Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PASIEN POST PARTUM DENGAN COVID-19


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Maternitas II

ANGGOTA KELOMPOK:
Bunga Fortuna S (11212018)
Dewi Sartika (11212026)
Hasatia Ragaini (11212053)
Ian Satrian (11212056)
Lia Yuliana (11212071)
Martha Nababan (11212095)
Novi Citra L. Harahap(11212092)
Nunung Nurmayanti (11212096)
Yuliawaty (11212163)

S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERTAMEDIKA
2021-2022

1
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul “Pasien Post Partum dengan
Covid-19” dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu Tugas Mata Ajar Keperawatan
Maternitas II Sekolah Tinggi Ilmi Keperawatan Pertamedika.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ns. Hanik Rohmah I, M. Kep,Sp.Kep Mat selaku dosen mata ajar keperawatan maternitas
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk materi dan
non materi.
3. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
4. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Post partum spontan bagi pembacanya. Penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan di banyak bagian, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik supaya penulis dapat memperbaikinya.

Jakarta, 29 September 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini, dengan nama virus
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-COV2). Dimulai dari daerah
Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok yang melaporkan pertama kali mengenai kasus
Pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. Data dari website WHO tanggal 7 Maret
2020 didapatkan kasus konfirmasi sebanyak 90.870 dengan total kematian 3.112 orang.
Hingga tanggal 22 Juli 2020, WHO melaporkan 14.971.036 kasus konfirmasi dengan 618.017
kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,1%). Indonesia melaporkan kasus
pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh
wilayah Indonesia. Sampai tanggal 23 Juli 2020 ada sebanyak 93.657 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 4.576 orang (CFR 4,9%) dan menjadi
negara dengan peringkat 10 besar negara kasus tertinggi positif konfirmasi COVID-19.
Secara keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil jika dibandingkan
dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu Severe Acute Respiratory
Syndrome-coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome-coronavirus
(MERS-CoV) masing-masing sebesar 10% dan 40%.

Hingga saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global dan nasional masih dalam risiko sangat
tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia dihadapkan pada kenyataan
untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan COVID-19. Oleh karenanya
diperlukan pedoman dalam upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk
memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar tetap sehat, aman dan produktif, sehingga
seluruh penduduk Indonesia mendapat pelayanan yang sesuai standar.

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama

yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan

3
gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus
berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik
yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari.
Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis
bahkan meninggal.
Sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam hubungannya dengan
kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada rekomendasi yang dikeluarkan oleh
WHO secara spesifik untuk penanganan ibu hamil dengan COVID-19. Berdasarkan data
yang terbatas tersebut dan beberapa contoh kasus pada penanganan Coronavirus sebelumnya
(SARS-CoV dan MERS-CoV) dan beberapa kasus COVID-19, dipercaya bahwa ibu hamil
dengan komorbid memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas
dan mortalitas dibandingkan dengan populasi umum. Efek samping pada janin berupa
persalinan preterm juga dilaporkan pada ibu hamil dengan infeksi COVID-19. Akan tetapi
informasi ini sangat terbatas dan belum jelas apakah komplikasi ini mempunyai hubungan
dengan infeksi pada ibu. Dalam dua laporan yang menguraikan 18 kehamilan dengan
COVID-19, semua terinfeksi pada trimester ketiga didapatkan temuan klinis pada ibu hamil
mirip dengan orang dewasa yang tidak hamil. Gawat janin dan persalinan prematur
ditemukan pada beberapa kasus. Pada dua kasus dilakukan persalinan sesar dan pengujian
untuk SARS-CoV-2 ditemukan negatif pada semua bayi yang diperiksa.
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat melewati rute
transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan dimana bayi pada pemeriksaan
didapatkan pemeriksaan positif dengan adanya virus beberapa saat setelah lahir, tetapi
penelitian ini perlu validasi lebih lanjut tentang transmisi ini apakah terjadi di dalam
kandungan atau di post- natal. Saat ini tidak ada data yang mengarahkan untuk peningkatan
risiko keguguran yang berhubungan dengan COVID-19. Laporan kasus dari studi
sebelumnya dengan SARS dan MERS tidak menunjukkan hubungan yang meyakinkan
antara infeksi dengan risiko keguguran atau kematian janin di trimester dua.
Oleh karena tidak adanya bukti akan terjadinya kematian janin intra uterin akibat infeksi
COVID-19, maka kecil kemungkinan akan adanya infeksi kongenital virus terhadap

