Pertumbuhan ekonomi meningkat didorong oleh Inflasi stabil pada tingkat yang rendah
penguatan investasi dan konsumsi RT
5,03 5,07 5,17 15.0 (persen, yoy)
10.0 3.13
5.3
(persen, yoy) 5.0
5.2
-
Persen
5.1
(5.0)
5.0
Juni
Februari
April
Januari
Februari
April
Mei
Juli
Januari
Februari
April
Mei
Juni
Juli
Januari
Juni
Juli
September
Oktober
Mei
September
Oktober
September
Oktober
November
Desember
November
Desember
November
Desember
Maret
Maret
Maret
Agustus
Agustus
Agustus
4.9
4.8
4.7 2016 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2016 2017 2018 Umum Inti Harga Diatur Pemerintah Bergejolak
• Pada 2018 lapangan kerja meningkat 2,98 juta. Jumlah pengangguran turun 39 ribu orang, sehingga tingkat pengangguran
terbuka turun menjadi 5,34%.
• Penciptaan kesempatan kerja tinggi dan dapat melampaui target RKP dan RPJMN 2015-2019 yang sebesar 10 juta orang. Jumlah
penciptaan lapangan kerja 2015-2018 telah mencapai 9,38 juta.
• Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3% pada 2019, diperkirakan akan tercipta 2,6–2,9 juta lapangan kerja, sehingga TPT
diperkirakan akan masuk dalam rentang 4,8–5,2%.
140,000,000 6.5%
%
6.18%
6,000,000 5.30 5.4
120,000,000 5.94% 5.17
6.0% 5,000,000 5.2
5.07
100,000,000 5.61% 5.01 5.03
5.50% 4,000,000 5
5.34% 5.5% 4.88
80,000,000 5.20% 3,592,774.00 2,982,527.00
2,600,000.00–2.90
3,000,000 2,610,450.00 4.8
60,000,000 5.0%
2,000,0001,866,954.00 4.6
7,560,822.00
7,244,905.00
122,380,021.00
114,819,199.00
121,022,423.00
131,005,641.00
124,004,950.00
121,872,931.00
114,628,026.00
125,443,748.00
118,411,973.00
128,062,746.00
7,031,775.00
7,040,323.00
7,000,691.00
40,000,000
4.80%
4.5%
20,000,000 1,000,000 713,803.78 4.4
372,893.48 515,117.34 576,821.81
191,173.00
39,204.34
- 4.0% 0 4.2
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Angkatan Kerja Pekerja Pengangguran Terbuka TPT
Tambahan KK Kesempatan Kerja per 1% Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus
5
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Terus Menurun
Persentase (%)
0.402 0.385
27 9 0.397 0.394
0.38 0.393 0.391 0.389
Indeks
0.384 0.38
26 8.5 8
0.36
25 7 0.336 0.334
0.34 0.329 0.327
0.32 0.32 0.324
0.319 0.316 0.319
28.28
27.73
28.59
28.51
28.01
27.76
27.77
26.58
25.95
25.67
24 6 0.32
23 5 0.3
Mar-14 Sept-14 Mar-15 Sept-15 Mar-16 Sept-16 Mar-17 Sept-17 Mar-18 Sept-18 2019 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 2019
Jumlah penduduk miskin (juta jiwa) Tingkat Kemiskinan (%)
Perkotaan Perdesaan Nasional
Target RKP
• Pada Maret 2018, tingkat kemiskinan berhasil diturunkan hingga 1 • Rasio Gini menurun bertahap dari 0,414 menjadi 0,384 dalam 4
digit (9,82 persen) dan kembali turun menjadi 9,66 persen pada tahun terakhir.
September 2018.
• Rasio Gini tersebut diperkirakan dapat mencapai target tahun
• Tingkat kemiskinan diperkirakan berada pada kisaran 8,5-9,5 2019, pada kisaran 0,380-0,385.
persen di tahun 2019.
