas industry dalam negeri yang dapat dijadikan modal bersaing di kancah
perdagangan internasional. Sehinga diharapkan Indonesia dapat terus menjaga kestabilan
ekonomi untuk iklim usaha yang lebih baik.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAYANA
MALANG

Contohnya: Apabila perusahaan memperoleh keuntungan besar dari perdagangan


internasional, pastinya pajak yang diberikan kepada negara juga bertambah. Secara
bersamaan perekonomian negara akan meningkat beberapa persen. Pemerintah bisa
menggunakan keuntungan ini untuk memenuhi kepentingan public, seperti membangun
infrastruktur, pasar tradisional, sekolah dan fasilitas umum lainnya.
E. Kebijakan fiscal
Masyarakat Indonesia mengetahui bahwa nilai tukar Rupiah (Kurs Transaksi) sangat
lemah terhadap dolar saat ini. Berdasarkan data di Website Bank Indonesia, nilai tukar
Rupiah terhadap USD pada bulan Januari 2018 sebesar Rp 13,474. Dolar sempat naik di
Rp 14,000-an pada bulai Mei tetapi turun kembali pada angka Rp 13,000an di awal Juni.
Dolar kembali naik sejak bulan Juli sampai dengan bulan November 2018, yaitu
mencapai Rp 15,000-an
Melemahnya nilai Kurs (rupiah terhadap dolar) memberi dampak negatif terhadap
kondisi ekonomi di Indonesia. Dampak negatif ini bukan hanya dirasakan oleh pengusaha
yang menggunakan bahan baku impor tetapi juga pada masyarakat umum yang bukan
pengusaha. Seorang teman bercerita bahwa pada bulan Januari, beliau meminjam uang
dari temannya di Amerika sebesar USD 2,500. Uang yang masuk ke rekeningnya seberar
Rp 32,750,000. Bulan Oktober lalu beliau harus melunasi hutangnya USD 2,500 dan
jumlah Rupiah yang harus dia transfer sebesar Rp 38,250,00. Beliau harus mengeluarkan
tambahan Rp 5,500,00 akibat Kurs Transaksi terhadap Dolar naik. Mungkin banyak
masyarakat umum lainnya mengalami kondisi yang sama dan bertanya-tanya mengapa
pemerintah Indonesia tidak dapat mengatasi masalah melemahnya Kurs Transaksi
terhadap mata uang asing
Kebijakan fiskal sebuah negara, seperti meningkatkan pengeluaran pemerintah atau
pemotongan (penurunan) pajak akan menyebabkan berkurangnya jumlah uang
diinvestasikan ke luar negeri. Hal ini menyebabkan berkurangnya mata uang negara
tersebut dikonversikan ke mata uang negara lain (foreign currency) sehingga Kurs mata
uang negara tersebut meningkat atau semakin tinggi (kuat). Kenaikan nilai mata uang
negara tersebut akan meningkatkan kebutuhan. Kebijakan negara lain menurunkan pajak
atau menaikkan suku bunga akan menyebabkan investor akan menarik uangnya dari
investasi asing sehingga supply uang untuk transaksi pertukaran mata uang asing
berkurang dan Exchange Rate meningkat.

Anda mungkin juga menyukai