4
perkembangan janin.
Terdapat laporan kasus pada persalinan prematur pada wanita dengan COVID-19, namun
tidak jelas apakah persalinan prematur ini iatrogenik atau spontan. Persalinan iatrogenik
disebabkan persalinan karena indikasi maternal yang berhubungan dengan infeksi virus,
meskipun terdapat bukti adanya perburukan janin dan KPD preterm pada satu laporan kasus.
Dokter dan petugas medis lainnya sebaiknya melakukan anamnesis tentang riwayat
perjalanan seorang ibu hamil dengan gejala demam dan infeksi saluran pernapasan atas
mengikuti panduan sesuai dengan PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISESASE (COVID-19) diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada tanggal 13 Juli 2020 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/247/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Dokter dan petugas kesehatan lainnya juga harus memberitahu
petugas penanggung jawab infeksi di rumah sakitnya sendiri (Komite Pencegahan dan
pengendalian infeksi / PPI) untuk penanganan kasus di tempat penemuan dan petugas di
rumah sakit rujukan dan Departemen Kesehatan di daerahnya.
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh wilayah
provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin meningkat
dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta
kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Presiden tersebut menetapkan
COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
(KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, atas
pertimbangan penyebaran COVID-19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan
kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi
pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.
Penanggulangan KKM dilakukan melalui penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan baik di

5
pintu masuk maupun di wilayah. Dalam penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di
wilayah, setelah dilakukan kajian yang cukup komprehensif Indonesia mengambil kebijakan
untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang pada prinsipnya
dilaksanakan untuk menekan penyebaran COVID-19 semakin meluas, didasarkan pada
pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis
operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
Pengaturan PSBB ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19), dan secara teknis dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih dalam risiko
sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia dihadapkan pada
kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan COVID-19. Oleh
karenanya diperlukan pedoman dalam upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk
memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar tetap sehat, aman, dan produktif, dan
seluruh penduduk Indonesia mendapatkan pelayanan yang sesuai standar. Pedoman
pencegahan dan pengendalian COVID-19 disusun berdasarkan rekomendasi WHO yang
disesuaikan dengan perkembangan pandemi COVID-19, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Membuat suatu rekomendasi terkini mengenai COVID-19 pada ibu hamil dalam masa New
Normal yang berbasis rekomendasi ilmiah.
2. Tujuan khusus
a. Membuat rekomendasi berdasarkan bukti ilmiah (scientific evidence) untuk
membantu para praktisi dalam menangani COVID-19 pada maternal.
b. Memberi rekomendasi terkini bagi rumah sakit/penentu kebijakan untuk bisa
sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK) sementara, sebelum adanya panduan

6
nasional atau internasional tentang penanganan COVID-19 pada maternal.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian COVID-19
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia
dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan,
mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar diantara orang- orang melalui
tetesan pernapasan dari batuk dan bersin.Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga
hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau
dalam aerosol selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi
hingga Maret 2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan
risikonya diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa
muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). COVID-19 termasuk dalam genus dengan
flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini
secara genetic sangat berbeda dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV. Homologi
antara COVID-19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-
SARS yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, COVID-19
dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam. Sementara itu
untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel dibutuhkan waktu
sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena
virus mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah disel
alveolar tipe II paru-paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus,
yang disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2dan memasuki sel inang (Letko et al,
2020). Kepadatan ACE2 di setiap jaringan berkorelasi dengan tingkat keparahan
penyakit di jaringan itu dan beberapa ahli berpedapat bahwa penurunan aktivitas ACE2

8
mungkin bersifat protektif. Dan seiring perkembangan penyakit alveolar, kegagalan
pernapasan mungkinterjadi dan kematian mungkin terjadi (Xu et al, 2020).
Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, d an δ.
Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah diketahui
menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSr
CoV), severeacute respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr CoV) dan novel
coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia ringan dan bahkan
berat, serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona sensitif
terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan (secara efektif dengan
hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih
tangan yang mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan
dalam wabah ini (Safrizal dkk, 2020).

