0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas latar belakang mengenai perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor di Indonesia dan dampaknya terhadap perhitungan harga pokok penjualan perusahaan PT. MVM. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak kenaikan tarif tersebut terhadap biaya pembelian barang dagang PT. MVM.
Deskripsi Asli:
Tugas akhir bab 1-3 dampak perubahan tarif pph impor terhadap perhitungan hpp
Dokumen tersebut membahas latar belakang mengenai perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor di Indonesia dan dampaknya terhadap perhitungan harga pokok penjualan perusahaan PT. MVM. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak kenaikan tarif tersebut terhadap biaya pembelian barang dagang PT. MVM.
Dokumen tersebut membahas latar belakang mengenai perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor di Indonesia dan dampaknya terhadap perhitungan harga pokok penjualan perusahaan PT. MVM. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak kenaikan tarif tersebut terhadap biaya pembelian barang dagang PT. MVM.
Di era liberalisasi perdagangan dunia, perdagangan barang dan jasa antar negara semakin meningkat menjadikan peluang produk Indonesia semakin terbuka. Perdagangan luar negeri dapat menjadi salah satu sarana stimulator pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perdagangan Internasional sangat berperan dalam proses perkembangan ekonomi Indonesia baik seperti: dapat meningkatkan pendapatan negara, memperbanyak kesempatan kerja, meningkatkan peluang investasi bagi pemodal asing, dan sebagai sarana transfer teknologi dan informasi ilmu pengetahuan dari luar negeri, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah yang dapat meningkatkan produk keluaran secara maksimal dengan sumber daya minim. Tabel 1.1 EKSPOR – IMPOR BERDASARKAN NILAI DAN BERAT PERIODE JANUARI 2014 – AGUSTUS 2018 Ekspor Impor Tahun Nilai/Value Berat/Weight Nilai/Value Berat/Weight (dalam jutaan US $) (Ton) (dalam jutan US $) (Ton) 2014 175.980,84 549.465,74 147.178,82 147.734,28 2015 150.366,29 509.661,76 142.694,80 147.093,35 2016 145.186,21 514.784,58 135.652,82 152.025,37 2017 168.828,18 545.846,63 156.985,56 160.749,29 2018 120.157,92 398.703,49 124.166,84 112.599,86 : Sumber Badan Pusat Statistik (diolah penulis) Impor dan ekspor memegang peranan dalam perdagangan luar negeri. Impor dan ekspor merupakan kegiatan memasukkan atau mengeluarkan barang di daerah pabean wilayah Republik Indonesia meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara
1 2
diatasnya, serta beberapa tempat tertentu yang termasuk Zona
Ekonomi Eksklusif dan Landasan Kontinen yang didalamnya berlaku undang-undang tentang kepabeanan. Ekspor dan impor turut berperan penting salah satunya dalam meningkatkan penerimaan pajak. Pajak adalah kontribusi wajib terhadap negara yang terutang baik oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan yang sifatnya memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak tersebut merupakan sumber utama pendapatan negara yang digunakan untuk memberikan pemenuhan barang dan jasa publik yang berkualitas, seperti meningkatkan sarana prasarana serta layanan yang nantinya akan dinikmati oleh wajib pajak itu sendiri. Dalam kegiatan impor, komoditas barang yang diimpor harus melalui pemeriksaan baik secara dokumen pengiriman yang menyertai amaupun secara fisik barang oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk dihitung Bea Masuk, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Penghasilan Pasal 22 merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan kegiatan di bidang lain impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Dikutip dari pemberitaan online sebagai berikut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara resmi meneken aturan baru ribuan barang konsumsi yang terkena kenaikan tarif pajak penghasilan (PPh) 22 impor. Kenaikan tarif PPh impor merupakan bagian dari operasi penyelamatan nilai tukar rupiah yang dilakukan pemerintah. Melalui kebijakan ini, diharapkan defisit transaksi berjalan yang selama ini 3
membebani nilai tukar bisa terkendali
(CNBCIndonesia.com, 17 September 2018, hal 1).
Melemahnya nilai tukar Rupiah disebabkan oleh suku bunga
The Fed yang naik, perang dagang antara Amerika dan Cina, dan alasan yang paling utama adalah defisitnya neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli 2018. Tabel 1.2 EKSPOR – IMPOR BERDASARKAN NILAI DAN BERAT PERIODE JANUARI 2018 – AGUSTUS 2018 Ekspor Impor Bulan Nilai Nilai (Miliar US Berat (KG) (Miliar US Berat (KG) $) $) Januari 14,553.40 48,201.60 15,309.43 13,227.09 Pebruari 14,132.63 46,062.24 14,185.49 13,779.36 M aret 15,586.87 52,335.44 14,463.60 12,979.52 April 14,537.19 47,555.97 16,162.29 14,804.21 M ei 16,209.32 51,735.18 17,662.89 16,444.21 Juni 12,974.38 49,664.45 11,267.89 10,277.77 Juli 16,290.20 54,526.88 18,297.11 15,532.87 Agustus 15,873.92 48,621.72 16,818.14 15,554.82 Sumber Badan Pusat Statistik (diolah penulis) Berdasarkan data pada tabel 1.2 sebagai akibat dari besarnya arus impor berbanding lurus dengan kebutuhan mata uang US Dollar yang digunakan untuk transaksi. Hal ini menjadi latar belakang Pemerintah sebagai regulator melakukan tindakan pengendalian salah satunya dengan cara menaikkan tarif PPh Pasal 22 Impor yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.110 tahun 2018 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain. 4
Pemerintah mengatur sebanyak 1.147 komoditas barang impor
yang dikenakan PMK tersebut. Dikutip dari website online pajak sebagai berikut Berdasarkan salinan PMK yang diterima OnlinePajak, barang impor yang mengalami kenaikan tarif dikelompokkan menjadi tiga. Pengelompokan ini dibagi berdasarkan persentase kenaikan tarifnya yakni 2,5%, 5% dan yang terbesar mencapai 7,5%.
Besarnya kenaikan tarif tersebut ditentukan oleh ada
atau tidaknya substitusi impor di dalam negeri. Maksudnya, semakin banyak suatu item komoditas diproduksi di dalam negeri, maka tarifnya akan semakin mahal dan berlaku sebaliknya. Berikiut ini rincian penyesuaian tarif tersebut: 1. Kenaikan tarif 2,5% dari semula 7,5% menjadi 10% untuk 210 item komoditas. Masuk dalam kategori ini adalah barang mewah seperti mobil CBU dan motor besar. 2. Kenaikan tarif 5% dari semula 2,5% menjadi 7,5%. Barang yang masuk ke dalam kategori ini adalah seluruh barang yang digunakan dalam proses konsumsi dan keperluan lainnya seperti bahan bangunan, ban, peralatan elektronik audio-visual dan produk tekstil. 3. Kenaikan tarif 7,5% dari semula 2,5% menjadi 10%. Termasuk dalam kategori ini adalah seluruh barang konsumsi yang sebagian besar telah dapat diproduksi di dalam negeri seperti dispenser air, pendingin ruangan, lampu, sabun, sampo, kosmetik dan peralatan masak/dapur. (www.online-pajak.com, 25 September 2018, hal 1).
PT. MVM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan mesin, peralatan dan perlengkapan di Surabaya yang seluruh barang dagangannya dibeli dari luar negeri sehingga dalam perhitungan harga pokok penjualannya rentan 5
terhadap perubahan nilai tukar mata uang asing dan kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan proses impor seperti adanya perubahan tarif PPH sesuai dengan lampiran pada PMK No.110 tahun 2018 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22. PT.MVM melakukan kebijakan consignment note dalam kegiatan impornya apabila nilai impor barang tidak melebihi USD 1.500 dan akan melakukan PIB apabila nilai impor barang melebihi USD 1.500. Perhitungan duty tax pada consignment note berupa Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Dan/Atau Pajak (SPPBMCP) yang digunakan juga sebagai surat penetapan pengeluaran barang. Sedangkan pada proses PIB perhitungan duty tax merupakan dokumen terpisah dari surat penetapan pengeluaran barang. Berdasarkan rekapitulasi SPPBMCP dan PIB sebelum disahkannya PMK No.110 tahun 2018 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 terdapat peningkatan nominal duty tax yang harus dibayarkan. Selain dari duty tax yang mengalami peningkatan tarif, harga pokok penjualan barang juga ditentukan dari nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada saat pembayaran invoice atau sales confirmation. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui dan menganalisa dampak perubahan tarif PPh Pasal 22 Impor terhadap komponen biaya pembelian barang dagang PT. MVM yang. Hasil penelitian akan dituangkan dalam Proposal Tugas Akhir dengan judul Analisis Dampak Perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Terhadap Harga Pokok Penjualan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah berikut: bagaimana dampak PMK No. 110 6
tahun 2018 Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor pada
perhitungan harga pokok penjualan.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dampak diterbitkan PMK No. 110 tahun 2018 tentang pemungutan PPh Pasal 22 Impor pada perhitungan harga pokok penjualan yang sudah ada.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian antara lain : 1.4.1 Manfaat Praktis Perusahaan dapat menggunakan informasi terkait perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor sehingga dapat dilakukan pembaruan harga pokok penjualan setepat mungkin dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mencari altenatif pengiriman yang efisien dan ekonomis. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menambah wawasan tentang analisis dampak perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor, terutama pada harga pokok penjualan.