Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PUERPERIUM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan dosen
pengampu Ns. Ira Rahmawati, Sp.A

Disusun oleh:
Essa Rani Oktaviana 202310101168
Fahmi Wildana 202310101169

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
MARET, 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga kelompok kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Persalinan
Beresiko: Puerperium” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Keperawatan Maternitas” di Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Dengan ini
kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. lis Rahmawati, S.Kp., M.Kes. selaku dosen Penanggung Jawab


matakuliah Keperawatan Maternitas.
2. Ns Ira Rahmawati, Sp.A selaku dosen pembimbing kelompok 17 kelas
D/2020 pada mata kuliah Keperawatan Maternitas.
3. Anggota kelompok 17 kelas D 2020 yang telah menyusun makalah asuhan
keperawatan.

Semoga makalah ini dapat meningkatkan wawasan pembaca mengenai asuhan


keperawatan pada puerperium. Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami
buat jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan dari segi kata, materi,
maupun penyusunan. Maka dari itu, kami sekelompok meminta kritik beserta saran
dari pembaca, supaya pada saat penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik
dari sebelumnya.

Jember, 27 Maret 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
2.1. Infeksi Puerperium..............................................................................................3
2.2. Etiologi................................................................................................................3
2.3. Manifestasi Klinis...............................................................................................4
2.4 Patofisiologi Puerperium.....................................................................................4
2. 5 Jenis-jenis Infeksi Puerperium............................................................................7
2. 6 Komplikasi..........................................................................................................8
2. 7 Pathway...............................................................................................................9
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................10
3.1. Kasus.................................................................................................................10
3.2. Pengkajian.........................................................................................................10
3.3. Analisis Data dan Masalah................................................................................15
3.5. Intervensi Keperawatan....................................................................................16
3.6. Implementasi Keperawatan...............................................................................18
3.7. Evaluasi.............................................................................................................20
BAB 4. PENUTUP......................................................................................................22
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................22
4.2. Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puerperium atau Postpartum merupakan keadaan setelah plasenta keluar sampai
bagian alat reproduksi kembali pulih seperti sebelum hamil yang secara normal
terjadi selama 6 minggu atau 42 hari (Sari, 2020). Masa nifas ditegaskan oleh Susanti
& Parengkuan (2021) sebagai masa paling kritis dalam kehidupan ibu yang salah
satunya disebabkan oleh infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan peradangan pada
organ reproduksi yang diakibatkan mikroorganisme maupun virus selama proses
persalinan, sesudah persalinan, dan kelahiran bayi. Berdasarkan data infeksi
postpartum menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan Angkka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia bahkan dunia, sehingga
perlunya penatalaksanaan yang tepat dalam pemberian asuhan keperawatan masalah
infkesi puerperium.
Setiap harinya secara global dikatakan sekitar 830 wanita meninggal
diakibatkan masalah kehamilan dan persalinan, yang mana 75% dari semua kematian
disebabkan oleh komplikasi utama salah satunya adalah infeksi (Putri, 2020).
Prevalensi setiap tahunnya Susilawati & Kasron (2019) memperkirakan sebanyak
529.000 wanita yang meninggal di dunia akibat komplikasi yang timbul dari
kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga AKI diseluruh dunia sebesar 400
pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
pada tahun 2019 mencatat terjadinya AKI sebanyak 4.221 (Kemenkes RI, 2019).
Beberapa daerah di Indonesia juga terpantau masih tinggi salah satunya pada provinsi
Jawa Timur yang ironisnya mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup, dengan kota
Jember sebagai wilayah AKI tertinggi dengan angka 17,53 setiap 100.000 kelahiran
hidup (DINKES Provinsi Jatim, 2020). Hal tersebut semakin mendukung pernyataan
dari WHO pada tahun 2011 yang mengatakan bahwa AKI sering terjadi pada negara
berkembang yakni sebanyak 90% (Wahyu et al, 2021).
Tingginya angka kematian ibu memiliki korelasi terhadap tinggi rendahnya
tingkat pengetahuan tenaga medis, ibu dan keluarga terkait pencegahan infeksi pada