B. Etiologi
Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona 2019 (yang
disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19 didasarkan pada pemahaman
sifat fisikokimia dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan,
edisi kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus tidak dapatdinonaktifkan
secara efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudiandefinisi baru ditambahkan dalam ed
isi keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk bulat dan sering
berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Karakteristik genetiknya jelas berbeda
dari SARSr- CoV dan MERSr-CoV. Homologi antara nCoV-2019 dan bat-SL-
CoVZC45 lebih dari 85%. Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan
dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan
sekitar 6 hari untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“,
serta ”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk, 2020).
CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota di bawah mikroskop
elektron (corona adalah istilah latinuntuk mahkota) karena adanya lonjakan
glikoprotein pada amplop. Subfamili Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae

9
(orde Nidovirales) digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),
Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan Gammacoronavirus
(deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV membelah menjadi lima sub- genera atau garis
keturunan10. Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan
tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung
tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs. Anggota keluarga besar
virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, enterik, hati, dan neurologis pada
berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi, kucing, dan kelelawar (Safrizaldkk,
2020).
Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang mampumenginfeksi manusia telah
diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi pada pertengahan 1960-an, sementara
yang lain hanya terdeteksi pada milenium baru. Dalam istilah genetik, Chan et al. telah
membuktikan bahwa genom HCoV baru, yang diisolasi dari pasienkluster dengan
pneumonia atipikal. Setelah mengunjungi Wuhan diketahui memiliki 89% identitas
nukleotida dengan kelelawar SARS-seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia
SARS- CoV11. Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2. Genom
RNA untai tunggal-nya mengandung 29891 nukleotida, yang mengkode 9860 asam
amino. Meskipun asalnya tidak sepenuhnya dipahami, analisis genom ini menunjukkan
bahwa SARS-CoV-2 mungkin berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar.
Namun, potensi mamalia yang memperkuat, perantara antara kelelawar dan manusia,
belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli bisa secara langsung memicu
virulensi terhadap manusia, maka tidak dipastikan bahwa perantara ini ada (Safrizal
dkk, 2020).

C. Karakteristik Epidemiologi
Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemiologi meliputi:
1. Orang dalam pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memilikiriwayat demam
atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang memiliki riwayat

10
perjalanan ke negara yang terjangkit pada14 hari terakhir sebelum timbul gejala
juga dikategorikan sebagai dalam pemantauan.
2. Pasien dalam pengawasan
a. Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yang
terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19 dan
seseorang yang mengalami gejala- gejala, antara lain: demam (>38°C); batuk,
pilek, dan radang tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkan
gejala klinis dan/atau gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda
menjadi tidakjelas.
b. Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau ISPA ringan
sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memiliki salah
satu dari paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19,
bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien
konfirmasi COVID-19, memiliki riwayat perjalanan ke wilayah endemik,
memiliki sejarah kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada
14 hari terakhir ke wilayah endemik.

D. Mekanisme Penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan melalui
kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang memiliki kontak
langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi
aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan
semakin mudah (Safrizal dkk, 2020).

E. Karakteristik Klinis
Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa
inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi
dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap sebagai
manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia,

11
mialgia dan diare relative jarang terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau
hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggusetelah onset penyakit, dan yang
lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan
akut, syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan
dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien dengan penyakit parah atau kritis
mungkin mengalami demam sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama
sekali. Kasus ringan hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya
tanpa manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar
pasien memilikiprognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan penyakit
kronis yang mendasari biasanya memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan
gejala yang relatif ringan sering terjadi pada anak-anak. Beberapa gejala yang
mungkin terjadi, antara lain :
1. Penyakit Sederhana (ringan) Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi
virus saluran pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering),
sakit tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau
malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius,seperti dispnea, tidak ada.
Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-pernapasan seperti
diare sulit ditemukan.
2. Pneumonia Sedang Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau
takipnea pada anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia berat.
3. Pneumonia Parah Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan pernapasan,
takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2 <90% pada udara kamar).
Namun, gejala demam harus ditafsirkan dengan hati-hati karena bahkan dalam bentuk
penyakit yang parah, bisa sedangatau bahkan tidak ada. Sianosis dapat terjadi pada
anak-anak. Dalam definisi ini, diagnosis adalah klinis, dan pencitraan radiologis
digunakan untuk mengecualikan komplikasi.
4. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS) Diagnosis memerlukan kriteria klinis
dan ventilasi. Sindrom ini menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang
serius atau memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi. Berbagai
bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia.

