Anda di halaman 1dari 3

AEROTROPOLISH SEBAGAI SOLUSI PENATAAN KAWASAN BANDARA INTERNASIONAL

JUANDA SIDOARJO

Oleh: Gunawan Dwi Yulian, ST

(Praktisi Perencana Kota – IAP Jawa Timur)

1. Pendahuluan
Juanda merupakan Pangkalan Udara TNI AL yang dikembangkan oleh pemerintah
sebagai sebuah strategi pertahanan dan keamanan nasional, Pemusatan instalasi militer TNI
AL di Kawasan Morokrembangan yang berdekatan dengan pelabuhan dinilai bisa menjadi
sasaran tembak jika terjadi serangan musuh. Setelah melalui pertimbangan strategis, pada
akhir tahun 1959 mulailah dibangun lapangan udara waru yang saat ini dikenal sebagai
Lanudal Juanda. Proyek pembangunan pangkalan udara TNI AL Juanda selesai dan resmi
beroperasi pada awal 1964, Pangkalan Udara tersebut memegang peran penting dalam
konfrontasi pembebasan irian barat.
Pada awal tahun 1980 muncul kebutuhan dan skenario ekonomi yang mengharuskan
pangkalan udara TNI AL difungsikan untuk penerbangan sipil (komersial), Bandara Juanda
ditetapkan sebagai Bandara Internasional pada akhir tahun 1990. Kawasan sekitar Bandara
Juanda yang awalnya hanya sebuah kawasan hutan dan rawa pesisir dan tambak, secara
bertahap mulai berubah dan berkembang menjadi sebuah kawasan permukiman.
Memasuki tahun 2000 saat kondisi Indonesia berangsur pulih dari krisis ekonomi,
beragam kegiatan industri dan pergudangan serta bisnis logistik di Kabupaten Sidoarjo
mulai tumbuh dan berkembang pesat di wilayah waru dan menjalar semakin intensif ke
selatan mencakup wilayah Sedati, Gedangan, Buduran dan Sidoarjo. Proses perembetan
kegiatan ekonomi atau perluasan pengaruh kota secara fisik ke wilayah hinterland dalam
ilmu planologi lebih dikenal sebagai konurbasi. Fenomena konurbasi Kota Surabaya terjadi
disisi selatan (Sidoarjo) dan sisi barat (Gresik).
Proses konurbasi di perbatasan sidoarjo yang berlangsung cepat, dan intensif dalam
skala besar menimbulkan mobilisasi penduduk dari kedua sisi (Sidoarjo Menuju Surabaya
dan sebaliknya) menjadi sangat tinggi. Dalam waktu 10 tahun, peningkatan volume lalu
lintas kendaraan di ruas arteri Surabaya-Sidoarjo sudah mendekati ambang kapasitas jalan,
di segmen Aloha kapasitas jalan arteri SBY-SDJ 3502 smp/jm, pada arah SDJ-SBY kapasitas
jalan 3444 smp/jm)
2. Dimensi Persoalan Penataan Ruang di Sekitar Bandara Internasional Juanda
Kegiatan pembangunan fasilitas dan sarana kota pada periode 1999 hingga akhir 2002
khususnya di sekitar Bandara Juanda (Waru, Gedangan dan Sedati) berlangsung cepat. Hal
tersebut nampaknya belum diprediksi dan diantisipasi oleh pemerintah dan otoritas
bandara. Seperti diketahui bahwa produk penataan ruang pada skala rinci baru muncul dan
mulai familier dipertengahan tahun 2002, akurasi pengendalian pembangunan oleh
Pemerintah Daerah belum optimal karena belum menggunakan peta berskala rinci seperti
era pasca lahirnya UU 26 Tahun 2007.
Penataan dan pengendalian jalur akses utama maupun sirip menuju bandara yang
cenderung terlambat mengakibatkan upaya pengembangan infrastruktur pendukung (rel
kereta bandara, shelter, terminal dll) menjadi tidak optimal. Bandara Internasional Juada
kini dikelilingi oleh berbagai kegiatan yang komplek dengan jalur akses menuju bandara
banyak dipadati oleh pergerakan internal yang tidak memiliki keterkaitan dan kepentingan
menuju Bandara Internasional.

3. Dimensi Persoalan Kepadatan Ruang Udara Bandara Juanda


Penataan kawasan ruang di kawasan bandara juanda tidak hanya soal ruang darat,
tetapi juga mencakup ruang udara. Meningkatnya jadwal penerbangan komersial di Bandara
Juanda secara tidak langsung mempengaruhi kebutuhan latihan terbang personil militer
angkatan laut. Performance terbang khususnya dalam pelayanan waktu tunggu pesawat
untuk bersiap takeoff dan landing menjadi hal yang perlu dicermati.
Bandara Juanda merupakan bandara internasional yang melayani penerbangan
pesawat propeller dan pesawat bermesin jet. Sebagai perbandingan, bandara internasional
cengkareng yang hanya melayani penerbangan pesawat bermesin jet memiliki performance
waktu terbang 1 menit dan pelayanan landing dan takeoff 4 menit. Sementara Bandara
Internasional Juanda memiliki waktu tunggu 1 menit 30 detik, pelayanan optimum landing
dan takeoff 5 menit.
Bagi pesawat bermesih jet, proses takeoof dapat berlangsung 1menit sedangkan pada
pesawat propeller dapat memakan waktu lebih dari 2 menit. Tuntutan untuk meningkatkan
performance terbang pesawat propeller dapat mengakibatkan proses takeoff dan landing
pesawat komersial maupun pesawat latihan angkatan laut yang didominasi pesawat
propeller menjadi sangat berbahaya.
Waktu tunggu terbang yang lama akan mempengaruhi kepadatan lalu lintas di ruang
udara Juanda dan antrian terbang di taxiway menjadi sangat tinggi. Dalam perspektif militer
angkatan laut, Kepadatan ruang udara akan mengurangi jadwal latihan dan jumlah pesawat
latih yang dioperasionalkan menjadi sangat terbatas serta ruang bebas maneuver latihan
menjadi lebih jauh, karena harus menghindari kepadatan lalu lintas udara di Juanda.
Airnav Indonesia selaku otoritas yang mengatur lalu lintas udara dituntut lebih
mengoptimalkan penerapan sistem performance base navigation (PBN), meliputi Rute
memotong untuk mengurangi jarak terbang, Rute memotong untuk mengurangi kepadatan
lalu lintas udara, dan rute pararel untuk menambah kapasitas ruang udara

4. Aerotropolis Menjawab Persoalan Pengembangan Bandara Internasional Juanda


Aerotropolis merupakan sebuah konsep pengembangan kota/kawasan yang fungsi
ruang dan infrastrukturnya berorientasi kepada bandara, konsep ini dikemukakan oleh John
D. Kasarda.
Aerotropolis Juanda tidak bicara soal kepentingan ekonomi berbasis bandara (industri
manufaktur, e-commerce, telekomunikasi dan logistik, hotel, gerai retail, pusat
entertainment dan exhibition, ruang perkantoran pusat perdagangan grosir), tetapi
mencakup kepentingan kepentingan keamanan dan pertahanan serta pengintegrasian
sarana transportasi.
Perwujudan konsep aerotropolis juanda hanya dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan produk rencana rencana induk bandara juanda, rencana induk pertahanan
nasional dan rencana tata ruang wilayah kabupaten. Dengan dokumen yang memiliki
kepastian hokum, Realisasi program akan memiliki kejelasan skema pembiayaan dan target
waktu yang jelas. Mimpi penyelesaian lalu lintas Bundaran aloha, Integrasi terminal
bungurasih dan stasiun waru sebagai simpul kereta bandara, interkonesi jalan lingkar timur
luar dengan akses bandara, integrasi terminal 1 juanda dengan terminal 2 dan rencana
pengembangan terminal 3 dapat terealiasi.

Anda mungkin juga menyukai