1
ibu hamil. AKI yang masuk dalam tujuan nomor 3 SDGs tentu menjadi urgensi
pemerintah terkait pengurangan AKI untuk kehidupan Negara yang berkelanjutan.
Diperlukan peningkatan pengetahuan ibu, keluarga, kader, tenaga medis dan semua
yang berperan dalam keselamatan ibu untuk mengetahui kemungkinan infeksi pada
ibu pasca kelahiran.
Berdasarkan hal tersebut maka kami membahas puerperium atau masa nifas
seorang ibu beserta asuhan keperawatannya agar dapat meningkatkan pengetahuan
terkait puerperium. Karena daya tahan ibu post partum yang rendah menjadi
kesempatan untuk kuman masuk melalui jalan lahir dan berkembang biak sehingga
beresiko terjadi infeksi pada ibu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini antara lain:
a. Apa yang dimaksud dengan infeksi puerperium?
b. Bagaimana etiologi dari infeksi puerperium?
c. Apa manifestasi klinis dari infeksi puerperium?
d. Bagaimana patofisiologi dari infeksi puerperium?
e. Apa saja jenis-jenis infeksi puerperium?
f. Apa saja komplikasi dari puerperium?
g. Bagaimana pathway dari puerperium?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui pengertian dari puerperium
b. Memahami etiologi dari infeksi puerperium
c. Mengetahui manifestasi klinis dari infeksi puerperium
d. Memahami patofisiologi dari infeksi puerperium
e. Mengetahui jenis-jenis infeksi puerperium
f. Mengetahui komplikasi dari puerperium
g. Memahami pathway dari puerperium
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Puerperium


Masa puerperium merupakan masa yang dimulai dari pasca melahirkan
hingga alat-alat kandungan kembali seperti masa sebelum hamil. Daya tahan ibu
pasca melahirkan yang rendah menjadi kesempatan untuk kuman masuk melalui jalan
lahir dan berkembang biak sehingga beresiko infkesi. Infeksi puerperium atau post
partum merupakan semua peradangan yang diakibatkan kuman-kuman yang masuk
kedalam alat genitalia saat persalinan dan perawatan post partum (Themone, 2018).
Lebih lanjut Susilawati & Kasron (2019) menegaskan bahwa morbiditas dan
mortalitas ibu pasca bedah salah satunya adalah infeksi post partum yang ditandai
dengan kenaikan suhu 38 derajat celcius. Infeksi puerperium dikatakan sebagai
penyebab kematian terbanyak nomer dua setelah pendarahan (Rumini & Julita, 2020).

2.2. Etiologi
Infeksi puerperium disebabkan oleh mikroorganisme anaerob dan aerob
dengan penyebab terbanyak lebih 50% adalah Streptococcus anaerob (Themone,
2018). Kuman-kuman yang itensitasnya tinggi dalam infkesinya antara lain:

a. Stretococcus haematilicus aerobic


Kuman ini menyebabkan infeksi berat dengan masuk secara eksogen yang
dapat ditularkan dari alat yang tidak steril, penderita lain, tangan penolong, dan
lain-lain.
b. Staphylococcus aurelis
Infeksi yang disebabkan kuman ini termasuk dalam sedang dengan masuknya
secara eksogen
c. Escherichia
Kuman yang sering berasal dari rektum dan kandung kemih dengan akibat yaitu
infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman ini termasuk jenis anaerobik yang sangat berbahaya, sering didapatkan
pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dari luar rumah sakit seperti
dukun.

2.3. Manifestasi Klinis


Infeksi puerperium disertai dengan gejala umum berupa demam, denyut nadi
cepat dengan gejala lokal termasuk kelemahan rahim atau kegagalan rahim
berkontraksi dengan baik, nyeri dan kemerahan payudara (Fiorent et al, 2021).
Berikut gambaran klinis infeksi puerperium adalah sebagai berikut (Themone, 2018):

a. Infeksi Lokal
Timbul nanah, warna kulit berubah, bengkak pada luka, mobilitas terbatas,
lokea bercampur nanah, dan suhu tubuh meningkat
b. Infeksi Umum
Sakit dan lemah, tekanan darah menurun,, suhu badan meningkat, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga
koma, gangguan involusi utari, lokea berbau, kotor, dan bernanah

2.4 Patofisiologi Puerperium


Perubahan fisiologis pada wanita dengan puerperium terdiri dari beberapa
sistem dan organ, antara lain:

a. Sistem Reproduksi

Pada masa nifas terjadi involusi yaitu proses kembalinya uterus dan jalan lahir
pada ukuran semula. Perubahan pada uterus terjadi karena terjadi konstriksi pada
pembuluh darah di uterus yang mengakibatkan berkurangnya darah yang menuju
uterus bagian belakang. Sehingga akan terjadi iskemia dan atrofi pada lapisan desidua
yang mana akan terlepas dari lapisan basal. Kecepatan involusi dipengaruhi oleh
menyusui, karena ekskresi dari kontraksi uterus akan memengaruhi pelepasan lochia.
Lalu pada minggu keenam terjadi regenerasi endometrium melalui proliferasi epitel
kelenjar. Pada beberapa hari di awal akan keluar lochia rubra, yaitu cairan sekret yang
mengandung eritrosit, desidua dan epitel yang berwarna merah. Warna lochia akan
memudar pada hari ketiga atau keempat, cairan ini dinamakan lochia serosa. Setelah
hari ke-10 akan keluar lochia alba, yaitu lochia yang mengandung leukosit sehingga
cairan berwarna putih atau putih kekuningan. Lochia akan keluar selama 24 atau 36
hari. Hal ini akan beriringan dengan penurunan berat dan ukuran uterus yang
menyebabkan perpindahan uterus dari abdomen ke rongga panggul. Pasca melahirkan
akan memungkinkan terjadi edema, memar, dan celah pada introitus vagina. Tonus
otot dan rugae vagina akan kembali pada minggu ketiga pasca kelahiran. Setelah
kekeringan lokal dan dyspareunia menetap maka fungsi ovarium akan kembali
normal, sehingga wanita akan mengalami menstruasi kembali.

b. Organ Payudara

Pasca melahirkan payudara akan mengalami kongesti, yaitu peningkatan


volume darah pada payudara yang mana hal ini bertujuan dalam pembentukan Air
Susu Ibu (ASI).

c. Sistem Kardiovaskular

Pasca melahirkan denyut jantung , volume dan curah jantung akan meningkat. Hal
ini diakibatkan karena aliran darah ke plasenta berhenti sehingga beban jantung akan
meningkat yang dapat diatasi melalui homokonsentrasi hingga ukuran vena dan
volume darah normal.

d. Sistem Pencernaan

Pada wanita dengan puerperium terdapat 3 perubahan pada sistem


pencernaan, yaitu:

1. Nafsu Makan

Ibu pasca melahirkan akan merasakan efek dari analgesia, anesthesia dan
keletihan sehingga ibu akan merasa sangat lapar. Ibu akan diperbolehkan makan
makanan ringan setelah 1-2 jam dan hal ini akan meningkatkan nafsu makan ibu 2
kali lipat dari sebelumnya. Namun terkadang nafsu makan ibu juga berkurang akibat
usus bagian bawah kosong apabila diberi enema sebelum melahirkan.
2. Motilitas

Analgesia dan anesthesia akan memperlambat pemulihan tonus dan motilitas


dalam keadaan normal. Tonus dan motilitas akan mengalami penurunan setelah bayi
lahir.

3. Pengosongan Usus

Ibu akan mengalami penundaan BAB pada 2 sampai 3 hari pascapartum yang
disebabkan karena penurunan tonus otot usus selama persalinan dan awal kelahiran.
Setelah tonus usus kembali normal, maka perlu dilakukan kebiasaan BAB secara
normal. Hal ini terjadi saat minggu pertama pascapartum, sehingga diperlukan
supositoria untuk membantu proses eliminasi pada ibu yang berada dalam masa nifas.

e. Sistem Perkemihan

24 jam postpartum, biasanya seorang ibu akan mengalami kesulitan Buang


Air Kecil (BAK). Hal ini disebabkan karena adanya spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih akibat adanya penekanan antara kepala janin dan tulang purbis saat
persalinan berlangsung. Setelah 36 jam, maka urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan. Pasca melahirkan, kandung kemih akan kurang sensitive dan bertambah
kapasitas sehingga masih terdapat urine residual yang beresiko terjadinya infeksi.

f. Sistem Endokrin

Terdapat beberapa hormon yang berperan pada sistem endokrin postpartum,


diantaranya:

1. Hormon plasenta

Penurunan hormon plasenta pasca melahirkan akan menurunkan kadar


glukosa dalam darah saat masa nifas.

2. Hormon pituitary
Salah satu hormon pituitary adalah hormon prolaktin, yang mana hormon ini
akan meningkat saat postpartum dan berpengaruh terhadap pembesaran payudara
guna merangsang ASI, FSH dan LH pada minggu ketiga.

