Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“ TREND ISSUE PENINGKATAN KEHAMILAN DAN KELAHIRAN PADA MASA


PANDEMI COVID 19”
Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dengan dosen pembimbing : Dina Indriati Dyah S, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Mat.

Disusun Oleh :
1. Zikry Ardian Saputra P1337420119010
2. Noviana Wulandari P1337420119020
3. R.A.Fikriyyah Zahiroh P1337420119028
4. Putriana Ramadhanti P1337420119049
5. Anggita Dyah Permata P1337420119058

DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019 / 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini,


Menyatakan bahwa makalah yang telah kami buat ini adalah sah dan asli hasil yang
kami kerjakan sebaik – baiknya. Dengan ini kami Kelompok 3 kelas 2 A1 angkatan 2019/2020
menyerahkan makalah ini pada :
Hari / tanggal :
Tempat :
Pukul :
Oleh :

Semarang, Agustus 2020

Mengetahui dan menyetujui,


Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dina Indriati Dyah S, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Mat.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada kami.
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “Trend Issue Peningkatan Kehamilan dan Kelahiran pada Masa Pandemi
Covid 19” ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas Program
Studi D3 Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan bimbingan, kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, masyarakat, dan pembaca.

Semarang, Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melahirkan adalah pengalaman yang unik dan emosional calon orang tua dengan
penuh semangat menunggu selama kehamilan untuk bertemu bayi mereka. Meskipun proses
ini memiliki tantangan yang tidak terduga, ada rasa kebahagiaan dan dukungan untuk
menyambut seorang anak baru lahir ke dunia. Dengan adanya pandemi penyakit virus corona
global 2019 (COVID-19) saat ini, tantangan baru muncul karena jarak sosial dan isolasi telah
menjadi standar keselamatan.
Isu mengenai baby boom menjadi topik hangat dan banyak diperbincangkan sejak
adanya pandemi Covid-19 dan sejak pemerintah menghimbau untuk stay at home atau work
from home,  yang mengharuskan interaksi yang lebih lama bagi keluarga di dalam rumah yang
berpotensi terjadinya kehamilan. Kemudian di saat bersamaan, masa pandemic ini juga
dianggap waktu yang baik untuk merencanakan memiliki anak bagi pasangan suami-istri yang
belum memiliki anak.
Dengan adanya pandemi Virus Corona Global 2019 (COVID-19) saat ini, tantangan
baru muncul karena jarak sosial dan isolasi telah menjadi standar keselamatan. Bukti
mendukung manfaat perlindungan dari hubungan sosial dan dukungan selama kehamilan dan
persalinan adalah adanya peningkatan risiko ibu dan janin bila ibu hamil dan melahirkan
kurang mendapat dukungan. Profesional Pelayanan Perawatan Kesehatan harus mengambil
tindakan pencegahan yang tepat untuk melindungi pasien dan diri mereka sendiri dari infeksi,
harus ada keseimbangan untuk memastikan bahwa kita tidak mengabaikan pentingnya
dukungan sosial dan emosional selama tonggak penting seperti kehamilan dan persalinan.
Sumber daya tersedia untuk membantu wanita hamil, dan teknologi merupakan peluang untuk
inovasi dalam memberikan perawatan.
Pelayanan kesehatan salah satunya pelayanan Keluarga Berencana (KB) di fasilitas
kesehatan juga terdampak Covid-19, dikhawatirkan bahwa pasangan usia subur atau akseptor
KB kemungkinan khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan, di lain pihak fasilitas
kesehatan juga kekurangan Alat Pelindung Diri, sehingga timbul risiko putus-pakai
pemakaian kontrasepsi yang akan berdampak kehamilan tidak direncanakan. 
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peningkatan Kehamilan dan Kelahiran saat Masa Pandemi COVID 19?
2. Bagaimana Resiko Kehamilan dan Kelahiran saat Masa Pandemi COVID 19?
3. Bagaimana Solusi Kehamilan dan Kelahiran saat Masa Pandemi COVID 19?
4. Bagaimana Peran Keperawatan Maternitas untuk Memberikan Pelayanan ?