12
F. Pencegahan Penularan
COVID-19 Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan penularan
COVID-19 meliputi:
1. Sering-Sering Mencuci Tangan Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber
dari tangan. Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir
efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona. Pentingnya
menjaga kebersihan tangan membuat memiliki risiko rendah terjangkit berbagai
penyakit.
2. Hindari Menyentuh Area Wajah Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area
segitiga wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh
oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.
3. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan Menghindari kontak kulit seperti berjabat
tangan mampu mencegah penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari
kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran
virus Corona.
4. Jangan Berbagi Barang Pribadi Virus Corona mampu bertahan di permukaan
hingga tiga hari. Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone,
dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah terinfeksi virus
Corona.
5. Etika ketika Bersin dan Batuk Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui
udara. Ketika bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada
disekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu ketika
menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih
menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang tertinggal di
tangan.
6. Bersihkan Perabotan di Rumah Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan
lingkungantempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih
perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan rumah yang
rentan tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop, handphone, apa

13
pun, secara teratur. Bisa membuat cairan disinfektan buatan sendiri di rumah
menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan perabotan rumah cukup dua kali
sehari.
7. Jaga Jarak Sosial Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang
efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak
fisik atau physical distancing. Dengan menerapkan physical distancing ketika
beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu langkah
mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter.
Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa
diterapkan.
8. Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak Pemerintah Indonesia bekerja sama
dengan Kepolisian Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak
melakukan aktivitas keramaian selama pandemik virus Corona. Tidak hanya
tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat ibadah saat
ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk
mencegah penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan melalui
makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan
aktivitas di rumah agar pandemik virus Corona cepat berlalu.
9. Mencuci Bahan Makanan Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga
penting dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan sayur-sayuran
menggunakan larutan hidrogen peroksida atau cuka putihyang aman untuk
makanan. Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan makanan tetap segar
ketika ingin dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan yang digunakan
sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang mampu mengatasi bakteri yang ada
di bahan makanan.

G. Yang Perlu Diperhatikan


1. Perawatan Ibu
a. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19
tanpa gejala sama dengan perawatan postpartum rutin.

14
b. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19
dengan gejala ringan maka evaluasi tanda vital rutin dan pemantauan dengan
saturasi oksigen.
c. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19
dengan gejala sedang maka dilakukan penilaian saturasi oksigen terus menerus
selama 24 jam. Mengingat perburukan bisa terjadi sewaktu-waktu, pertimbangan
perawatan ICU dengan multi dispilin.
d. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19
dengan gejala berat / kritis maka perlu di rawat di ruang ICU.
e. Selama ibu dirawat, keluarga pasien diberikan edukasi tentang kondisi pasien dan
rencana perawatan.
f. Hindari pemberian NSAID, untuk analgetik dapat menggunakan parasetamol.
g. Obat – obatan azitromisin, hydroxychloroquine dan interferon aman digunakan
selama menyusui. Hati – hati jika menggunakan chloroquine dan tocilizumab,
lebih baik jika bisa dihindari selama memberikan ASI. Belum ada informasi
mengenai keamanan N-acetylsisteine, disarankan membuang ASI yang dipompa
selama 30 jam setelah pemberian obat ini. Belum diketahui juga tingkat keamanan
ritonavir, lopiravir, remdezivir dan pavipiravir.
h. Jika akan melakukan kontrasepsi steril pasca persalinan pervaginam, maka perlu
memperhatikan sarana dan prasarana rumah sakit dan kebijakan lokal. Jika sarana
dan prasarana tidak memungkinkan, kontraspesi steril dapat dilakukan setelah
pasien dinyatakan sembuh. Metode IUD pasca plasenta bisa menjadi pilihan utama
kontrasepsi pasca persalinan pada ibu dengan Covid-19. Metode kontrasepsi lain
dapat digunakan setelah pasien dinyatakan sembuh Covid-19.
i. Kriteria pemulangan ibu pasca bersalin sesuai dengan kriteria pemulangan pasien
Covid-19 yang telah disebutkan sebelumnya.
j. Tidak ada kontra indikasi pemilihan metode kontrasepsi karena penyakit Covid 19