• Jika pertumbuhan ekonomi dapat lebih dinikmati oleh kelompok • Penurunan Rasio Gini nasional terutama disumbang oleh
miskin dan rentan, tingkat kemiskinan akan lebih cepat turun. penurunan Rasio Gini di perkotaan.
6
IPM Indonesia Terus Meningkat dan
Sudah Masuk Kategori Tinggi Capaian Komponen Pembentuk IPM
Tahun 2017 & Target 2019-2020
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk
menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis dan yang
tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat 9
ISU STRATEGIS KEWILAYAHAN
KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMANFAATAN RUANG
• Kemiskinan di KTI (18,01%), KBI (10,33%), perdesaan (13.47%) dan • Terbatasnya ketersediaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
perkotaan (7,20%) yang tinggi (BPS, 2017) berkualitas
• Ketimpangan Pendapatan Perdesaan (Rasio Gini: 0,32) - Perkotaan • Desa-desa dalam kawasan hutan dan perkebunan besar tidak dapat
(0,39) melaksanakan kewenangannya tertama untuk pembangunan infrastruktur
• Konsentrasi kegiatan ekonomi di KBI terutama Pulau Jawa (sekitar 25.000 desa)
PENGUATAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH • Kejadian bencana akibat pemanfaatan ruang yang belum sesuai semakin
meningkat (sekitar 2.000 kasus kejadian banjir, longsor, kebakaran
• Tingkat keberhasilan Pusat Pertumbuhan Baru yang rendah (10 dari 12 hutan,dsb)
KEK, 3 dari 14 KI, 2 dari 4 KPBPB, dan 10 Destinasi Wisata)
• Konektivitas dari dan menuju Pusat-Pusat Pertumbuhan yang lemah
• Kawasan Strategis Kabupaten yang belum berkembang KEPASTIAN HUKUM HAK ATAS TANAH DAN
KETIMPANGAN PEMILIKAN, PENGUASAAN,
PEMENUHAN PELAYANAN DASAR DAN PENINGKATAN DAYA •PENGGUNAAN, DAN
Cakupan peta dasar PEMANFAATAN
pertanahan baru 48,4%; TANAH
•SAING DAERAH
Akses dan kualitas pelayanan dasar yang terbatas (perumahan layak • Cakupan bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi baru 20,91%;
huni 38,3%, air minum layak 61,3%, sanitasi layak 74,6%, dsb) (BPS, • 26,14 juta rumah tangga tani hanya menguasai lahan rata-rata 0,89
2018) hektar dan 14,25 juta rumah tangga tani hanya menguasai lahan kurang
• Ketergantungan APBD terhadap Dana Transfer yang tinggi (rata-rata dari 0,5 hektar/keluarga (Sensus Pertanian BPS, 2013);
>70% APBD Kab/Kota dan >50% APBD Provinsi dari Pusat) serta • Sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang terselesaikan baru 4.031
sumber Pendanaan Non APBN yang kurang optimal kasus dari total 10.802 kasus yang ditangani
• Peraturan Perundangan yang belum harmonis serta Kerjasama dan
Inovasi Daerah yang belum berkembang FUNGSI IBUKOTA SEBAGAI PUSAT
• Proses perizinan yang lama dan berbiaya tinggi (118 Hari Papua) • PEMERINTAHAN
Jumlah kerugian akibat kemacetan dan inefisiensi penggunaan bahan
bakar Rp. 56 triliun di tahun 2011 (Pulstra UGM, 2013)
PENGELOLAAN URBANISASI • Dominasi wilayah metropolitan Jakarta dalam perekonomian nasional
• Penduduk perkotaan yang akan mencapai 60% dan bonus demografi 2030 dan tingginya gap dengan daerah lain di Indonesia (kontribusi wilayah
• Kontribusi urbanisasi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang rendah metropolitan Jakarta 20,85% nasional, Jawa 58,49 % dari PDB Nasional
(1% urbanisasi menghasilkan hanya 1,4% PDB. Bandingkan dengan Cina (BPS, 2018),
dan Negara Asia Timur dan Pasifik lain yang rerata mencapai 2,7% PDB) • Wilayah metropolitan Jakarta adalah area dengan jumlah populasi
penduduk terbesar di Indonesia 10
SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
BERBASIS KEWILAYAHAN
SASARAN ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya Pemerataan
1. Pembangunan desa terpadu dan pengembangan kawasan perdesaan, kawasan
antarwilayah (KBI-KTI, transmigrasi, kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal
Jawa-luar Jawa) 2. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota kecil-menengah untuk meningkatkan
sinergi pembangunan perkotaan dan pedesaan;
Meningkatnya Sinergi 8. Penegakan rencana tata ruang yang berbasis mitigasi bencana melalui peningkatan efektivitas
Pemanfaatan Ruang instrumen pengendalian pemanfaatan ruang,
Wilayah 9. Penyelesaian tumpang tindih perizinan pemanfaatan ruang melalui pelaksanaan Kebijakan Satu
Peta;
10. Peningkatan kepastian hukum hak atas tanah
11. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum melalui pembentukan 11bank tanah
TARGET DAN INDIKATOR PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN
Low Scenario Moderate Scenario High Scenario
NASIONAL
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pertumbuhan PDB (YoY, %) 5,3 5,4 5,4 5,5 5,5 5,4 5,5 5,7 5,9 6,1 5,5 5,7 5,9 6,2 6,5
Inflasi (YoY, %): End of Period 3,5 3,5 3,0 3,0 3,0 3,5 3,5 3,0 3,0 3,0 3,5 3,5 3,0 3,0 3,0
Rerata Pertumbuhan Ekonomi 5,4 5,7 6,0
Sumatera Sulawesi
2020 4,86% 2020 6,98%
Kalimantan Maluku
2024 5,57% 2024 7,34%
2020 4,12% 2020 6,65%
Pertumbuhan Ekonomi 2024 5,24% 2024 7,61%
Regional Berdasarkan Asumsi
Skenario Moderat
(5,7 Persen)
JAWA-BALI
• Perkebunan: Kakao, Kopi, Karet, Kelapa, Teh, Tebu, MALUKU
Tembakau, Nilam, • Perkebunan: Kakao, Kelapa, Pala
• Pangan: Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, Kacang Hijau • Perikanan: Perikanan Tangkap (Tuna
• Peternakan: Daging Sapi, domba, kerbau, kambing Tongkol Cakalang), Perikanan Budidaya
• Perikanan: Lele, rumput laut, nila, udang, bandeng (rumput laut, udang) 14
(budidaya)
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
WILAY potensi dan daya ekonomi, dll), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan
RUANG WILAYAH ungkit pertumbuhan Industri (KI), Kawasan Strategis Pariwisata nasional (KSPN),
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
ekonomi nasional yang
AH I
(KPBPB), Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
tinggi Investasi:
Level internasional dan nasional
H III
pelayanan dasar APBN, APBD
Kemampuan Akses Kesesuaian dengan Ketersediaan Anchor Kesesuaian komoditas Prioritas pada Dukungan dari kawasan
Tingkat kerawanan
Pendanaan dari Rencana Tata Ruang Investor yang berinvestasi unggulan dalam basis kawasan di luar hinterland di sekitar
terhadap Bencana
Pengelolaa Kawasan Wilayah dalam Kawasan produksi industri pulau Jawa kawasan
(IRBI)
Ketersediaan Ketersediaan
Listrik Infrastruktur dalam Infrastruktur Luar Pelabuhan Perusda Bentuk entitias Afiliasi
Jaringan Energi
Kawasan Kawasan pengelola Konglomerasi Asing
Jalan
Kesesuaian dengan Industri pengolahan Atraksi/obyek daya tarik Prioritas pada Tingkat kerawanan Dukungan dari kawasan
Jumlah investasi
Rencana Tata Ruang (Penanaman Modal setempat yang wisata yang baik kawasan di luar terhadap Bencana hinterland di sekitar
Wilayah mendukung (alam, budaya, buatan) pulau Jawa (IRBI) kawasan
Asing)
Kawasan Strategis
• PKN, PKW, KEK,
Kerangka KSPN.