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui Peningkatan Kehamilan dan Kelahiran saat Masa Pandemi COVID
19
2. Dapat mengetahui Resiko Kehamilan dan Kelahiran saat Masa Pandemi COVID 19
3. Dapat mengetahui Solusi Kehamilan dan Kelahiran saat Masa Pandemi COVID 19
4. Dapat mengetahui Peran Keperawatan Maternitas untuk Memberikan Pelayanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peningkatan Kehamilan pada Masa Pandemi Covid 19


Pandemic virus corona global 2019 (Covid 19) membuat banyak aktivitas keseharian
menjadi berubah karena adanya protocol untuk #DiRumahAja. Di balik pandemic yang masih
terjadi, rupanya muncul fenomena menarik mengenai angka kehamilan serta kelahiran.
Berdasarkan data, angka kehamilan saat COVID-19 ini meningkat pesat.
Selama pandemi COVID-19 negara-negara di dunia melakukan langkah pencegahan
transmisi dengan memberlakukan penguncian wilayah, sebagian maupun total. Kondisi itu
kemudian berdampak pada peningkatan aktivitas individu yang selama ini tidak menjadi
prioritas, seperti seks. Di sisi lain efek turunan itu tidak diimbangi dengan ketersediaan
layanan keluarga berencana (KB). Selama pandemi akses kepada fasilitas kesehatan jadi
terbatas. Masyarakat juga sulit dan merasa takut berpergian hanya untuk mendapat layanan
KB, sehingga akhirnya memilih menunda layanan.
Sementara produksi dan distribusi alat kontrasepsi terhambat akibat berbagai macam
pembatasan. Badan kesehatan seksual dan reproduksi PBB (UNFPA) hanya bisa mendapat
50-60 persen pasokan kondom selama wabah. Lalu seperti dilansir dari Guardian, perusahaan
kontrasepsi raksasa di Malaysia, Karex sampai harus mengurangi produksi hingga 200 juta
kondom per hari. Melihat dampak serius pandemi COVID-19 terhadap layanan kesehatan
reproduksi UNFPA membuat prediksi jangka pendek soal ketersediaan kontrasepsi bagi
perempuan. Dalam jangka enam bulan penguncian wilayah, akan ada 47 juta perempuan dari
114 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak dapat mengakses kontrasepsi modern.
Dari jumlah tersebut diperkirakan ada sekitar 7 juta kehamilan tidak direncanakan
(KTD) akan terjadi. Setiap tiga bulan berikutnya, jumlah perempuan yang tidak dapat
mengakses kontrasepsi modern bertambah sebanyak 2 juta jiwa.
Tren di Indonesia sudah menunjukkan kondisi yang dikhawatirkan UNFPA. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan pandemi COVID-
19 bisa memunculkan ledakan penduduk di masa depan. Data lembaga ini memuat penurunan
penggunaan alat kontrasepsi selama pandemi.
“Pelayanan KB sangat bergantung pada kontak langsung, ketika ada physical distancing maka
jelas menurun pelayanan itu,” ungkap Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan
tertulis yang diterima Tirto.
Jumlah pengguna kontrasepsi di Indonesia secara umum menurun 40 persen pada bulan
Maret dibandingkan Februari 2020. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) berubah
dari 36 ribu menjadi 23 ribu. Kemudian, KB implan turun dari 81 ribu menjadi 51 ribu, KB
suntik dari 524,9 ribu menjadi 341 ribu. Selanjutnya KB pil turun menjadi 146 ribu dari
awalnya 251,6 ribu, tubektomi dari 13,5 ribu menjadi hanya delapan ribu pengguna saja.
Fluktuasi pada kontrasepsi pria juga menurun, seperti kondom penggunanya turun menjadi
19,5 ribu dari semula 31,5 ribu. Terakhir vasektomi berkurang menjadi seribu pengguna dari
sebelumnya sekitar 2,2 ribu.
Jika akses ketersediaan kontrasepsi tak segera ditangani, larangan untuk menunda anak
seperti anjuran organisasi kesehatan ginekologi bisa saja tak berbuah hasil. Salah-salah malah
bisa menambah bonus demografi Indonesia pada tahun 2030-2040 nanti yang akan
memperparah adanya baby boom atau peningkatan kehamilan dan kelahiran bayi di Indonesia.