15
2. Perawatan Neonatus dan Bayi
a. Inisiasi menyusui dini (IMD) dilakukan jika klinis neonatus stabil dan berdasarkan
keputusan bersama dengan orang tua.
b. Definisi kasus neonatus ditentukan oleh status ibu. Kasus neonatus terbagi atas
neonatus tanpa gejala atau neonatus bergejala lahir dari ibu suspek atau konfirmasi
Covid-19. Diagnosis ini ditegakan berdasarkan panduan IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia).
c. Bayi baru lahir dari dari ibu suspek atau konfirmasi COVID-19 segera dimandikan
untuk mengurangi risiko infeksi.
d. Bayi dari ibu suspek atau konfirmasi COVID- 19 dirawat di ruang isolasi khusus
terpisah dari ibunya.
e. Bayi dilakukan swab tenggorok 2 kali dengan interval 24 jam.
f. Suntikan dan vaksinasi bayi baru lahir tetap dilakukan sesuai standar IDAI.

3. Rawat Gabung dan Menyusui

a. Ibu suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak rawat gabung dengan bayi.

b. Ibu suspek atau konfirmasi COVID-19 dengan gejala berat / kritis yang tidak
memungkinkan merawat bayi, maka bayi yang dari hasil PCR dinyatakan tidak
menderita COVID-19, maka dirawat oleh anggota keluarga lain yang yakin tidak
menderita COVID-19
c. Pemberian ASI adalah keputusan bersama antara petugas kesehatan, ibu dan keluarga.
Terdapat 3 pilihan pemberian ASI pada bayi yang lahir dari ibu yang suspek dan
konfirmasi COVID-19 (tergantung klinis ibu):
1) Pilihan pertama, pada kondisi klinis ibu berat sehingga ibu tidak memungkinkan
memerah ASI dan terdapat sarana-prasarana fasilitas kesehatan yang memadai.
Keluarga dan tenaga kesehatan memilih mencegah risiko penularan, dengan
melakukan pemisahan sementara antara ibu dan bayi. Nutrisi pilihan adalah ASI
donor atau formula. Ibu dapat tetap memompa untuk mempertahankan produksi
ASI, namun dibuang sampai ibu dinyatakan sembuh.

16
2) Pilihan kedua, pada kondisi klinis ibu ringan / sedang. Keluarga dan tenaga
kesehatan memilih mengurangi risiko penularan, mempertahankan kedekatan ibu
dan bayi. Pilihan nutrisinya adalah ASI perah. Ibu memakai masker selama
memerah. Ibu mencuci tangan menggunakan air dan sabun minimal 20 detik
sebelum memerah (disiplin dalam menjaga kebersihan tangan). Ibu harus
membersihkan pompa serta semua alat yang bersentuhan dengan ASI dan
wadahnya setiap selesai (sesuai manufaktur pabrik). ASI perah diberikan oleh
tenaga kesehatan atau keluarga yang tidak menderita COVID-19. Tidak berbagi
alat pompa dan botol ASI. Botol ASI disimpan terpisah dari pasien bukan
COVID-19

3) Pilihan ketiga, pada kondisi klinis ibu tidak bergejala / ringan dan satau sarana –
prasarana terbatas atau tidak memungkinkan perawatan terpisah. Keluarga dan
tenaga kesehatan menerima risiko tertular dan menolak pemisahan sementara ibu
dan bayi. Pilihan nutrisinya adalah menyusui langsung. Ibu menggunakan masker
bedah. Ibu mencuci tangan dan membersihkan payudara dengan sabun dan air. Ibu
menyusui bayinya. Orang tua harus mengerti bayi berisiko tertular. Untuk
mengurangi risiko penularan pada pilihan ini maka:

a) Ada penghalang antara bayi dan ibu misal korden atau bayi didalam incubator.

b) Cuci tangan sebelum menyentuh bayi.

c) Jarak antara ibu dan bayi 2 meter


d) Bayi tidak diperkenankan menggunakan masker atau penutup wajah apapun
karena beresiko kematian.
4. Perawatan Setelah Pulang dari Rumah Sakit
a) Setelah pulang, ibu dengan suspek atau konfirmasi COVID-19 diminta untuk
melakukan isolasi mandiri selama 14 hari setelah kelahiran bayi.
b) Perhatikan perilaku hidup bersih dan sehat selama di rumah.
c) Edukasi jika ada perburukan gejala terkait COVID-19 baik pada ibu maupun bayi.

17
d) Jika hasil PCR bayi adalah negatif COVID-19, maka di rumah ibu tidak bisa merawat
bayinya dan tetap menjaga jarak 2 meter. Bayi dirawat oleh angggota keluarga yang
tidak menderita COVID-19.
e) Perawatan luka operasi atau episiotomi dapat dilakukan secara jarak jauh jika ibu
belum selesai melakukan isolasi mandiri.
f) Pelaporan ke dinas kesehatan atau puskesmas setempat jika memerlukan perawatan
khusus pada ibu dan bayi selama di rumah.

18
Ibu suspek atau konfirmasi COVID - 19
post partum

Tidak ada gejala / Gejala sedang Gejala berat / kritis


ringan

Neonatus tanpa gejala Neonatus dengan gejala


Swab tenggorok 2 kali

Sarana dan prasarana tidak Tidak rawat gabung


ada rawat terpisah

Pilihan ketiga*** Keputusan menyusui : Pilihan pertama* Pilihan pertama*


atau kedua ?**

Physical / social Perilaku hidup bersih dan sehat ketika


distancing menyusui maupun memerah ASI

Ibu dan bayi klinis Pulang


Kontrasepsi ? baik

- Pelaporan ke dinas kesehatan atau


Puskesmas
*Pilihan pertama (ibu gejala berat / kritis / tidak ingin - Homecare jika perlu
- Perawatan jarak jauh
menyusui = ASI donor / formula
- Kontrol ke unit layanan kesehatan setelah 14 hari
**Pilihan kedua (ibu gejala ringan/ sedang / tidak ingin persalinan
menyusui = ASI perah - Kontrasepsi jika belum dilakukan selama rawat inap
maka dilakukan ketika dinyatakan sembuh
***Pilihan ketiga (ibu tidak ada gejala / tidak ada ruang - Tidak ada kontra indikasi pemilihan metode
isolasi = menyusui kontrasepsi karena Covid 19

Gambar 7.1. Algoritma Perawatan Pasca Persalinan Ibu dengan Covid 19

19
BAB III
DATA TAMBAHAN

Solopos.com, SOLO – Melahirkan di tengah merebaknya wabah Covid-19 menjadi pengalaman


tak terlupakan bagi Gera seorang ibu muda asal Kota Jogja. Wanita yang berusia 26 itu
mengalami jatuh bangun dalam perjuangannya memberikan ASI kepada sang buah hati, Nashwa,
yang lahir pada Juni 2021.
Beruntung Gera melahirkan dalam kondisi sehat dan negatif Covid-19. Meski demikian, dia
sempat stres dan ketakutan sampai harus mengungsi selama satu bulan ke rumah kakaknya
karena suami, ibu, dan neneknya positif Covid-19. Hal itu pun membuat dia masuk dalam
kelompok kontak erat pasien Covid-19  yang harus ekstra menjaga diri, apalagi baru saja
melahirkan.
Suatu malam melalui pesan Whatsapp Gera menceritakan jatuh bangun meng-ASI-hi anak
pertamanya itu. Dia mengatakan bahwa sang anak sempat tidak mau menyusu langsung
kepadanya selama beberapa hari.
“Awalnya enggak mau nenek sampai beberapa hari. Jadi harus pakai piper, sama dot sendok. ASI
sampai merembes karena anak ini enggak banyak minum,” katanya, Rabu (11/8/2021).
Sebagai ibu muda yang baru saja melahirkan, kondisi pandemi yang membuat beberapa orang di
sekitar terinfeksi Covid-19 cukup mengganggu kondisi mental Gera. Dia mengaku sangat stres
dan kebingungan karena belum memiliki cukup banyak ilmu dalam merawat bayi.
“Aku sempat ditinggal ART untuk selama-lamanya. Repot banget rasanya sebagai new mom.
Apalagi suami, ibu, sama eyangku positif Covid-19. Akhirnya aku ngungsi di rumah kakakku
selama sebulan,” sambung dia.
Gera sadar betul meng-ASI-hi lebih berat ketimbang melahirkan. Apalagi belakangan ini sang
buh hati sering kali muntah setelah minum ASI. Hal-hal semacam ini tentu membuat sang ibu
semakin stres, apalagi jika tidak mendapat dukungan yang cukup dari keluarga. Beruntung dalam
kondisi seperti ini Gera memiliki keluarga yang terus mendukungnya untuk menyusui.
Bahkan wanita yang berstatus sebagai mahasiswa pascasarjana UNS Solo sempat menjadi donor
ASI bagi seorang bayi prematur yang ibunya meninggal karena positif Covid-19.

20
“Aku sempat jadi donor ASI untuk bayi prematur yang lahir beda 4 hari sama anakku.
Keluarganya sempat datang dua kali ke rumahku untuk minta ASI. Tapi setelah tahu keluargaku
ada yang positif, dia enggak menghubungi lagi,” tutur dia.
Ketakutan bayi tertular Covid-19 tentu dialami semua orang. Berdasarkan data di laman
Covid19.go.id kasus Covid-19 pada anak berumur 0-18 tahun di Indonesia mencapai 12,6 persen.
Hal ini berarti 1 dari 8 orang yang tertular Covid-19 adalah anak-anak.
Kasus positif Covid-19 anak umur 1-5 tahun tercatat sebanyak 2,9 persen. Sedangkan, anak usia
sekolah remaja umur 6-18 tahun adalah sebesar 97 persen. Angka kematian pada anak umur 1-5
tahun adalah 0,6 persen. Demikian pula angka kematian akibat infeksi Covid-19 pada anak usia
6-18 tahun juga sebanyak 0,6 persen.

Infografis Espospedia Manfaat ASI. (Solopos/Galih Ertanto)

Sejumlah dokter mengatakan bahwa transmisi virus corona pada anak khususnya bayi umumnya
terjadi dari klaster keluarga. Bayi rentan tertular Covid-19 jika orang yang merawatnya
terkonfirmasi positif. Tetapi perlu diketahui bahwa penularan Covid-19 bukan dari ASI,
melainkan droplet.

21
ASI justru mengandung antibodi yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. WHO pun
menganjurkan para ibu tetap menyusui anaknya meski dalam kondisi positif Covid-19 dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Menyusui anak dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19 dialami oleh Melati, 27, seorang
warga Bali. Melati terkonfirmasi positif Covid-19 pada Juli 2021 saat hendak kembali ke Bali
setelah urusannya di Kota Solo, Jawa Tengah selesai.
Namun karena terkonfirmasi positif, Melati gagal terbang ke Bali dan menjalani isolasi mandiri
di rumah keluarganya di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selama isolasi mandiri, Melati tetap berusaha
memberikan ASI kepada anaknya, Embun, yang berusia satu tahun.
Sebagai ibu muda, Melati bersikukuh memberikan ASI kepada anaknya dalam kondisi apapun.
Dia yakin betul bahwa ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi.
“Aku tetap menyusui. Kalau mau nyusuin cuci tangan dulu sama payudaranya dibasuh dulu dan
pake masker,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (10/8/2021).
Dia menceritakan awalnya sang anak enggan minum ASI sampai usianya dua bulan. Namun,
sebagai ibu dia terus berupaya memberikan ASI eksklusif meski bayinya terus menolak.
“Aku dulu habis melahirkan empat hari pisah sama bayi karena kondisiku drop dan mulai
pandemi. Akhirnya bayi minum susu formula dan enggak mau ASI sampai berusia dua bulan.
Tapi tiap hari aku paksa minum ASI di luar jadwal minum susu formula. Walaupun anaknya
nangis tetap aku paksain, dan akhirnya mau menyusu sampai sekarang,” kenangnya.
Pengalaman berbeda dialami Ira, 25, warga Boyolali, Jawa Tengah, saat melahirkan bayi
prematur dalam kondisi positif Covid-19 pada Mei 2021. Setelah melahirkan dia harus menjalani
isolasi di rumah sakit selama hampir dua pekan sementara bayinya dirawat di incubator selama
satu pekan.
Setelah kondisi membaik, bayi Ita dibawa pulang dan dirawat oleh suami serta ibunya. Bayi yang
baru lahir itu pun diberikan susu formula sebagai pengganti ASI sampai ibunya selesai isolasi.
Sayangnya hingga saat ini bayi berusia tiga bulan itu tidak mau minum ASI.
“Anakku enggak mau minum ASI sampai sekarang karena sejak awal kenap susu formula.
Jadinya ASI ku kering deh,” terang dia.

22
Menyusui di tengah pandemi memang menjadi tantangan tersendiri bagi para ibu. Namun WHO
dan Kementerian Kesehatan menyarankan ibu yang memiliki bayi atau anak di bawah usia dua
tahun wajib menyusui, apapun kondisinya.

Infografis Espospedia panduan menyusui. (Solopos/Galih Ertanto)

23
A. Hasil Penelitian
Sejumlah hasil studi terbaru menunjukkan bahwa menyusui di tengah pandemi memberikan
sederet manfaat bagi bayi. ASI mengandung Mucin, Lactalbumin, Lactadherin, dan Casein
yang baik sebagai antimikroba, meningkatkan sistem imun, dan antiinflamasi, serta
imunoglobulin yang bagus untuk melawan infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
“Ibu yang positif [Covid-19], di dalam ASI-nya mengalir antibodi imunoglobulin A dan B,
Lactoferrin dan lain yang secara spesifik menjadi benteng perlawanan melawan SARS-CoV-
2. Inilah yang dikenal imunisasi pasif yang alami, yang diberikan ibu penyintas Covid kepada
bayi,” kata anggota Satgas ASI PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Wiyarni Pambudi,
dalam talkshow virtual yang digelar Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kamis (5/8/2021).
Menyusui bayi di tengah pandemi semakin penting dan relevan apalagi dengan munculnya
Covid-19 varian delta. Data per akhir Juli 2021, menemukan ada 42 persen atau 447 anak di
bawah satu tahun meninggal karena Covid-19. Dari jumlah ini, 16 persen di antaranya adalah
bayi baru lahir.
Meskipun pada kenyataannya menyusui di tengah pandemi menjadi tantangan yang membuat
para ibu stres. Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Kartini Rustandi, menyebutkan
stres yang dialami ibu saat menyusui memicu berkurangnya volume ASI bagi bayi. Stres bisa
juga disebabkan tingginya beban yang dialami ibu selama pandemi.

24
Infografis Espospedia manfaat menyusui. (Solopos.com/Galih Ertanto)

B. Manfaat Menyusui
Menyusui adalah salah satu investasi terbaik untuk masa depan generasi yang gemilang. ASI
bermanfaat besar pada perkembangan kognitif, emosi, dan mental anak.
Keberadaan virus Covid-19 pada ASI belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Jadi, WHO tetap
merekomendasikan ibu untuk menyusui karena manfaat yang lebih besar daripada risikonya.
MengASIhi atau menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga ibu. Menyusui
membantu meredakan stres pada ibu karena menghasilkan hormon oksitosin dan mengurangi
risiko kanker payudara serta ovarium. Selain itu menyusui memungkinkan kontak kulit antara
ibu dan bayi yang mengurangi risiko kematian pada bayi yang baru lahir.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menyusui adalah salah satu investasi terbaik untuk masa depan generasi yang gemilang. ASI
bermanfaat besar pada perkembangan kognitif, emosi, dan mental anak. Keberadaan virus
Covid-19 pada ASI belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Jadi, WHO tetap merekomendasikan
ibu untuk menyusui karena manfaat yang lebih besar daripada risikonya. MengASIhi atau
menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga ibu. Menyusui membantu
meredakan stres pada ibu karena menghasilkan hormon oksitosin dan mengurangi risiko
kanker payudara serta ovarium. Selain itu menyusui memungkinkan kontak kulit antara ibu
dan bayi yang mengurangi risiko kematian pada bayi yang baru lahir.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat merawat pasien dengan post partum dengan covid-19 sesuai dengan protocol dan
dapat memberikan edukasi kepada pasien dengan cara penangan dan merawat bayi saat
dirumah sakit maupun dirumah.
2. Bagi Ibu dan Masyarakat
Dapat mengetahui penangan dan perawatan bayi maupun ibu setelah melahirkan atau post
partum dengan covid-19.
A.

26
DAFTAR PUSTAKA

Zhu H, Wang L, Fang C, Peng S, Zhang L, Chang G, et al. Clinical analysis of 10 neonates
born to mothers with 2019- nCoV pneumonia. Transl Pediatr 2020;9:51-60.
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 2020.
Kementerian Kesehatan RI. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19) Revisi ke-5. Diterbitkan pada tanggal 13 Juli 2020
RCOG. Coronavirus (COVID-19) Infection in Pregnancy. Version 7. Publihed Thursday, 9 April
2020.
RCOG. Guidance for maternal medicine in evolving coronavirus (COVID-19) pandemic.
Version 1. Published Monday 30 March 2020
ACOG. Practice Advisory : Novel Coronavirus 2019 (COVID-19). American College of
Obstetric and Gynaecology. 2020
WHO. Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) untuk Novel Coronavirus (COVID- 19).
WHO. 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai