Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Ilmu Perilaku

Dosen : Dr. Shanti Riskiyani, M.Kes

PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN


BERDASARKAN KASUS DALAM FILM CONTAGION (2011)

KELOMPOK 2

Nur Akifa sartika putri K012211017


Aulia Apriliani K012211025
Alfina Hutbatul Ummah K012211026
Afiah Gani K012211033

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) :
Perencanaan Kesehatan adalah suatu ketelitian, suatu interpretasi yang cermat serta
suatu upaya pengembangan pelayanan kesehatan yang teratur yang dilaksanakan atas
dasar pemanfaatan seluruh ilmu pengetahuan modern serta pengalaman yang dimiliki
sedemikian rupa sehingga terpenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat berdasarkan
sumber-sumber yang tersedia (Wekadigunawan, P,S,C. 2020).
Perencanaan program merupakan suatu proses yang berkelanjutan melalui semua
warga masyarakat, penyuluh dan para ilmuwan memusatkan pengetahuan dan keputusan-
keputusan dalam upaya mencapai pembangunan yang mantap. Perencanaan harus terdiri
dari masyarakat, professional kesehatan, dan promotor kesehatan. Kelompok ini harus
bekerja bersama–sama dalam proses perencanaan sehingga dihasilkan program yang
sesuai, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan. Di samping itu
dengan melibatkan orang - orang yang terkait maka akan menciptakan rasa memiliki,
sehingga timbul rasa tanggungjawab dan komitmen. Dengan perencanaan tujuan yang
akan dicapai akan menjadi jelas, objektif dan rasional dan dapat menjadi acuan atau
dasar bagi fungsi manajemen lainnya (Victor, T,H, dkk. 2020)
Perancangan program yang efektif memerlukan pelayanan sosial professional
yang memahami masalah sosial, kebutuhan masyarakat, dan pelayanan social yang
diharapkan sebelumnya. Dengan demikian, dibutuhkan segala jenis data yang terkait
dengan kondisi masyarakat tertentu sebelum dan sesudah pelayanan sehingga dapat
dipelajari bagaimana dampak pelayanan terhadap masalah mereka (Victor, T,H, dkk.
2020)
Perencanaan kesehatan dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa model,
sebagai berikut : Pertama, PRECEDE-PROCEED, model ini berisi 9 tahapan, yaitu :
penilaian social, pengkajian epidemiologi, penilaian perilaku dan lingkungan, penilaian
pendidikan, factor predisposisi, factor pendukung dan factor penguat, penilaian
administrative, implementasi, proses evaluasi, dampak evaluasi, hasil evaluasi. Kedua,
PATCH meliputi : mobilizing community (menggerakkan masyarakat), collecting and
organizing data (mengumpulkan dan mengorganizir data), choosing priority and targeti
(memilih prioritas kesehatan dan menentukan grup sasaran), conducting intervention
(melakukan intervensi), dan evaluation (Evaluasi). Ketiga, MACH terdiri dari : Tahap 1
pemilihan tujuan, Tahap 2 Perencanaan intervensi, Tahap 3 Pengembangan program,
Tahap 4 Persiapan implementasi, Tahap 5 Evaluasi program. Kempat, Generalized
Model for Program Planning, model ini meliputi : Need assessment (kebutuhan
penilaian), Setting goals and objectives (menetapkan tujuan dan sasaran), Developing an
intervention (menerapkan intervensi), Evaluating result (mengevaluasi hasil) (Hasibuan,
R. 2021)
Pada makalah ini akan dibahas mengenai perencanaan program kesehatan
berdasarkan kasus yang diambil dari film Contagion (2011), dimana pada film tersebut
membahas mengenai kasus baru pada penyakit MERS yang belum ada sebelumnya.
Model kerangka perencanaan yang dipakai untuk melakukan perencanaan program
dalam makalah ini adalah model PRECEDE-PROCEED dikarenakan model PRECEDE-
PROCEED merupakan kerangka model perencanaan yang membahas mengenai proses
epidemiologi dari masalah kesehatan yang ada. Sedangkan dalam film Contagion (2011)
masalah kesehatan yang ditampilkan berupa wabah virus Mev-1 yang merupakan insiden
(kasus baru) yang belum pernah ditemukan sebelumnya sehingga perlu dikaji riwayat
epidemiologi dari penyakit tersebut untuk dicari akar permasalahan dan upaya
penyelesaiannya

B. RUMUSAN MASALAH
1. Kerangka Model apa yang cocok untuk kasus dalam film Contagion (2011)?
2. Bagaimana perencanaan program yang bisa disusun dari kerangka model tersebut?

C. TUJUAN
1. Membuat perencanaan program kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan sesuai
kasus pada film Contagion (2011)
2. Mengidentifikasi tahapan-tahapan perencanaan program model PRECEDE-
PROCEED sesuai kasus pada film Contagion (2011)
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODEL PRECEED-PROCEED
Salah satu model yang paling populer dalam pendidikan kesehatan adalah model
PRECEDE-PROCEED, dan sekitar 1000 aplikasi model ini telah dipublikasikan di
bidang kesehatan pada awal tahun 2000-an. PRECEDE adalah Predisposing,
Reinforcing, Enabling Constructs in Educational/environmental Diagnosis and
Evaluation. PROCEED adalah Policy, Regulatory, and Organizational Constructs in
Educational and Environmental Development. Model berasal dari tahun 1970-an dari
aplikasi dalam uji hipertensi, evaluasi biaya-manfaat program pendidikan kesehatan,
studi keluarga berencana. Model ini awalnya disebut PRECEDE dan tetap populer
dengan nama itu sepanjang tahun 1980-an. Selanjutnya program promosi kesehatan
berkembang pesat sehingga model tersebut kemudian dikenal sebagai PRECEDE-
PROCEED. Pada tahun 1990-an peran pendekatan sosio-lingkungan semakin diperkuat,
dan model tersebut lebih menekankan pada pendekatan ekologis (Sharma, M & Rhomas,
A, J. 2012).
Meskipun terdapat banyak model perencanaan program kesehatan, penelitian
Jones dan Donovan (2004) menunjukkan bahwa model PRECEDE-PROCEED paling
berguna secara praktis dalam perencanaan dan pengembangan program pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan. Menurut Green dan Kreuter (2005) model PRECEDE-
PROCEED sebagai model perencanaan program kesehatan berbasis penilaian
kebutuhan masyarakat ditujukan untuk perubahan perilaku. Yang penting untuk model
perencanaan PRECEDE-PROCEED adalah peran teori dalam menciptakan sebuah
kerangka pikir konseptual yang mengarahkan pembentukan intervensi dan evaluasi
(Sulaiman, S.E & Waryana, M, B. 2015).
Komponen PRECEDE memungkinkan peneliti untuk bekerja kebelakang
dari tujuan akhir (distal outcomes) untuk membuat blueprint (perencanaan) guna
mengarahkan pada penyusunan strategi intervensi. Komponen PROCEED dapat
menghasilkan evaluasi termasuk efikasi (keunggulan) metodologi penelitian.
PRECEDE-PROCEED terdiri dari sembilan langkah, yaitu langkah diagnostik untuk
perencanaan program kesehatan (Tahap 1-5), implementasi (Tahap 6), dan evaluasi
(Tahap 7-9). PRECEDE (bagian diagnosa) berakhir pada tahap 5. Selanjutnya
PROCEED meliputi implementasi (tahap 6) dan evaluasi (Tahap 7, 8, dan 9)
(Sulaiman, S.E & Waryana, M, B. 2015).
Pada praktek di lapangan, PRECEDE dan PROCEED berjalan dalam lingkaran
berkesinambungan. Informasi yang didapatkan pada PRECEDE mengarahkan
perkembangan tujuan program dan intervensi pada fase implementasi PROCEED.
Informasi yang sama juga memberikan kriteria terhadap bentuk kesukesan pada program
yang mana yang diukur pada fase evaluasi PROCEED. Sebagai timbal balik, data yang
didapat pada fase implementasi dan evaluasi PROCEED membuat jelas hubungan yang
dinilai pada PRECEDE dengan kesehatan atau outcome kualitas hidup, perilaku dan
faktor lingkungan yang memengaruhinya, dan faktor-faktor yang mengarahkan pada
perubahan perilaku dan lingkungan. Data ini juga dapat menunjukkan bagaimana
program dapat dimodifikasi untuk semakin mendekati tujuan dan target yang diinginkan

B. TAHAPAN PRECEDE- PROCEED

Tahap 1 (Diagnosis Sosial)

Diagnosi sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan
aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui partisipasi dan
penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. penilaian dapat dilakukan atas
dasar data sensus, vital statistik yang ada, atau pengumpulan data secara langsung ke
masyarakat. /pabila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data
yang dapat dilakukan adalah wawancara dengan informan kunci,forum yang ada di
masyarakat, focus groups discussion(FGD), nominal group, process dan survei. Penilaian
dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada, maupun dengan
melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. bila data langsung
dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara0
wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, dan survei.

Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data multipel dari aktivitas-
aktivitas (hasil wawancara dengan informan, diskusi kelompok, observasi terhadap
partisipan, dan survei, untuk memahami kebutuhan masyarakat. fase ini secara subjektif
berupaya mendefinisikan kualitas hidup dalam masyarakat. fokus pada fase ini adalah
untuk mengenali dan mengevaluasi permasalahan sosial yang mempengaruhi kualitas
hidup target populasi. tahap ini membutuhkan perencana program untuk mendapatkan
pengertian dari permasalahan sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien, konsumen,
siswa, atau komunitas, sebagaimana mereka memandang permasalahan tersebut. hal ini
diikuti oleh pembentukan penghubung antara permasalah tersebut dan permasalahan
kesehatan spesifik yang dapat menjadi fokus dari edukasi kesehatan. Penghubung ini
sangat penting dalam hidup dan, sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup
mempengaruhi permasalahan sosial. metode yang digunakan untuk diagnosis sosial dapat
menggunakan satu atau beberapa cara pada “community assesment”.
Menganalisis kualitas hidup individu atau masyarakat yang sumbernya langsung dari
masyarakat. Pada tahap ini Insidensi Mev-1 kita dapat melihat kualitas hidup masyarakat
yang ada di wilayah tersebut Berdasarkan dari hasil pengamatan insiden Mev-1 yang
telah ditemukan bahwa permasalahan sosial masyarakatnya seperti kurangnya sumber
daya makanan, akibatnya banyak muncul kejahatan kriminal sseperti mencuri bahan
makanan untuk pertahanan hidup, kualitas hidup perkotaan itu padat dengan penduduk
hal itu sangat berpengaruh pada peningkata jumlah penyebaran virus tersebut seperti
yang kita lihat begitu banyaknya kerumunan atau keramaian tanpa adanya protokol
kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan dan sebaiknya
edukasi kesehatan perlu di tingkatkan agar peningkatan penyebaran virus berkurang.

Tahap 2. Epidemiologi
Insidensi Mev-1 yang melanda dunia merenggut 62 juta orang di tiap tahunnya.
1 dari 120 orang di bumi menderita virus ini. 2,5 Juta orang telah meninggal di Amerika.
Virus ini melanda Hongkong, London, Minneapolis, Tokyo, Atlanta Georgia, San
Fransisco, Guandong, Chicago, dan kota-kota lain di dunia. Penyakit ini pertama kali
ditemukan di Hongkong, disebabkan oleh virus dan berasal dari Babi dan Kelelawar.
Penularan virus melalui kontak langsung, dan droplet.

Tahap 3. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan atau masalah
yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau sosial. Sedangkan diagnosis
lingkungan adalah analisis paralel dari faktor lingkungan sosial dan fisik daripada
tindakan khusus yang dapat dikaitkan dengan perilaku.Aase ini mengidentifikasi faktor-
faktor, baik faktor internal maupun eksternal dari individu yang dapat berpengaruh
terhadap masalah kesehatan. Fokus fase ini ditujukan pada identifkasi sistematis praktek
kesehatan dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan
yang telah dijelaskan pada Faktor-faktor ini mencakup penyebab non-perilaku
(faktorPada tahap ketiga ini dilakukannya diagnosis analisis perilaku dan lingkungan
yang menyebabkan terjadinya epidemiologi di masyarakat sehingga tidak terwujudnya
derajat kesehatan. Tahapan ini berperan dalam membantu promotor kesehatan
mengintervensi perilaku dan lingkungan di masyarakat. perilaku merupakan pendorong
berkurangnya kualitas hidup masyarakat, perilaku yang dimaksud seperti kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga jarak ditengah keramaian hal ini di
karenakan tidak adanya edukasi kesehatan tentang bahaya penyakit tersebut dan juga kita
dapat melihat perilaku mayarakatnya yang bersikap egois seperti misalnya saling
memperebutkan makanan akibatnya meningkatnya tingkat kejahatan .

Pada lingkungan sosial juga (termasuk ekonomi dan kultur) dampaknya lebih luas
antara lain berkurangnya penghasilan, meningkatnya tindak kejahatan, stres dan
gampang emosi, masa bodoh terhadap gejala yang dialami tidak memperiksakan segera
mungkin akibatnya virus tersebut di tularkan dari satu individu ke individu lain dan
akhirnya menyebar dalam satu negara dan menyebabkan korban jiwa Permasalahan
tersebut merupakan faktor perilaku dan lingkungan yang menyebabkan menurunnya
kualitas hidup seseorang. Perilaku selanjutnya yang mempengaruhi epidemiologi di
masyarakat adalah kurang pedulinya masyarakat sekitar terhadap penderita sehingga
mengabaikannya. Masyarakat ketika batuk tidak segera berobat ke pelayanan kesehatan,
namun lebih memilih berdiam diri dan mengabaikannya sehingga menularkan ke banyak
orang .

Tahap 4. Pendidikan dan Organisasi


Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan
status kesehatan/kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus dirubah untuk kelangsungan perubahan perilaku dan
lingkungan Merupakan target antara atau tujuan dari program.
Awal mula virus Mev-1 diawali oleh seekor kelelawar yang terinfeksi. sebuah
penelitian baru dari University of California, Berkeley mengungkapkan bahwa kelelawar
memiliki respon kekebalan yang sangat kuat terhadap virus. Saat kelelawar terinfeksi
virus, tubuhnya akan merespon cepat supaya menghalangi virus keluar dari sel. Walaupun
respon tersebut dapat melindunginya, ini dapat mendorong virus yang hinggap di inang kelelawar
memperbanyak diri lebih cepat sehingga membuat kekacauan bahkan kematian jika virus
tersebut pindah ke manusia yang memiliki sistem kekebalan tubuh lebih minim. Hal ini
menjadikan kelelawar sebagai wadah virus yang cepat bereproduksi dan sangat mudah menular.
Bahkan, ketika virus kelelawar ini pindah ke hewan lain yang juga tidak memiliki sistem
kekebalan respon cepat, virus dengan cepat membanjiri inang baru mereka sehingga
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
Para peneliti mencatat bahwa banyak virus kelelawar melompat ke manusia melalui perantara
hewan. SARS sampai ke manusia melalui musang sawit Asia, MERS melalui unta, Ebola melalui
gorila dan simpanse, Nipah via babi, Hendra melalui kuda dan Marburg melalui monyet hijau
Afrika.
Tindakan pencegahan yang dilakukan seperti protokol kesehatan yang digunakan
untuk mencegah dan terhindar dari infeksi virus menular, penanggulangan awal, seperti
perencanaan tempat khusus untuk menangani pasien yang infeksi dan bagaimana virus tersebut
dapat menular.

Tahap 5. Kebijakan
Kebijakan yang diambil oleh WHO dan CDC (Centers for Disease Control) untuk
mengatasi pandemi Mev-1 diantaranya:
1. Protokol Kesehatan
Masyarakat dihimbau untuk melakukan protokol kesehatan diantaranya menjaga
jarak, menggunakan masker, dan menghindari mobilisasi
2. Lockdown
Pemerintah setempat menerapkan kebijakan Lockdown di beberapa kota dengan
insidensi yang tinggi
3. Vaksinasi
Program vaksinasi dilakukan bertahap untuk masyarakat. Diharapkan dengan
vaksinasi dapat menurukan insidensi Mev-1.

Tahap 6. Implementasi

Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi berdasarkan analisis. Fase ini
hanya berupa pengaturan dan pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan
sebelumnya. Berdasarkan diagnose epidemiologi virus Mev-1, ada beberapa kebijakan
yang dibuat. Implementasi dari kebijakan tersebut yaitu :

1. Isolasi atau Lockdown, isolasi merupakan cara paling pertama yang dilakukan
ketika terjadi wabah sebelum ditemukan pengobatan terhadapnya. Menghindari
kerumunan dan tetap berada dirumah merupakan upaya yang efektif untuk memutus
mata rantai penularan. Isolasi dilakukan dengan memisahkan dan membatasi diri dari
bertemu dengan orang lain, karena sifat virus yang mikroskopis dan tidak bias dilihat
dengan mata telanjang, sehingga memilih menjaga jarak aman lebih baik untuk
menghindari risiko terinfeksi virus
2. Sosialisasi Penggunaan Protokol Kesehatan, salah satu cara untuk mencegah
penularan yaitu dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ini merupakan
upaya paling dasar yang bisa dilakukan. Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan
menghindari kontak langsung dengan babi yang sakit dan menggunakan alat
pelindung diri ketika bekerja dengan babi, menjaga kebersihan diri dan kebersihan
lingkungan yang berhubungan dengan babi (kandang babi, pasar babi dan tempat
pemotongan babi), Lakukan desinfeksi, cuci tangan dan menjaga kebersihan
perorangan, serta melakukan vaksinasi hewan
Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mengedukasi masyarakat
terkait upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut. Sosialisasi dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan. Anjuran isolasi
mandiri menyebabkan masyarakat hanya dapat mengakses informasi dari media,
sehingga sosialisasi dapat dilakukan dengan menggandeng berbagai macam media
seperti media cetak, audio visual, dan lain sebagainya agar turut serta mendukung
upaya pemegang kebijakan untuk mensukseskan program pencegahan sehingga
mengurangi angka kesakitan. Dalam melakukan upaya sosialisasi juga bisa
melibatkan influencer yang aktif di media social untuk mengorasikan pesan-pesan
kesehatan serta menyebarluaskan poster, pamphlet ataupun leaflet yang bias menjadi
bahan literasi masyarakat
3. Vaksinasi, ini merupakan upaya kuratif untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap
virus Mev-1 yang mewabah dan menyebar dengan cepat. Dengan vaksinasi
diharapkan angka kesakitan terhadap penyakit ini bias menurun. Vaksinasi
merupakan upaya yang paling berpengaruh dalam penanggulangan virus Mev-1,
Hasil dari uji coba vaksin yang dilaksanakan menunjukkan bahwa respon imun
orang-orang yang divaksin sangat baik dan mampu menurunkan tren kasus.

Tahap 7. Evaluasi Proses

Pada fase ini dilakukan evaluasi terhadap proses penanggulangan virus. Evaluasi
dilakukan untuk melihat kekurangan yang ada sehingga dapat diatasi untuk mendapatkan
hasil yang lebih maksimal. Pada tahap evaluasi ini pembagian waktunya adalah evaluasi
pra promosi kesehatan, evaluasi yang dilakukan sewaktu berlangsungnya promosi
kesehatan, dan evaluasi yang dilakukan setelah selesainya kegiatan promosi kesehatan.
Evaluasi proses dalam upaya penanggulangan virus Mev-1 yaitu:

1. Evaluasi Pra Kegiatan


Dimasa awal pandemic, masyarakat sangat panic karena mengetahui dampak
yang sangat serius dari penyakit flu babi, angka mortalitas akibat penyakit ini sangat
tinggi. Kecemasan yang dirasakan masyarakat menyebabkan banyak terjadinya
kriminalitas dan kekosongan persediaan bahan-bahan pokok akibat diserbu
masyarakat untuk menyiapkan persediaan mandiri dikarenakan himbauan isolasi.
sekolah dan tempat-tempat yang menimbulkan kerumunan ditutup
2. Evaluasi Sewaktu Berlangsungnya Kegiatan
Setelah virus menjadi momok yang menakutkan di masyarakat, tantangan
selanjutnya adalah meyakinkan masyarakat untuk tetap mematuhi protocol
kesehatan, dalam hal ini menjaga jarak social cukup sulit dilakukan karena manusia
dengan sifat alaminya sebagai makhluk social yang tentunya membutuhkan interaksi
sesamanya. Beberapa pemberitaan dari media juga ikut membentuk opini public
yang menyebabkan pro dan kontra terhadap penanganan pandemic. Penemuan
vaksin yang membutuhkan waktu cukup lama dan penanganan yang kurang cepat
berdampak pada tingginya angka mortalitas. Ketakutan masyarakat yang berlebihan
menyebabkan banyak terjadinya penipuan yang mengatasnamakan pengobatan
penyakit
3. Evaluasi Pasca Kegiatan
Pasca kegiatan dilakukan, beberapa masyarakat cukup sadar dengan mematuhi
anjuran pemerintah, namun sebagian diantaranya juga tidak mengindahkan aturan
yang sudah dibuat. Hal itu berkaitan dengan persepsi masing-masing individu dan
pengaruh dari berbagai pemberitaan yang beredar. Masyarakat yang mendapatkan
vaksinasi memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dibanding yang tidak mau
divaksin
Tahap 8.Evaluasi dampak
Dalam hal ini dampak yang terjadi terhadap masyarakat ketika mengetahui
bagaimana penularan virus tersebut terjadinya kekacauan dimana-mana. Masyarakat
menjadi panic buying, beberapa melalukan penjaraharan ditoko-toko retail.
Tiongkok merupakan negara Asal Virus MEV-1, sebuah virus fiktif yang berasal dari
virus yang ada di Kelelawar dan Babi. Bermutasi dan membentuk varian baru. Dampaknya
seperti kepanikan masa, jatuhnyanya perintah sosial dari pemerintah, proses ilmiah dalam
menemukan virus dan vaksin, menggambarkan motif banyak pihak sehingga terjadi distribusi
kekuasaan yang buruk antara ilmuan, pemerintah, dan sipil. Terror terhadap virus menjadi sangat
realistis. Bagaimana kita seharusnya kita menyikapi kerusuhan akibat terror akan sesuatu dan
realistis tentang kesehatan publik dan ilmuan dalam merespon wabah menular .

Tahap 9. Evaluasi Hasil

Karena sudah terlalu banyak korban berjatuhan dan kekacauan yang tercipta
karena virus MEV-1 ini, pada akhirnya para peneliti harus mencoba vaksin yang
dibuatnya pada dirinya sendiri karena sudah tidak memiliki banyak waktu lagi untuk
menunggu prosedur percobaan pada manusia

Pengorbanan tim peneliti itu tidak sia-sia, mereka berhasil menemukan vaksin
yang tepat dan terbukti ampuh untuk mengatasi virus MEV-1 tersebut Setelah vaksinasi
dilakukan, angka mortalitas dan morbiditas menurun cukup signifikan. Respons
kekebalan diantara orang yang mendapatkan vaksinasi sangat baik. WHO pun
mengumumkan akhir wabah virus Mev-1. Sekolah kembali dibuka, kehidupan normal
kembali dimulai
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, R. 2014. Propaganda Amerika Serikat Terhadap Tiongkok Melalui Film


Contagion 2011. Jom FISIP Volume 1 No. 2

Hasibuan, R. 2021. Perencanaa dan Evaluasi Kesehatan Masyarakat. Penerbit NEM :


Jawa Tengah

Rahmadani, Ridho. 2019. Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas Colomadu Ii Dalam


Mensosialisasikan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Kepada Masyarakat.
Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sharma, M & Rhomas, A, J. 2012. Theoretical Foundations of Health Education and


Health Promotion. Jones & Bartlett Learning : London

Sulaiman, S.E & Waryana, M, B. 2015. Aplikasi Model PRECEDE-PROCEED Pada


Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat. JURNAL KEDOKTERAN YARSI 23 (3) :
149-164 (2015)

Utami, 2020. PRECEDE-PROCEED MODEL DALAM KASUS COVID-19. Bedah Buku:


Terapan Psikologi Klinis Mikro dan Makro dalam Psikologi Kesehatan.
http://repository.unika.ac.id/21907/

Victor, T,H, dkk. 2020. Promosi Kesehatan Masyarakat. Yayasan Kita Menulis :

Wekadigunawan, P,S,C. 2020. Modul Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan : Konsep


dan Definisi Perencanaan. Universitas Esa Unggul

Anda mungkin juga menyukai