Ekonomi Makro • Kota-Desa Arahan Sektor
Strategi
Pertumbuhan Pertumbuhan • Transportasi
Ekonomi • Energi, dsb.
Sektor Unggulan
• Manufaktur
• Pariwisata, dsb
Pemenuhan Pelayanan
Mitigasi Bencana Tata Kelola
Dasar
Pemerataan
Kawasan Strategis Arahan Sektor
Strategi Pembangunan
Pemerataan • PKW, PKL • Sektor utama
Pusat Pertumbuhan
• Kota - Desa • Sektor
Ekonomi Lokal
pendukung
18
3 Arah Pengembangan Wilayah
Pulau Jawa-Bali
PENCAPAIAN TARGET JAWA-BALI DALAM
RPJMN 2015-2019
10.38% 6.40%
9.92% 6.40%
10.00%
9.24% 60.00%
60.24% 60.55%
9.90% 8.66% 6.30% 6.16% 59.90%
9.30% 6.20%
8.00% 8.60% 6.00% 58.00%
6.10% 58.21%
7.90% 6.00%
7.10%
6.00% 5.80% 5.90% 56.00% 56.64%
5.71%
55.89%
5.70% 55.40%
5.60% 55.02%
4.00% 54.00% 54.49%
5.40% 5.50%
2.00% 52.00%
5.20%
20
ISU STRATEGIS WILAYAH PULAU JAWA-BALI
Masih ada kota-kota yang belum direncanakan secara Adanya kesenjangan antarwilayah Jawa Bagian Utara
compact dan kerentanan ketahanan fisik dan sosial pada dengan Jawa Bagian Selatan, serta di Bali Bagian Utara dan
wilayah perkotaan, diikuti dengan belum efektifnya tata Bali Bagian Selatan
kelola dan kelembagaan perkotaan
Tingginya perubahan konversi lahan pertanian pangan
Belum optimalnya upaya pengembangan industri beririgasi teknis yang mengancam peran Jawa-Bali sebagai
manufaktur dan jasa berteknologi tinggi dalam mendorong lumbung pangan nasional.
pertumbuhan ekonomi nasional.
Tingginya tingkat kepadatan penduduk dan ancaman bencana
Belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur yang sudah mengakibatkan tingginya resiko bencana Jawa-Bali, dan belum
terbangun menyebabkan masih tingginya biaya logistik. didukung upaya mitigasi dan adaptasi yang komprehensif, khususnya
di Pantai Barat dan Pantai Selatan Jawa
21
ARAH PEMBANGUNAN WILAYAH JAWA – BALI 2020-2024
Tujuan Fokus Wilayah, Kawasan dan Daerah Arah Kebijakan
Pemerataan: Peningkatan Pelayanan Dasar Meningkatkan akses dan mutu pelayanan dasar kesehatan,
Mengurangi Kesenjangan • Pemenuhan standar pelayanan dasar di pendidikan, permukiman, air bersih dan listrik
Jawa Bagian Utara dan Jawa kawasan perdesaan
Bagian Selatan • Meningkatkan jaringan irigasi yang mendukung pusat-pusat produksi
pertanian
• Meningkatkan aksesibilitas antar kota-kota kecil, dan memperkuat
Penguatan Daerah Penyangga keterkaitan desa-kota, serta kawasan perdesaan
• Peningkatan produktivitas pada kawasan • Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi perkotaan, sanitasi, air
perdesaan bersih, pengelolaan sampah, transportasi massal multi moda di Kawasan
Pertumbuhan: • Peningkatan produktivitas pada sentra-sentra perkotaan terutama metropolitan jabodetabekjur, kedungsepur, dan
Meningkatkan pendukung hilirisasi industri gerbangkertasusila
produktivitas, nilai tambah • Mempercepat pengembangan industri berbasis teknologi tinggi
• Mempercepat pembangunan jaringan transportasi perkotaan yang
ekonomi dan pendapatan, terpadu yang mencakup kereta cepat jakarta-bandung, Moda Raya
Percepatan Pengembangan Kawasan Industri, dan
perkuatan industri 4.0, Pariwisata Terpadu (MRT), LRT serta pembangunan jaringan jalan tol,
memperluas kesempatan pelabuhan, dan bandara;
• Pengembangan kawasan perkotaan • Memperkuat konektivitas dan memantapkan sistem logistik wilayah
kerja • Pengembangan kawasan Industri 4.0 dalam mendukung industrialisasi di wilayah jawa bagian utara
• Pengembangan kawasan pariwisata yang • Mengendalikan pembangunan untuk menekan laju alih fungsi lahan
terintegrasi produktif dan menjaga kelestarian wilayah jawa bagian selatan
• Mengembangkan destinasi pariwisata berbasis alam, budaya, dan
MICE
Mitigasi dan Pengingkatan Kewaspadaan dan ketangguhan • Mengurangi risiko kerugian ekonomi, meningkatkan mitigasi bencana, dan
Bencana memperkuat kesiapsiagaan bencana dengan mengembangkan sistem dan
Pengurangan Risiko: • Penguatan ketahanan bencana di pantai selatan peralatan deteksi dini bencana, meningkatkan kapasitas aparat dan
Peningkatan kewaspadaan dan pantai barat Pulau Jawa masyarakat, serta memperluas kerja sama dalam mitigasi bencana
22
PEMETAAN KAWASAN STRATEGIS PRIORITAS JAWA-BALI
Major Project 23
4
Arah Pengembangan Provinsi Jawa Timur
• Isu Strategis
• Arahan Presiden dalam Ratas Percepatan Pembangunan
Provinsi Jawa Timur
• Arah Pengembangan Provinsi Jawa Timur
PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR
• Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dalam lima tahun terakhir selalu tumbuh di atas LPE
Nasional.
• Sektor dengan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur: sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi, sektor informasi dan
komunikasi, dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Sumber Pertumbuhan Utama Ekonomi Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014-2018 Tahun 2014-2018
6.00 5.86
5.80
5.57
5.60 5.44 5.46 5.50
5.40
5.17
5.20 5.01 5.02 5.07
5.00 4.88
4.80
4.60
4.40
4.20
4.00
2014 2015 2016 2017 2018
25
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN SEKTOR PDRB
PROVINSI JAWA TIMUR
Industri Pengolahan Pertanian, Kehutanan dn Perikanan
30.00 9.00 3.54
14.00 3.28 4.00
7.67 7.55
29.80 8.00
13.50 2.41 3.00
29.60 7.00
5.63 5.69 1.58 2.00
Pertumbuhan (%)
Pertumbuhan (%)
6.00 13.00
29.40
Kontribusi (%)
Kontribusi (%)
4.44 5.00 1.00
29.20 12.50
4.00 -
29.00
3.00 12.00
28.80 -1.00
2.00 -2.10
11.50 -2.00
28.60 1.00
28.40 - 11.00 -3.00
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan (%)
17.80 Perkembangan kontribusi dan pertumbuhan sektor pertanian cenderung
Kontribusi (%)
4.00
17.60
3.00
menurun selama periode 2014-2018. Namun sebaliknya untuk kontribusi
17.40
2.00
dan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan
17.20
17.00 1.00
cenderung meningkat pada periode yang sama.
16.80 -
2014 2015 2016 2017 2018
26
TINGKAT KEMISKINAN DI ATAS RATA-RATA NASIONAL
PROVINSI JAWA TIMUR
Pola Spasial Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Timur 2018 (Maret) Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2014 – 2018 (September)
14.00
12.28 12.28 11.85
12.00 10.96 11.13 10.70
11.20 10.85
10.12
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2014 2015 2016 2017 2018
TPT (%)
3.00
2.00
1.00
0.00
2014 2015 2016 2017 2018
Pola Spasial IPM Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 (Agustus) Perkembangan IPM Provinsi Jawa Timur dan Nasional 2014 – 2017
71.5 1.40
71
1.20
70.5 70.81
70 70.18 70.27 1.00
Petumbuhan IPM
69.5 69.74 0.80
69.55
69
IPM
68.9 68.95 0.60
68.5
68 68.14 0.40
67.5
0.20
67
66.5 0.00
2014 2015 2016 2017
IPM Jawa Timur IPM Nasional Pertumbuhan IPM Provinsi
Pertumbuhan IPM Nasional
85.00
81.07
80.00
75.00
70.81
70.00 70.27
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) 65.00
59.90
60.00
55.00
IPM di Jawa Timur masih berada dibawah rata-rata IPM nasional, namun a n ri to uan t an ggo gan uk un lit a
r o k n n er o p n
ay iu edi er e nj adi og gal e uba c i ta mb wos ene kala
tumbuh dengan laju lebih cepat dibandingkan nasional. Begitu juga untuk ra
b ad
a K j o k su r
a g
o l i n o n
g a
M
B
n o r
n g T P a J e o m g
Su a M ot o Pa M ob
La
m N
Po Tr e nd Su Ban
IPM di kabupaten/kota sebagian besar di bawah rata-rata nasional. IPM t a Ko t K a M ot a Pr Bo
Ko Ko
t K t a
Ko
tertinggi terdapat di Kota Surabaya dan terendah di Kabupaten Sampang
IPM Kab./Kota IPM Jawa Timur IPM Nasional
29
ISU KESENJANGAN DI JAWA TIMUR
• Rata-rata Gini rasio Provinsi Jawa Timur berada di atas angka Gini Rasio nasional,
namun dapat menurun tajam pada pada tahun 2018 (Maret).
• Berdasarkan PDRB per Kapita, masih terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara
Kota Kediri dan kabupaten/kota lainnya.
Perkembangan Gini Rasio Jawa Timur 2014-2018 PDRB per kapita ADHB kab/kota di Jawa Timur tahun 2017 (Rp. ribu/Jiwa)
0.42 450,000 408,658
400,000
0.41 0.41 0.42 0.42
350,000
0.41 300,000
0.40 0.41
0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 250,000
0.40 0.40
0.39 0.39 0.39 200,000
0.39
0.39 150,000
0.38 100,000
0.38 51,846
50,000
0.37 16,965
0
i k u to ban i ar i i
0.37 r
di resi rua Bat
n g ng gan ang ang tan ndo iun dir o
os gaw pan
g
0.36 Ke u ker u a n B l it a l a n b a j g e o a d K e w
G s a j o T w o m a b . o N
ta ab. Pa
t .
Ko . Mo Kab any Kot ab.
u a M
am Jo um M S itu b. M ab ond ab. am
Ko K b. B . L ab. b. L ab. . a K B K b.S
0.35 a b K b b K .
K Ka b. Ka K Ka K Ka b Ka
Ka Ka
0.34
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2014 2015 2016 2017 2018
JAWA TIMUR INDONESIA Kab/Kota Rata-rata Kab/Kota
30
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
Tingginya biaya logistik karena keterbatasan konektivitas Masih diperlukan peningkatan upaya pembangunan
antara wilayah utara dan selatan Provinsi Jawa Timur kawasan pariwisata dan ekonomi kreatif yang
terintegrasi.
Masih rendahnya pembangunan dan penguatan
konektivitas dan akses transportasi publik antar wilayah di
Masih rendahnya upaya pemenuhan pelayanan
Provinsi Jawa Timur, terutama pada kawasan Metropolitan
dasar seperti perumahan dan permukiman serta
Gerbangkertosusila, Jalur Lintas Selatan (JLS), dan antar
penyediaan sarana sanitasi dan air bersih.
kawasan wisata (DPP Bromo-Tengger-Semeru dan KSPN
Banyuwangi).
Rentan terhadap bencana yaitu banjir, tsunami,
longsor, dan puting beliung.
Masih terdapat ketimpangan pembangunan antara
wilayah Provinsi Jawa Timur bagian barat dengan
bagian timur laut, terutama di Pulau Madura Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia
yang ditunjukkan melalui angka IPM Provinsi Jawa
Masih rendahnya upaya hilirisasi industri dari Timur mendapat peringkat 15 di bawah rata-rata
produk unggulan Provinsi yang memiliki nilai Nasional.
tambah tinggi Relatif tingginya angka kemiskinan
31
ARAHAN PRESIDEN dalam RAPAT TERBATAS
PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
32
ARAHAN PRESIDEN dalam RAPAT TERBATAS
PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
1. Pengembangan proyek kerja sama PT Pertamina dengan perusahaan migas dari Rusia, Rosneft Oil
Company, berupa kilang minyak dan petrochemical di Tuban, yang perlu mendapat perhatian adalah:
1. Pembnagunan akses transportasi public (commuter) bagi masyarakat yang akan menjadi tenaga
kerja di Rosneft.
2. Penyediaan skilled labour sehingga para pekerja dapat memperoleh kesempatan mengikuti
vocational training khusus dari Rosneft.
3. Penyelesaian permasalahan lahan yang digunakan sebagai dasar penlok proyek kerjasama
tersebut.
2. Tidak menjadikan Pamekasan sebagai KEK Garam mengingat pembangunan KEK memerlukan fasilitas
yang banyak. Kemenko Perekonomian dan Kemen PUPR serta BPWS akan menangani masalah garam
khususnya melalui pembelian KUR dan pembentukan klaster, sehingga pembelian garam berjalan
lancar.
3. Fokus dukungan K/L pada 3 wilayah atau lokasi yang menjadi fokus utama pengembangan investasi di
Jatim.
4. Menteri PPN agar membuat perencanaan untuk pelaksanaan studi terhadap 3 proyek besar yang
dikerjakan di Jatim, agar feasible baik bisnis maupun ekonomi.
33
SASARAN PEMBANGUNAN, POTENSI DAN KEUNGGULAN WILAYAH
PROVINSI JAWA TIMUR
INDUSTRI DENGAN NILAI TAMBAH YANG BESAR **) GINI RATIO (retargeting)
Industri Rokok Kretek; Industri Besi dan Baja Dasar; PENERAPAN SPM 71.73 100
Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari-hari; KEBUTUHAN INVESTASI 4900-6500
Industri Kertas Budaya; Industri gula pasir (Rp Trilyun) (Total 2020-2024)
Keterangan:
*) angka dalam kurung menunjukkan peran wilayah dalam total
produksi nasional
**)Industri besar dan menengah; ISIC 5;
Nilai tambah = upah + surplus usaha + pajak
34
STRATEGI PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
1. Mengembangkan komoditas unggulan Kedelai, Kopi, Daging
KSN Metropolitan Gerbangkertasusila Sapi, Perikanan Tangkap, dan Perikanan Budidaya;
2. Mengembangkan industri berbasis teknologi tinggi guna
KI Madura*
meningkatkan nilai tambah;
3. Meningkatkan aksesibilitas, atraksi, dan amenitas DPP/KSPN
Bromo-Tengger-Semeru, serta menguatkan DPP Baru
KPPN Pamekasan Banyuwangi sebagai destinasi potensial;
4. Mengembangkan KPPN Banyuwangi yang berfokus pada wisata
alam melalui pengembangan desa wisata untuk mendukung
kegiatan pariwisata DPP Baru Banyuwangi, dan
5. Mengembangkan KPPN Pamekasan penghasil komoditas agro
DPP Baru Banyuwangi