Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Di era liberalisasi perdagangan dunia, perdagangan barang
dan jasa antar negara semakin meningkat menjadikan peluang
produk Indonesia semakin terbuka. Perdagangan luar negeri
dapat menjadi salah satu sarana stimulator pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Perdagangan Internasional sangat berperan
dalam proses perkembangan ekonomi Indonesia baik seperti:
dapat meningkatkan pendapatan negara, memperbanyak
kesempatan kerja, meningkatkan peluang investasi bagi pemodal
asing, dan sebagai sarana transfer teknologi dan informasi ilmu
pengetahuan dari luar negeri, terutama bagi perusahaan kecil dan
menengah yang dapat meningkatkan produk keluaran secara
maksimal dengan sumber daya minim.
Tabel 1.1 EKSPOR – IMPOR BERDASARKAN NILAI DAN
BERAT PERIODE JANUARI 2014 – AGUSTUS 2018
Ekspor Impor
Tahun Nilai/Value Berat/Weight Nilai/Value Berat/Weight
(dalam jutaan US $) (Ton) (dalam jutan US $) (Ton)
2014 175.980,84 549.465,74 147.178,82 147.734,28
2015 150.366,29 509.661,76 142.694,80 147.093,35
2016 145.186,21 514.784,58 135.652,82 152.025,37
2017 168.828,18 545.846,63 156.985,56 160.749,29
2018 120.157,92 398.703,49 124.166,84 112.599,86 :
Sumber Badan Pusat Statistik (diolah penulis)
Impor dan ekspor memegang peranan dalam perdagangan
luar negeri. Impor dan ekspor merupakan kegiatan memasukkan atau
mengeluarkan barang di daerah pabean wilayah Republik
Indonesia meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara

1
2

diatasnya, serta beberapa tempat tertentu yang termasuk Zona


Ekonomi Eksklusif dan Landasan Kontinen yang didalamnya
berlaku undang-undang tentang kepabeanan. Ekspor dan impor
turut berperan penting salah satunya dalam meningkatkan
penerimaan pajak. Pajak adalah kontribusi wajib terhadap negara
yang terutang baik oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan
yang sifatnya memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Pajak tersebut merupakan sumber utama pendapatan
negara yang digunakan untuk memberikan pemenuhan barang
dan jasa publik yang berkualitas, seperti meningkatkan sarana
prasarana serta layanan yang nantinya akan dinikmati oleh wajib
pajak itu sendiri.
Dalam kegiatan impor, komoditas barang yang diimpor
harus melalui pemeriksaan baik secara dokumen pengiriman yang
menyertai amaupun secara fisik barang oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC) untuk dihitung Bea Masuk, Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 22 Impor, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak
Penghasilan Pasal 22 merupakan pajak penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, dan kegiatan di bidang lain
impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Dikutip dari pemberitaan online sebagai berikut
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara resmi
meneken aturan baru ribuan barang konsumsi yang
terkena kenaikan tarif pajak penghasilan (PPh) 22
impor.
Kenaikan tarif PPh impor merupakan bagian dari
operasi penyelamatan nilai tukar rupiah yang
dilakukan pemerintah. Melalui kebijakan ini,
diharapkan defisit transaksi berjalan yang selama ini
3

membebani nilai tukar bisa terkendali


(CNBCIndonesia.com, 17 September 2018, hal 1).

Melemahnya nilai tukar Rupiah disebabkan oleh suku bunga


The Fed yang naik, perang dagang antara Amerika dan Cina, dan
alasan yang paling utama adalah defisitnya neraca perdagangan
Indonesia pada bulan Juli 2018.
Tabel 1.2 EKSPOR – IMPOR BERDASARKAN NILAI DAN
BERAT PERIODE JANUARI 2018 – AGUSTUS 2018
Ekspor Impor
Bulan Nilai Nilai
(Miliar US Berat (KG) (Miliar US Berat (KG)
$) $)
Januari 14,553.40 48,201.60 15,309.43 13,227.09
Pebruari 14,132.63 46,062.24 14,185.49 13,779.36
M aret 15,586.87 52,335.44 14,463.60 12,979.52
April 14,537.19 47,555.97 16,162.29 14,804.21
M ei 16,209.32 51,735.18 17,662.89 16,444.21
Juni 12,974.38 49,664.45 11,267.89 10,277.77
Juli 16,290.20 54,526.88 18,297.11 15,532.87
Agustus 15,873.92 48,621.72 16,818.14 15,554.82
Sumber Badan Pusat Statistik (diolah penulis)
Berdasarkan data pada tabel 1.2 sebagai akibat dari besarnya arus
impor berbanding lurus dengan kebutuhan mata uang US Dollar
yang digunakan untuk transaksi. Hal ini menjadi latar belakang
Pemerintah sebagai regulator melakukan tindakan pengendalian
salah satunya dengan cara menaikkan tarif PPh Pasal 22 Impor
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.110
tahun 2018 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan
Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.
4

Pemerintah mengatur sebanyak 1.147 komoditas barang impor


yang dikenakan PMK tersebut.
Dikutip dari website online pajak sebagai berikut
Berdasarkan salinan PMK yang diterima OnlinePajak,
barang impor yang mengalami kenaikan tarif
dikelompokkan menjadi tiga. Pengelompokan ini
dibagi berdasarkan persentase kenaikan tarifnya yakni
2,5%, 5% dan yang terbesar mencapai 7,5%.

Besarnya kenaikan tarif tersebut ditentukan oleh ada


atau tidaknya substitusi impor di dalam negeri.
Maksudnya, semakin banyak suatu item komoditas
diproduksi di dalam negeri, maka tarifnya akan
semakin mahal dan berlaku sebaliknya.
Berikiut ini rincian penyesuaian tarif tersebut:
1. Kenaikan tarif 2,5% dari semula 7,5% menjadi 10%
untuk 210 item komoditas. Masuk dalam kategori ini
adalah barang mewah seperti mobil CBU dan motor
besar.
2. Kenaikan tarif 5% dari semula 2,5% menjadi 7,5%.
Barang yang masuk ke dalam kategori ini adalah
seluruh barang yang digunakan dalam proses
konsumsi dan keperluan lainnya seperti bahan
bangunan, ban, peralatan elektronik audio-visual dan
produk tekstil.
3. Kenaikan tarif 7,5% dari semula 2,5% menjadi 10%.
Termasuk dalam kategori ini adalah seluruh barang
konsumsi yang sebagian besar telah dapat diproduksi
di dalam negeri seperti dispenser air, pendingin
ruangan, lampu, sabun, sampo, kosmetik dan peralatan
masak/dapur.
(www.online-pajak.com, 25 September 2018, hal 1).

PT. MVM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


perdagangan mesin, peralatan dan perlengkapan di Surabaya
yang seluruh barang dagangannya dibeli dari luar negeri
sehingga dalam perhitungan harga pokok penjualannya rentan
5

terhadap perubahan nilai tukar mata uang asing dan kebijakan


pemerintah yang berkaitan dengan proses impor seperti adanya
perubahan tarif PPH sesuai dengan lampiran pada PMK No.110
tahun 2018 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22.
PT.MVM melakukan kebijakan consignment note dalam kegiatan
impornya apabila nilai impor barang tidak melebihi USD 1.500
dan akan melakukan PIB apabila nilai impor barang melebihi
USD 1.500. Perhitungan duty tax pada consignment note berupa
Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Dan/Atau Pajak
(SPPBMCP) yang digunakan juga sebagai surat penetapan
pengeluaran barang. Sedangkan pada proses PIB perhitungan
duty tax merupakan dokumen terpisah dari surat penetapan
pengeluaran barang. Berdasarkan rekapitulasi SPPBMCP dan PIB
sebelum disahkannya PMK No.110 tahun 2018 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 terdapat peningkatan
nominal duty tax yang harus dibayarkan.
Selain dari duty tax yang mengalami peningkatan tarif, harga
pokok penjualan barang juga ditentukan dari nilai tukar Rupiah
terhadap US Dollar pada saat pembayaran invoice atau sales
confirmation. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk
mengetahui dan menganalisa dampak perubahan tarif PPh Pasal
22 Impor terhadap komponen biaya pembelian barang dagang
PT. MVM yang. Hasil penelitian akan dituangkan dalam
Proposal Tugas Akhir dengan judul Analisis Dampak
Perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Terhadap
Harga Pokok Penjualan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dibuat
rumusan masalah berikut: bagaimana dampak PMK No. 110
6

tahun 2018 Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor pada


perhitungan harga pokok penjualan.

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui dampak diterbitkan PMK No. 110 tahun
2018 tentang pemungutan PPh Pasal 22 Impor pada perhitungan
harga pokok penjualan yang sudah ada.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian antara
lain :
1.4.1 Manfaat Praktis
Perusahaan dapat menggunakan informasi terkait
perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor sehingga dapat
dilakukan pembaruan harga pokok penjualan setepat mungkin
dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mencari altenatif
pengiriman yang efisien dan ekonomis.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat menambah wawasan tentang analisis
dampak perubahan tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor,
terutama pada harga pokok penjualan.

Anda mungkin juga menyukai