2.2 Resiko Kehamilan dan Kelahiran saat Pandemi Covid 19


Janin yang sedang berkembang di dalam rahim bisa sangat sensitif terhadap lingkungan
yang penuh tekanan dan serangan beracun terhadap kesehatan ibu mereka. Infeksi virus
seperti Zika atau varicella, penyebab cacar air, dapat menyebabkan cacat lahir yang serius -
dan menyebabkan kesulitan kognitif dan gangguan penglihatan yang menghancurkan. Apalagi
paparan COVID-19 mendatangkan malapetaka yang sama pada ibu hamil dan bayi mereka
jika tidak ditangani dengan tenaga professional.
Saat ini, beberapa tim peneliti sedang menyelidiki potensi dampak dan resiko pandemi
pada kehamilan, seperti :
1. Sulit Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Karena penerapan protocol kesehatan dengan adanya social distancing menyebabkan
ibu hamil sulit mendapatkan pelayanan kesehatan. Ibu hamil tidak bisa bertemu dengan
dokter dan pergi ke Rumah Sakit, Klinik, atau Puskesmas. Jikapun diperbolehkan control
ke layanan kesehatan, layanan kesehatan akan meminta surat keterangan rapid test, dimana
untuk mencari keterangan itu akan diperlukan biaya tambahan. Disamping itu, yang lebih
penting adalah ibu hamil lebih rentan terpapar virus COVID-19 jika dipaksa pergi ke
pelayanan kesehatan karena imunitas tubuh ibu hamil cenderung lebih lemah. Apabila ibu
hamil terpapar COVID-19, maka dampaknya akan juga dirasakan oleh calon bayi.
2. Resiko Komplikasi
Dampak kehamilan secara jangka pendek adalah risiko komplikasi saat hamil muda
yang sulit ditangani karena tenaga kesehatan fokus menangani pasien Covid-19. Seperti
banyak diketahui, pemerintah menyarankan masyarakat untuk tidak berkunjung ke rumah
sakit jika tidak dalam kondisi darurat. Alasannya, dikhawatirkan terjadi penularan virus
corona mengingat sebagian besar fasilitas kesehatan menangani pasien terkait penyakit
Covid-19. Padahal, ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kandungan secara rutin
(termasuk melakukan kontrol dengan USG jika perlu) untuk memantau tumbuh kembang
janin.
Dengan kondisi saat ini, konsultasi bisa dilakukan secara online walau tanpa disertai
pemeriksaan langsung. Salah satu risiko absennya pemeriksaan langsung adalah terjadinya
komplikasi, khususnya saat trimester 1. Beberapa komplikasi kehamilan yang bisa dialami
saat trimester pertama adalah:
a. ISK (infeksi saluran kencing). Hormon kehamilan menyebabkan perubahan jaringan
saluran kemih sehingga rentan terhadap infeksi bakteri. Jika tidak segera ditangani,
dapat menyebabkan infeksi ginjal dan kelahiran prematur.
b. Hiperemesis gravidarum. Muntah dan mual umum terjadi pada awal kehamilan, namun
hiperemesis ini adalah muntah berlebih yang dapat menyebabkan dehidrasi dan muntah
darah.
c. Hamil ektopik. Istilah ini mengacu pada kondisi dimana sel telur yang dibuahi tertanam
di luar rahim.
d. Keguguran dini. Jika terdapat flek yang berlangsung lama dengan warna darah merah
segar, ada kemungkinan terjadi keguguran.
3. Kesulitan Ekonomi
Ada juga dampak kehamilan di masa pandemi secara jangka panjang, yaitu risiko
kesulitan ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa kemiskinan bisa
meningkat hingga 1,89 juta jiwa dan pengangguran 2,92 juta jiwa. Tanpa angka dari
pemerintah pun, terdampaknya berbagai macam jenis usaha membuat kondisi keuangan
banyak keluarga memburuk. Kemudian banyak juga pegawai yang terkena dampak PHK
karena adanya pembatasan pegawai yang berimbas pada ekonomi masyarakat yang
terganggu. Bertambahnya satu anggota keluarga lagi tentu akan sangat memberatkan.
Apalagi, biaya kesehatan bayi cukup tinggi, belum termasuk biaya pendidikannya kelak. 
4. Terganggunya Kesehatan Mental Ibu
Virus corona telah mengganggu rencana kehamilan dan meningkatkan kecemasan
sebagian besar ibu hamil, yang mempertanyakan bagaimana dampak virus itu terhadap
kelahiran bayi mereka. Sebuah studi berbasis di Amerika Serikat, menemukan bahwa 84
persen ibu hamil mengalami beberapa tingkat stres selama kehamilan mereka. Penelitian
lain yang diterbitkan di British Journal of Psychiatry menemukan bahwa persentase ibu
hamil yang menderita kecemasan terus meningkat tiap trimester.
Terlebih lagi saat kondisi seperti sekarang ini, di mana terjadi pandemi global yang
tak urung selesai. Dengan pembatasan karena Covid-19, jumlah wanita yang menderita
kecemasan dan depresi diperkirakan terus meningkat. Kebanyakan ibu hamil merasa cemas
jika melahirkan tanpa disertai orang-orang yang mereka kasihi di samping mereka,
kesulitan keuangan, potensi penurunan bantuan rumah tangga, ketidakamanan, dan
ketidakmampuan untuk mengakses sistem pendukung. Sebagian lagi kuatir takut terinfeksi
COVID-19 dan tidak dapat memeluk bayi mereka. Pandemi virus corona telah menambah
kecemasan dan ketidakpastian ke dalam situasi yang mencemaskan.
5. Peningkatan Angka Kelahiran Premature serta Resiko Bayi Lahir Cacat
Analisis tahun 2018 oleh seorang ekonom perawatan kesehatan di University of
Maryland mengungkapkan bahwa bayi yang lahir selama pandemi itu menderita kondisi
kesehatan buruk yang lebih tinggi di kemudian hari, termasuk diabetes, penyakit ginjal,
dan penyakit jantung. Penelitian lain mengungkapkan bahwa anak-anak yang lahir selama
pandemi adalah saat mereka dewasa akan lebih pendek, lebih miskin, dan kurang
berpendidikan dengan tingkat kecacatan fisik yang lebih tinggi daripada biasanya. Hal itu
terjadi karena saat masa kehamilan kurangnya asupan nutrisi pada ibu dan factor psikologis
ibu yang terganggu, seperti adanya rasa kecemasan yang berlebih akibat pandemi sehingga
akan mempengaruhi janin yang dikandung.
Para peneliti dari University of Zurich baru-baru ini merilis laporan yang
menunjukkan bahwa paparan hormon stres dapat meningkatkan peluang bayi terkena
ADHD dan kardiovaskular. “Ada banyak wanita hamil yang cemas atau tertekan. Ini dapat
mempengaruhi perkembangan otak bayi, yang pada gilirannya membuat anak berisiko
besar mengalami kecemasan, belajar lambat, atau masalah perilaku lain,” kata Vivette
Glover, Profesor Psikobiologi di Imperial College London.
2.3 Solusi kehamilan dan Kelahiran saat pandemi COVID 19
Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) dan berbagai organisasi obstetri
dan ginekologi dunia sepakat memberikan arahan kepada masyarakat untuk menunda
program kehamilan selama masa pandemic COVID-19.
Kenapa hamil dilarang?

American Society for Resproductive Medicine (ASMR) merumuskan beberapa


arahan bagi dokter bidang kebidanan dan kehamilan diantaranya :



Lalu, apa saja solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah kehamilan di masa
pandemi?
1. Membeli kondom
Jika Anda tidak bisa berkunjung ke bidan atau rumah sakit untuk meminta resep
pil KB, mengikuti jadwal suntik, pemasangan implan, ataupun pengecekan IUD, Anda
masih bisa membeli kondom di apotek atau minimarket yang masih beroperasi. Namun,
jangan lupa untuk melakukan sejumlah prosedur keamanan dan kebersihan seperti
mengganti baju, mencuci tangan dan mandi segera setelah tiba di rumah.
2. Membeli kontrasepsi secara online
Berbagai toko online masih menjual kondom serta pil KB sehingga Anda bisa
membelinya tanpa perlu keluar rumah. Beberapa gerai terpercaya yang menjual produk
kontrasepsi secara online di Indonesia misalnya Asmaraku, Klik-K24, Kimia Farma
Online, Halodoc, Grab Health, Shopee, Tokopedia, Jd.id, serta Lazada. Jangan lupa
untuk menanyakan ketersediaan stok terlebih dahulu serta memastikan tanggal
kadaluwarsa sebelum membeli. Selain itu, usahakan hanya bertransaksi melalui gerai-
gerai resmi. Jika terpaksa membeli produk melalui merchant yang bukan gerai resmi
karena keterbatasan stok, pastikan toko yang Anda pilih memiliki reputasi yang baik.
Salah satu caranya adalah membaca kolom ulasan terlebih dahulu.
3. Berkonsultasi online
Sebelum memutuskan menggunakan kontrasepsi modern pada masa Covid-19,
Anda bisa melakukan konsultasi secara online. DKT Indonesia, misalnya, membuka
layanan konsultasi online dengan tenaga Kesehatan bidan dan juga dokter, melalui
layanan bebas pulsa 0800-1-326459 atau Whatsapp ke 0811-1-326459 pada hari Senin
hingga Jumat pukul 08.00–17.00 WIB. Selain terjamin kerahasiaannya, Anda juga bisa
meminta nomor kontak Bidan Andalan terdekat dari tempat tinggal Anda.
4. Memanggil dokter atau bidan ke rumah
Mengunjungi tempat umum, termasuk tempat pelayanan kesehatan, mungkin
membuat sebagian dari Anda khawatir dengan penyebaran virus. Tanpa harus keluar
dari rumah, Anda tetap bisa mendapatkan pelayanan dengan cara memanggil tenaga
medis ke rumah untuk melakukan suntik KB.
5. Gunakan Postpil atau Kontrasepsi Darurat
Jika sudah terlanjur melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan alat
kontrasepsi, Anda bisa menggunakan Postpil atau Kontrasepsi Darurat paling lama 120
jam atau lima hari setelah melakukan hubungan seksual. Anda bisa mendapatkan Postpil
tersebut di apotek terdekat dengan menyertakan resep dokter terlebih dahulu.

