Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS KODE

DOKUMEN
JEMBER FAKULTAS
KEPERAWATAN
FORM PP-05
PRODI S-1 KEPERAWATAN
LEMBAR KERJA
MAHASISWA 1
Dosen Pengampu Mata kuliah : Hanny Rasni,S.kp.,M.Kep.
Pokok Bahasan : konsep komunitas, keperawatan komunitas, proses
keperawatan komunitas, manajemen puskesmas dan
asuhan aggregate
Model Pembelajaran : diskusi

IDENTITAS MAHASISWA

Nama/NIM/Kelas Fahmi Wildana/202310101169/D2020


Nama
1. Wahyu Dwi Utomo 202310101069
Anggota
kelompok 2. Dessy Rosantika M 202310101074
3. Fariha Aminiwati 202310101091
4. Fahmi Wildana 202310101169
5. Neneng Elviana 202310101180
Pertemuan Ke 7
Hari/Tanggal Senin, 3 Oktober 2022

BAHAN DISKUSI

1. Community as Partner
2. SDKI, SIKI dan SLKI

HASIL DISKUSI
Tuliskan hasil diskusi di bagian ini!
Tuliskan hasil diskusi pembahasan topic materi minggu 1- minggu 10 keperawatan komunitas
sesuai dengan format yang telah disiapkan.
TM 1 – PENGANTAR KEPERAWATAN KOMUNITAS
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan nilai (values), minat
(interests), ini merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografis yang jelas, dengan
norma dan nilai yang telah dilembagakan. Misalnya di bidang kesehatan ada kelompok ibu
hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok balita, kelompok orang lanjut usia, kelompok
masyarakat di wilayah desa tuan rumah, dan lain-lain. komunitas petani, komunitas pedagang,
komunitas kelas pekerja, komunitas terpencil, dll. Tujuan keperawatan komunitas. Tujuan proses
keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community)
dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas: Proses kelompok (group process), Pendidikan


Kesehatan (Health Promotion), Kerjasama (Partnership).
TM 2 – KONSEP DAN CONTOH LAPANGAN: PREVENSI PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas
yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Prevensi Primer
Pencegahan dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit dan diaplikasikan kepada populasi yang
sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup identifikasi faktor-faktor terjadinya
penyakit, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini
mencakup kegiatan peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap
penyakit seperti simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga, asuhan anak dan balita,
imunisasi, penyuluhan gizi dan balita, penyuluhan pencegahan terhadap kecelakaan, asuhan
prenatal, pelayanan KB, perlindungan gigi dan lain- lain.
2. Prevensi Sekunder
Intervensi atau kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi perubahan derajat kesehatan
masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada
diagnosaa dini, intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau tingkat keseriusan penyakit, contohnya
mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala termasuk gigi dan mata pada balita.
3. Prevensi Tersier
Pencegahan tersier pada tingkat pencegahan ini adalah mempertahankan kesehatan setelah
terjadinya gangguan beberapa system tubuh, yaitu pada saat- saat atau terjadii ketidakmampuan
sampai stabil atau menetap dan tidak dapat diperbaiki irreversible. Sebagai contoh perawat
mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan latihan nafas dalam, mengajarkan batuk efektif.

TM 3 – KONSEP DAN CONTOH DIAGNOSA, PERENCANAAN, DAN INTERVENSI DALAM


KEPERAWATAN KOMUNITAS
Perencanaan dalam keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Prioritas
2. Menemukan Kriteria Hasil
3.
Diagnosa keperawatan komunitas terdapat 8 macam:
1. Defisit Kesehatan Komunitas
Definisi : Terdapat masalah kesehatan atau faktor risiko yang dapat mengganggu
kesejahteraan pada suatu kelompok
2. Koping Komunitas Tidak Efektif
Definisi : Pola adaptasi aktivitas dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan untuk
memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat.
3. Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Definisi : Pola adaptasi dan penyelesaian masalah komunitas yang memuaskan untuk
memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat, serta dapat ditingkatkan untuk
penatalaksanaan masalah saat ini dan mendatang
4. Kesiapan peningkatan pengetahuan
Definisi : Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifk
cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan.
5. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan 
Definisi : Pola pengaturan dan pengitegrasian program kesehatan ke dalam kehidupan
sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan
6. Manajemen kesehatan tidak efektif
Definisi : Pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam
kebiasaan kehidupan sehari hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang
diharapkan.
7. Perilaku kesehatan cenderung berisiko 
Definisi : Hambatan kemampuan dalam mengubah gata hidup/perilaku untuk
memperbaiki status Kesehatan
8. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif 

Definisi : Ketidakmampuan mengidentifikasi , mengelola,dan/atau menemukan bantuan untuk


mempertahankan kesehatan
TM 4 – KONSEP EVALUASI DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan dalam upaya menilai suatu program kemudian
memperoleh informasi terkait keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil, dan dampak serta
biayanya.
Tujuan evaluasi menurut supriyanto (1998):
1. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program
2. Memperbaiki kebijaksanaan perencanaan dan pelaksanaan program yang akan datang
3. Memperbaiki alokasi sumber dana dan sumber daya manajemen saat ini serta di masa
mendatang
Jenis jenis evaluasi menurut waktu pelaksaan ada dua, yaitu:
1. Evaluasi formatif: dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program dan bertujuan untuk
menjadikan program lebih baik
2. Evaluasi sumatif: dilaksanakan pada saat program telah selesai untuk menilai hasil
pelaksanaannya.
Jenis-jenis evaluasi menurut tujuan ada 3, yaitu:
1. Evaluasi proses: bertujuan untuk mengkaji jalannya suatu program dengan berfokus pada
masalah penyampaian pelayanan
2. Evaluasi biaya-manfaat: bertujuan untuk mengkaji biaya program relative terhadap
alternatif penggunaan sumber daya dan manfaat dari program
3. Evaluasi dampak: bertujuan untuk mengkaji pengaruh yang dihasilkan dari suatu
program tersebut.
Komponen-komponen evaluasi dalam suatu program, yaitu:
 Evaluasi merupakan bagian integral dari desain program
 Evaluasi dirancang dengan baik sejak awal
 Evaluasi dilaksanakan dengan dukungan penuh dari seluruh orang yang terkait
 Evaluasi merupakan tanggung jawab dari pemimpin program
 Evaluasi mendapatkan sumber daya yang memadai

Proses evaluasi dapat dilakukan dengan Langkah-langkah berikut:

1. Memutuskan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi terhadap program
yang dievaluasi.
2. Memutuskan kriteria dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi.
3. Memutuskan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi
tersebut.
5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan
6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program
berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

Kriteria-kriteria penilaian dalam evaluasi:

1. Relevansi (relevance)
2. Keefektifan (effectiveness)
3. Efisiensi (efficiency)
4. Hasil (outcomes)
5. Dampak (impact)
6. Keberlanjutan (sustainability)

Metode yang digunakan dapat berupa kualitatif maupun kuantitatif. Sumber data yang digunakan
ada 2, yaitu data primer dan data sekunder. Contoh perbedaan data primer dan data sekunder,
yaitu:

1. Contoh data primer

 Data hasil survei


 Data hasil pengamatan
 Data hasil wawancara mendalam
 Data yang diperoleh dari diskusi kelompok terarah (FGD) dengan berbagai pemangku
kepentingan.

2. Contoh data sekunder

 Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dikumpulkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).

Data Sakernas (Survei Tenaga Kerja Nasional) yang dikumpulkan oleh BPS
TM 5 – ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE DEWASA DAN
LANSIA

Pada masyarakat lansia terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek biologi, ekonomi
dan sosial. Aspek biologis pada masyarakat lansia yaitu adanya proses penuaan yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan tubuh dan berdampak pada rentannya lansia terhadap serangan
penyakit. Kebutuhan hidup pada lansia yaitu meliputi pemenuhan gizi yang seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, rumah yang sehat, tentram dan aman serta pemenuhan
kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan orang lain. Tahap menua pada setiap orang akan
berbeda, setiap lansia akan memiliki kegiatan yang berbeda dan tidak terdapat satu pun faktor
yang dapat mencegah penuaan. Terdapat beberapa tugas perkembangan pada lansia menurut
Peek, yaitu:

1. Perbedaan ego vs preokupasi peran kerja, pada tugas ini dibutuhkan pergeseran sistem
nilai pada seseorang yang dapat membuat lansia mengevaluasi atau mendefinisikan
kembalu pekerjaan mereka sehingga lansia mampu menemukan cara baru untuk
memandang dirinya sendiri sebagai orangtua dan okupasi

2. Body transcendence vs preokupasi tubuh, lansia akan mengalami penurunan fisik


sehingga mereka yang menjadikan fisik sebagai bagian dari kesejahteraan hidup maka
akan mengalamu kesulitan dalam menerima perubahan dan ketidaknyamanan fisik.

3. Transendensi ego vs preokupasi ego, lansia biasanya akan menyelesaikan ego dengan
warisan atau kontribusi pada keluarga dan masyarakat. Lansia biasanya ingin hidupnya
lebih aman, bermakna dan bahagia.
Perawat lansia atau perawat gerontik harus mengkaji sikap yang dapat memengaruhi asuhan
keperawatan. Seorang perawat gerontik harus mampu memberikan rasa nyaman, cukup dan
kesejahteraan pada klien lansia. Adapun beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh
perawat, yaitu:

1. Pendekatan fisik, pada klien lansia yang aktif artinya dia dapat bergerak tanpa bantuan
dan klien lansia yang pasif atau lansia dengan sakit atau lumpuh.

2. Pendekatan psikis, perawat melakukan pendekatan edukatif dan berperan sebagai


supporter, interpreter terhadap hal asing artinya perawat dapat dijadikan penampung
rahasia klien dan sahabat klien.

3. Pendekatan sosial, perawat dapat mengadakan diskusi dan bercerita sebagai upaya
perawtan sosial. Perawat dapat memberikan kesempatan kepada lansia untuk berkumpul
dan menciptakan sosialisasi antar lansia.

Pengkajian pada lansia meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh dan situasi sosial
yang difokuskan untuk etiologi fisiologis, psikologis dan lingkungan dari lansia. Data inti yang
diambil yaitu terkait demografi, karakteristik umur dan jenis kelamin serta vital statistik. Pada
data subsistem dikaji terkait lingkungan fisik seperti kualitas udara, kualitas air, tingkat
kebisingan serta kepadatan rumah. Selanjutnya yaitu pendidikan lansia, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan, sarana
komunikasi yang dapat diakses, tingkat sosial ekonomi dan rekreasi. Pada analisa data
dituliskan terkait diagnosa keperawatan yang meliputi problem, etiologi serta sign and
sympton. Lalu terdapat kriteria penapisan yang meliputi kesesuaian dengan perawat komunitas,
jumlah risiko, besarnya risiko, kemungkinan untuk dilakukan pendidikan kesehatan, minat
masyarakat, kemungkinan untuk diatasi, keseuaian dengan program pemerintah, sumber daya
tempat, sumber daya waktu, sumber daya dana, sumber daya peralatan dan sumber daya
manusia. Yang terakhir yaitu rencana tindakan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dan
berupa tujuan jangka pendek serta jangka panjang.

TM 6 – MODEL PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti adalah suatu upaya
untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang
optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. Promosi kesehatan tidak sekadar mengubah gaya hidup, tetapi mempertahankan dan
meningkatkan perilaku sehat adalah tujuan yang akan dicapai pula.
Ruang lingkup promosi kesehatan secara sederhana menurut mencakup pendidikan
kesehatan yang menekankan pada perubahan perilaku, pemasaran sosial yang menekankan pada
pengenalan produkmelalui kampanye, penyuluhan yang menekankan pada penyebaran
informasi,upaya promotif yang menekankan pada upaya pemeliharaan dan
peningkatankesehatan, upaya advokasi untuk mempengaruhi pihak lain dalam mengembangkan
kebijakan, pengorganisasian, pengembangan, pergerakan dan pemberdayaan masyarakat.
Proses pendidikan kesehatan :
1. input : sasaran belajar
2. proses : mekanisme dan interaksi
3. output : hasil belajar berupa kemampuan
Sasaran promosi kesehatan
 Sasaran primer

Langsung bersentuhan dengan masalah


 Sasaran sekunder

Berpengaruh terhadap sasaran primer


 Sasaran tersier

Sasaran yang membuat kebijakan


Faktor yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat adalah
faktor lingkungan dan prilaku.

Faktor prilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : Faktor prediposisi, Faktor pemungkin,
dan Faktor penguat
TM 7 – ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS RENTAN: MISKIN DAN KUMUH

Miskin adalah pengeluaran dalam perbulan kurang dari 500.000. Definisi BPS menjelaskan
bahwa dikatakan miskin jika pengeluaran 470.000 per bulan. Pada masyarakat miskin dan
kumuh tingkat kriminalitasnya tinggi. Kemiskinan bisa menimbulkan banyak masalah misalnya
timbulnya KDRT kriminalitas pengangguran narkoba kesehatan lingkungan sangat kurang maka
diperlukan pendekatan untuk masyarakat mengubah perilaku tersebut. Pada komunitas miskin
dan kumuh banyak timbul masalah penyakit misalnya penyakit menular yakni penyakit pada
saluran pernapasan seperti TBC baik pada anak sampai lansia. Misal masyarakat Jember di
antirogo banyak menderita kusta. Pada daerah miskin kesehatan lingkungan lingkungannya
buruk banyak timbul masalah kesehatan mental misalnya kesehatan mental terganggu terutama
pada anak remaja karena persaingan antar tetangga banyak penggunaan obat-obatan terlarang
seks

Anda mungkin juga menyukai