3. Hipotalamik pituitary ovarium

Hormon ini berpengaruh pada masa menstruasi wanita menyusui maupun


tidak menyusui. Pada wanita menyusui, menstruasi akan terjadi 6 minggu postpartum
sebesar 15% dan 45% setelah 3 bulan serta pada wanita yang tidak menyusui
menstruasi terjadi 6 minggu postpartum sebanyak 40% dan 90% setelah 6 bulan.

4. Hormon oksitosin

Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar otak bagian belakang dan berkaitan
dengan jaringan otot uterus dan jaringan pada payudara. Pada tahap ketiga partum,
hormon oksitosin berperan dalam melepas plasenta dan mempertahankan plasenta.

5. Hormon esterogen dan progesteron

Selama kehamilan volume darah akan meningkat, sehingga hormon esterogen


juga semakin tinggi dan memperbesar hormone antideuretik. Hormon progesteron
berpengaruh terhadap otot halus dalam merangsang dan meningkatkan vena.

2. 5 Jenis-jenis Infeksi Puerperium


Terdapat beberapa jenis infeksi puerperium, antara lain:

1. Endometritis, yaitu infeksi pada lapisan dalam rahim yang merupakan infeksi
lanjutan pada serviks atau benda asing di rahim. Infeksi ini sering terjadi pada
kelahiran Caesar karena proses persalinan yang terlalu lama atau adanya
plasenta yang tertinggal di dalam rahim.
2. Miometritis (infeksi otot rahim), merupakan keadaan radang pada
miometrium. Infeksi ini biasanya terjadi pada abortus septik atau pada infeksi
pasca persalinan yang ditandai dengan edema dan infiltrasi selsel radang dan
juga berpotensi terjadi abses akibat perluasan jalan limfe atau tromboflebitis.
3. Parametritis (infeksi daerah sekitar rahim), yaitu radang jaringan longgar di
dalam lig latum. Infeksi ini disebabkan oleh endometritis dan syok
bacteremia.
4. Peritonitis, terjadi karena endometritis yang meluas dan ditemukan bersama
salpingoooforitis dan sellulis pelvika. Infeksi ini memungkinkan abses pada
sellulitis pelvika mengeluarkan nanah ke rongga peritoneum sehingga
terjadilah peritonitis.
5. Infeksi Saluran Kemih (ISK), biasanya terjadi pada masa prenatal. Ibu yang
mengalami ISK saat hamil maka kemungkinan akan mengalami ISK kembali
pada saat setelah melahirkan serta memungkinkan kelahiran secara premature.
6. Septicemia dan piemia, septicemia terjadi karena adanya jalan pembiakan
kuman yang masuk pada peredaran darah dan piemia dibuktikan dengan
tromboflebitis pada vena di uterus dan sinus pada tempat bekas plasenta.
Terdapat embolus kecil di thrombus yang mengandung kuman. Ketika
embolus dilevaskan maka akan langsung masuk ke peredaran darah dan
dialirkan ke paru, ginjal, otak, jantung dan lainlain yang mengakibatkan abses
pada tempat tersebut.

2. 6 Komplikasi
Komplikasi pada peuerperium, antara lain:

1. Perdarahan, hal ini terjadi ketika darah yang keluar melebihi 500-600 cc
dalam jangka waktu 24 jam. Perdarahan postpartum terjadi akibat antonia
uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involuiso uter
terbagi menjadi 2, yaitu perdarahan primer dan sekunder. Perdarahan primer
terjadi pada 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder terjadi setelah
24 jam postpartum.
2. Infeksi, hal ini ditandai dengan terjadinya kenaikan suhu tubuh ingga 38°C
pada 10 hari pertama selama 2 hari dengan mengexualikan hari pertama.
Infeksi terjadi karena alat yang tidak steril, luka robekan jalan lahir,
perdarahan, preeklamsia dan tidak terjaganya kebersihan daerah perineum.
2. 7 Pathway

Gambar Pathway Post Partum

(Sumber: https://images.app.goo.gl/1mbDzQXSranvxV2J8 )
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Kasus
Ny. K 27 tahun, G1P1A0 , pendidikan SMA, Islam, IRT. Suami Tn. B, 30
tahun, pendidikan S1, Islam, PNS. Klien mengatakan sudah melahirkan dua hari yang
lalu dan anaknya lahir normal, merupakan anak pertamanya dan tidak pernah
keguguran, tidak ada masalah saat proses persalinannya,, belum BAB sejak setelah
melahirkan.  Ibu mengeluh nyeri pada daerah kemaluannya setelah melahirkan pada
tanggal 12 Februari 2018, dan ibu merasa sedikit cemas dengan keadaannya. Ibu
mengatakan masih ada pengeluaran darah pada bagian kemaluannya, tidak punya
riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma dan tidak ada riwayat penyakit
menular. Keadaan Umum Baik ,kesadaran Compos Mentis, TTV: TD: 100/70 mmHg,
38,5°C, nadi: 80 x/menit, RR: 24 x/menit. Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok,
tidak ada nyeri tekan, ibu tampak cemas dan wajah kadang meringis, puting susu
menonjol, aerola hiperpigmentasi, dan ada kolostrum, tidak ada bekas operasi, TFU 2
jari bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar, pengeluaran lochia
rubra, luka jahitan masih basah. Ibu mendapatkan perawatan luka episiotomi. Luka
episiotomy terlihat membengkak
3.2. Pengkajian
Pengkajian oleh : Fahmi Wildana
Tgl/Jam Pengkajian : 06 April 2018
I. BIODATA
       Nama Klien : Ny. K       Nama Suami : Tn.A
       Umur : 27 Umur   : 30 Tahun
Suku / Bangsa : Madura Suku / Bangsa : Madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan :- Penghasilan :  Tidak terkaji
Gol. Darah :- Gol. Darah :-
Alamat : Jl Mawar Alamat : Jl. Mawar
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengelukan nyeri pada daerah kemaluannya setelah melahirkan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Dua hari yang lalu (10 Februari 2018) pasien dibawa oleh suaminya ke
Rumah Sakit untuk melakukan persalinan secara normal. Setelah melakukan
persalianan normal pasien belum BAB sama sekali. Tanggal 12 Februari 2018
pasien mengeluhkan nyeri pada daerah kemaluan, pasien mengatakan masih
mengeluarkan darah pada bagian kemaluannya, terdapat luka episiotomy yang
membengkak, suhu tubuh pasien tinggi yaitu 38,5°C serta pasien merasa
sedikit cemas dengan keadaannya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien tidak punya riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma dan
tidak ada riwayat penyakit menular
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tidak terkaji
c. Imunisasi Pasien:
Tidak terkaji
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Tidak terkaji
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji
5. Riwayat Psikososial
Tidak terkaji
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Tidak terkaji
b. Pola nutrisi & metabolisme
Tidak terkaji
c. Pola aktivitas
Sebelum sakit aktivitas pasien terganggu jika nyeri muncul setelah
beraktivitas dan setealah dioperasi pasien tidak dapat beraktivitas karena
bagian paha kiri masih terasa nyeri
d. Pola eliminasi
Pasien belum BAB sejak setelah melahirkan 
e. Pola persepsi sensoris
………………………………………………………………………
f. Pola konsep diri
………………………………………………………………………
g. Pola hubungan & peran
Peran pasien sebagai ibu dari anak yang baru dia lahirkan mengalami
gangguan yang dialaminya saat menjalankan peran seorang ibu
h. Pola reproduksi & seksual
Klien tidak berhubungan seksual sejak melahirkan
a. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres
Dalam menghadapi nyeri yang diderita klien keluarga membawa ke
pelayanan kesehatan untuk mendapat pengobatan

7. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal


a. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Tidak terkaji
b. Riwayat mentruasi : Tidak terkaji
Menarche : …………………………………………………
Lamanya : …………………………………………………
Siklus : …………………………………………………
Hari pertama haid terakhir : ………………………………………..
Dismenorhoe : …………………………………………………
Fluor albus : ………………………………………………………..
c. Riwayat kehamilan terdahulu
Ini merupakan kehamilan pertama klien
d. Riwayat kehamilan sekarang
Kehamilan normal
e. Riwayat persalinan lalu
Tidak terkaji
f. Riwayat persalinan sekarang 
Persalinan secara normal tifak ada masalah saat proses persalinan

8. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi )


a. Keadaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pasien tampak cemas dan
wajah kadang meringis
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 38,5°C Respirasi : 24x/Menit
Denyut Nadi : 80x/Menit TB / BB : Tidak terkaji
Tensi / Nadi : 100/70mm/Hg
c. Kepala & leher
Inpeksi : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, bentuk leher normal,
simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidakada pembesaran kelenjar
getah benig
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
d. Thorax / Dada
Inpeksi : Bentuk dada normal, simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi : S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
e. Pemeriksaan payudara
Puting susu menonjol
f. Abdomen
Inpeksi : Tidak ada benjolan di sekitar perut
Auskultasi : Peristaltik normal (12x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat
g. Genetalia
Pada vagina tidak ada edema, namun pada perinium terdapat luka
episiotmy
h. Punggung
Tidak terkaji
i. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inpeksi : gertak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot
5 (Bisa melawan gravitasi dan dapat menahan/melawan tahanan
pemeriksa dengan penuh)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inpeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot
5 (bisa melawan gravitasi dan dapat menahan/melawan tahanan pemeriksa
dengan tahan penuh)
Palpasi : tidak ada nyeri tekat
j. Integumen
Inpeksi : 
Kulit : Kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik

III. Pemeriksaan laboratorium


 Urine : Tidak terkaji
 Darah : Tidak terkaji
 Feces  : Tidak terkaji

IV. Pemeriksaan Diagnostik Lain :


Tidak terkaji

Jember, 28 Maret 2020


                                                    Mahasiswa

                                                            
Fahmi Wildana & Essa Rani Oktaviana

3.3. Analisis Data dan Masalah


Data Etiologi (Penyebab, Masalah Paraf
Tanda, dan Gejala)
DS Luka Episiotomy Nyeri Akut
 Klien mengeluhkan nyeri pada
daerah kemaluannya setelah Peradangan pada
melahirkan jaringan sekitar
DO
 Wajah klien kadang tampak Kebersihan Perineal
meringis post partum tidak
terjaga

Peradangan inflamasi
yang memanjang

Nyeri Akut

DS Luka Episiotomy Hipertermia


DO
Suhu tubuh 38,5°C Invasi kuman patogen

Interlukin 1

Prostaglandin

Hipothalamus
Peningkatan suhu
tubuh (38°-40°C)

Hipertemia
DS Luka Episiotomy Resiko
 Kemaluannya masih Infeksi 
mengeluarkan darah  Inkontinuitas jaringan
DO terputus
 Luka jahitan masih basah
 Suhu tubuh 38,5°C Port de entry

Resiko Infeksi

3.4. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (Episiotomy) d.d luka jahit pada perineum
2. Hipertermia b.d Invasi patogen d.d peningkatan suhu tubuh menjadi 38°C
3. Resiko Infeksi b.d. prosedur invasive d.d. pembengkakan pada luka jahit
episiotomy.

3.5. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan identifikasi
agen cedera fisik keperawatan selama 1x24 lokasi, karakteristik,
(Episiotomy) d.d jam di harapkan nyeri dapat durasi, frekuensi,
luka jahit pada berkurang  kualitas, intensitas nyeri
perineum kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. nyeri terkontrol dari 3. Berikan teknik non
skala 1 sampai 3 farmakologis (Kompres
2. ekspresi wajak rileks. air dingin)
3. Pasien mampu 4. Jelaskan strategi
melakukan tindakan dan meredakan nyeri
mengungkapkan 5. Kolaborasi dalam
intervensi untuk pemberian analgetik
mengatasi nyeri dengan
cepat.
4. Tanta- tanda vital dalam
rentang normal.
2. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
Invasi patogen d.d keperawatan selama 1 x 24 hipertermia (infeksi
peningkatan suhu jam di harapkan infeksi puerperium)
tubuh menjadi 38°C tidak terjadi.  2. Monitor suhu tubuh dan
Kriteria hasil : kadar elektrolit
3. Longgarkan pakaian
4. Berikan cairan oral
5. Anjurkan untuk tirah
baring
6. Kolaborasi dalam
pemberian cairan dan
elektrolit
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya perubahan
b.d. prosedur keperawatan selama 1 x 24 suhu.
invasive d.d. jam di harapkan infeksi 2. Observasi kondisi
pembengkakan pada tidak terjadi.  episiotomy seperti adanya
luka jahit Kriteria hasil : kemerahan, nyer tekan
episiotomy 1. Luka episiotomy sembuh dan adekuat yang
dengan sempurna dengan berlebih.
tidak ada tanda- tanda 3. Anjurkan pada klien untuk
infeksi (bengkak). mencuci tangan sebelum
2. Klien mampu dan sesudah menyentuh
mendemontrasikan genitalia.
teknik-teknik untuk 4. Anjurkan klien untuk
meningkatkan mencuci perineum dengan
penyembuhan. menggunakan sabun dari
3. Tanda-tanda vital dalam depan kebelakang dan
batas normal terutama untuk mengganti pembalut
suhu(36-37°C) setidaknya setiap 4 jam
sekali atau jika pembalut
basah.
5. Catat jumlah dan bau
lochea atau perubahan
abnormal.
6. Ajarkan klien cara
perawatan luka perineum.
7. Kolaborasi untuk
pemberian antibiotic.

3.6. Implementasi Keperawatan


No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi
.

1. Senin, 12 Nyeri akut b.d agen 1. Mengidentifikasi lokasi,


Februari 2018  cedera fisik karakteristik, durasi, frekuensi,
(Episiotomy) d.d kualitas, intensitas nyeri
luka jahit pada 2. Mengidentifikasi skala nyeri
perineum 3. Memberikan teknik non
farmakologis (Kompres air
dingin)
2. Selasa, 13 Hipertermia b.d 1. Mengidentifikasi penyebab
Februari 2018 Invasi patogen d.d hipertermia (infeksi puerperium)
peningkatan suhu 2. Memonitor suhu tubuh dan kadar
tubuh menjadi 38°C elektrolit
3. Melonggarkan pakaian
4. Memberikan cairan oral
5. Menganjurkan untuk tirah baring
6. Mengkolaborasi dalam pemberian
cairan dan elektrolit

3. Rabu, 14 Resiko Infeksi b.d. 1. Mengkaji adanya perubahan suhu.


Februari 2018 prosedur invasive 2. Mengobservasi kondisi
d.d. pembengkakan episiotomy seperti adanya
pada luka jahit kemerahan, nyer tekan dan
episiotomi adekuat yang berlebih.
3. Menganjurkan pada klien untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh genitalia.
4. Menganjurkan klien untuk
mencuci perineum dengan
menggunakan sabun dari depan ke
belakang dan untuk mengganti
pembalut setidaknya setiap 4 jam
sekali atau jika pembalut basah.
5. Mencatat jumlah dan bau lochea
atau perubahan abnormal.
6. Mengajarkan klien cara perawatan
luka perineum.
7. Berkolaborasi untuk pemberian
antibiotic

3.7. Evaluasi

No Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi


.

1. Senin, 12 Februari Nyeri akut b.d agen S: Ibu mengeluh nyeri pada
2018  cedera fisik daerah kemaluannya setelah
Pukul: 15.00 (Episiotomy) d.d luka melahirkan dan ibu merasa
jahit pada perineum sedikit cemas dengan
keadaannya. Ibu mengatakan
masih ada pengeluaran darah
pada bagian kemaluannya,
O: 
TTV: 
TD:100/70 mmHg
S: 38,5°C
N: 80x/menit
RR: 24x/menit
A:
Rasa nyeri skala 4
P:
Lanjutkan intervensi

2. Selasa, 13 Februari Hipertermia b.d S: Klien mengatakan


2018 Invasi patogen d.d kedinginan
Pukul: 10.15 peningkatan suhu O: 
tubuh menjadi 38°C S: 38°C
RR: 24x/menit
N: 80x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Pertahankan Intervensi

3. Rabu, 14 Februari Resiko Infeksi b.d. S: Klien menyatakan terdapat


2018 prosedur invasive nyeri
Pukul: 10.00 d.d. pembengkakan O: TTV dalam batas normal
pada luka jahit A: Bengkak pada luka
episiotomy berkurang 
P: Intervensi dilanjutkan
BAB 4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Puerperium atau Post partum merupakan keadaan setelah plasenta keluar
sampai bagian alat reproduksi kembali pulih seperti sebelum hamil yang secara
normal terjadi selama 6 minggu atau 42 hari. Daya tahan ibu pasca melahirkan yang
rendah menjadi kesempatan untuk kuman masuk melalui jalan lahir dan berkembang
biak sehingga beresiko infkesi. Infeksi puerperium atau post partum merupakan
semua peradangan yang diakibatkan kuman-kuman yang masuk kedalam alat
genitalia saat persalinan dan perawatan post partum. Perubahan fisiologis pada wanita
dengan puerperium terdiri dari beberapa sistem dan organ yaitu sistem reproduksi,
organ payudara, sistem kardiovaskular, sistem perkemihan, sistem muskulokeletal,
sistem pencernaan dan sistem endokrin. Infeksi puerperium memiliki beberapa jenis,
antara lain: endometritis, miometritis, parametritis, peritonitis, infeksi saluran kemih
(ISK), Septicemia dan piemia. Puerperium memungkinkan terjadinya komplikasi
yang dibagi menjadi 2, yaitu perdarahan dan infeksi. Perdarahan terjadi ketika darah
yang keluar melebihi 500-600 cc dalam jangka waktu 24 jam dan infeksi ditandai
dengan terjadinya kenaikan suhu tubuh ingga 38°C pada 10 hari pertama selama 2
hari dan mengecualikan hari pertama.

4.2. Saran
a. Bagi Klien dan Keluarga
Ibu Hamil untuk menjaga kebersihan diri saat setelah melahirkan,
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi utamanya pada luka bekas
operasi. Ibu dan keluarga dapat mengurangi faktor penyebab yang
memungkinkan terjadinya infeksi puerperium bagi ibu.
b. Bagi Perawat
Seorang perawat harus memberi layanan kesehatan berupa asuhan
keperawatan secara holistik dan komperensif guna menjamin keselamatan ibu
pasca melahirkan serta mengedukasi ibu dan keluarga mengenai keselamatan
ibu postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

Fiorent, Z. et al. (2021) ‘Implementasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum’, 2,
pp. 292–301.

M. A. Yousali & R. Sugesti. (2018). Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap


Pencegahan Puerperium Infections. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia.

Rumini, R. and Julita, T. (2020) ‘Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Perawatan
Luka Perineum dengan Pencegahan Infeksi’, Jurnal Bidan Cerdas, 2(2), pp. 60–65.
doi: 10.33860/jbc.v2i2.66.

Susilawati, S. and Kasron, K. (2019) ‘Identification of Characteristics of the


Puerperium Infection in Puerperium in the Cilacap Hospital Period of 2016 - 2018’,
Jurnal Kebidanan, 9(2), p. 153. doi: 10.31983/jkb.v9i2.5302.

Themone, M. A. (2018) ‘Gambaran Kejadian Infeksi Post Partum pada Ibu yang
Menggunakan Kompres Panas (Tatobi) di Desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah
Kabupaten Timor Tengah Selatan’, pp. 10–28. Available at:
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12065/2/T1 _462008062_BAB
II.pdf.

Windarti, Y. & R. Amalia. (2020). The Effect of The Implementation of Puerperium


Intensive Care on Exclusive Breastfeeding. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 9(2): 970-975.
LEMBAR KONSULTASI

Judul Makalah     : Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Infeksi Puerperium


Kelompok           : 17
Kelas                     : D/2020

Tanggal Isi Konsultasi Tanda Tangan Konsultasi

Ns. Ira Rahmawati, Sp.A


  

LEMBAR PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (LPHBM) 1


Mata Ajar : Keperawatan Maternitas
Kode/Beban Studi : KPA 1621/6 SKS (4 Teori, 1 Praktikum, 1 PBL)
Program Studi : Ilmu Keperawatan
1. Format Penilaian Makalah Kelompok (LPHBM 1)
Aspek Bobot 4 3 2 1 Sko Skor x
Sangat Baik Baik Kurang baik Tidak baik r Bobot
Sistematika 20% Sistematis sesuai Satu bagian >1 – 2 bagian >2 bagian terlewati
Penyajian urutan terlewati terlewati
penyajian
Ketajaman 40% Pembahasan Pembahasan Pembahasan Pembahasan tidak
Pembahasan tajam, tajam, tidak tajam, tidak tajam, tidak
sistematis, dan sistematis, dan sistematis, tetapi sistematis, dan
disertai referensi disertai referensi tidak disertai tidak disertai
yang relevan yang relevan referensi yang referensi yang
relevan relevan
Penggunaan 30% Bahasa ilmiah Ada beberapa Banyak kata yang Tidak
bahasa dapat dijaga kata yang tidak tidak ilmiah menggunakan
ilmiah dengan baik ilmiah bahasa ilmiah
Referensi 10% Sesuai dengan < 2 bagian tidak >2 bagian tidak Tidak sesuai
PPKI sesuai dengan sesuai dengan
PPKI PPKI tapi ada dengan PPKI
yang sesuai
Nilai Akhir =

Anda mungkin juga menyukai