2.4 Peran Keperawatan Maternitas dalam membrikan peyalanan


Peran perawat dalam memberikan pelayanan ada 4, yaitu:
1. Peran promotif
 Anjuran kepada ibu hamil dan ibu menyusui untuk meningkatkan imunitas tubuh
 Segera memeriksakan diri ke dokter kandungan dan melakukan pencegahan virus
bila terdapat gejala-gejala seperti demam, sesak nafas, flu
 Physical distancing, sosial distancing, isolasi mandiri bila ada gejala, tidak
menyentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut
 Persiapan Era New Normal, Tele konsultasi (via medsos, WA dsb)
 Manajemen laktasi bagi busui dengan COVID-19
2. Peran preventif
Health Education bagi ibu hamil, yang akan bersalin dan post partum:
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, atau dengan
hand sanitizer yang mengandung alkohol setidaknya 60%, terutama sebelum dan
sesudah bersin, batuk, atau makan, juga sehabis dari toilet.
 Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tissue atau lengan bagian
dalam, lalu segera buang tissue yang sudah digunakan ke tempat sampah.
 Konsumsi makanan bergizi dan seimbang.
 Lakukan olahraga secara rutin dan istirahat yang cukup.
 Jangan merokok dan hindari asap rokok.
 Jaga kebersihan lingkungan.
3. Peran Kolaboratif
 Pencegahan penambahan kasus
 Mengurangi AKI dan AKB
 Mengoptimalkan askep pada ibu
 Mengurangi beban kerja
4. Peran Pemberi Askep
Dalam peran pemberi askep ada 3, yaitu:
a. Antenatal
- Edukasi dan konseling pada ibu hamil dengan komplikasi seperti:
hiperemesis, abortus, IUFD, masalah psikologis.
- Kasus-kasus ganguang nutrisi pada ibu hamil, perawatan payudara, senam
hamil, imunisasi, kebersihan diri, persiapan persalinan, perawatan bayi.
b. Intranatal
- Melakukan asuhan keperawatan pada persalinan normal
- Melaksanakan manajemen nyeri Effleurage dan Counter Pressure
- Mengobservasi melalui partograf
- Melakukan episiotomi
- Memotong dan mengikat tali pusat
- Bounding attachment ibu dan bayi
- Merawat bayi segera setelah lahir
c. Postnatal
- Memeriksa diatasis rectus abdominis
- Melaksanakan tindakan dan pendidikan kesehatan ibu post partum: nutrisi,
perawatan payudara, senam nifas, perawatan vulva dan perineum, perawatan
kebersihan diri, seksualitas
- Bayi baru lahir: mengidentifikasi tanda asfiksia pada bayi baru lahir,
memberikan stimulasi pada bayi baru lahir

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR ISI

Adhiyasasti, Menur. 2020. Dampak Kehamilan Saat Pandemi, Dari Komplikasi Hingga
Ekonomi. https://skata.info/article/detail/698/dampak-kehamilan-saat-pandemi-dari-
komplikasi-hingga-ekonomi. Diakses pada 8 Agustus 2020

Fk,Iro. 13 Mei 2020. Strategi Cegah Baby Boom Pasca Pandemi Covid-19
https://fk.ugm.ac.id/strategi-cegah-baby-boom-pasca-pandemi-covid-19/. Diakses pada 8
Agustus 2020

Marsa, Linda. 1 Juli 2020. Pregnant During the Pandemic: How Does COVID-19 Affect
Expecting Women and Their Babies?. https://www.discovermagazine.com/health/pregnant-
during-the-pandemic-how-does-covid-19-affect-expecting-women-and. Diakses pada 8
Agustus 2020

PosBali. 6 Juli 2020. Resiko Hamil di Masa Pandemi. https://posbali.co.id/resiko-hamil-di-


masa-pandemi/. Diakses pada 8 Agustus 2020

Rgare.com. 16 Juli 2020. The Impact of COVID-19 on Pregnancy and Childbirth.


https://www.rgare.com/knowledge-center/media/covid-19/the-impact-of-covid-19-on-
pregnancy-and-childbirth#:~:text=COVID%2D19%20may%20pose%20a,mucosa%2C
%20and%20altered%20cellular%20immunity. Diakses pada 8 Agustus 2020

Widya Putri, Aditya. 19 Mei 2020. Seks Saat Pandemi: Kurang Kontrasepsi Hingga Dilarang
Hamil. https://tirto.id/seks-saat-pandemi-kurang-kontrasepsi-hingga-dilarang-hamil-fjBU.
Diakses pada 8 Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai