Anda di halaman 1dari 6

Tugas : Individu

Dosen : Prof. Dr. Amran Razak, SE., M.Sc


Mata Kuliah : Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

TUGAS KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN


“PERAN INTEREST GROUP (KEPENTINGAN KELOMPOK) MENDESAK
DAN MENGAWASI PELAKSANAAN PSBB – PPKM DARURAT – PPKM
LEVEL – LEVEL”

Oleh:
Afiah Gani
K012211033

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Kelompok kepentingan (Interest Group) adalah setiap organisasi yang berusaha
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan
publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha
menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Sekalipun mungkin pemimpin-
pemimpin atau anggotanya memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasarkan
pemilihan umum, kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai organisasi
yang menguasai pemerintahan.
1. Bagaimana peran interest group (kepentingan kelompok) mendesak dan mengawasi
pelaksanaan PSBB – PPKM Darurat – PPKM level-level. Apa yang salah? Dapat
menerangkan pendekatan 3 Alur Penentuan Agenda dari John Kingdon
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi virus corona
Covid-19 di Indonesia, maka terhitung mulai dari hari Jumat, 10 April 2020,
pemerintah mulai memberlakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Keadaaan di sejumlah daerah yang semakin menimbulkan banyaknya virus covid-19
ini membuat pemerintah mengambil sejumlah langkah. Yaitu selain social distancing,
mewajibkan memakai masker dan PSBB. Pembatasan kegiatan tersebut itu ditujukan
bagi penduduk dalam satu wilayah yang diduga telah terkena atau terinfeksi corona.
Tujuan PSBB ini adalah untuk memblokir dan mencegah penyebaran virus corona
dalam skala yang lebih besar lagi dari yang sudah tercatat saat ini.
Model ini melihat bahwa suatu kebijakan dapat dipicu dari tiga arah
a. Masalah (problem stream):
Sejak Pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 sebagai kegawatdaruratan
kesehatan berskala nasional atau yang saat ini dikenal dengan Pandemi Covid-
19, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk penanganan dan
penanggulannya. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah saat itu dikenal
dengan PSBB, yang selanjutnya dikenal dengan istilah PPKM Darurat,
kemudian PPKM dengan Levelnya. Dampak yang diakibatkan dari wabah
covid-19 ini sangat luar biasa, menghamtam semua aspek kehidupan, dan
menjadikan kelumpuhan ekonomi, sosaial hampir di seluruh negara termasuk
Indonesia. Dengan dikeluarkan kebijakan PSBB, diharapkan wabah covid ini
bisa dikendalikan dengan baik.
Karena ini adalah pandemi, banyak pihak yang sangat concern mengikuti
perkembangan penanganan kasus ini termasuk mengawasi setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah.
Pembatasan aktivitas di luar rumah dalam pelaksanaan PSBB meliputi: 
pelaksanaan pembelajaran di Sekolah dan/atau institusi pendidikan lainnya,
aktivitas bekerja di tempat kerja, kegiatan keagamaan di rumah ibadah, kegiatan
di tempat atau fasilitas umum, kegiatan sosial dan budaya; dan pergerakan orang
dan barang menggunakan moda transportasi.
Dalam melayani pemenuhan kebutuhan penduduk selama pemberlakuan PSBB, 
pelaku usaha wajib mengikuti ketentuan pembatasan kegiatan sebagai berikut:
mengutamakan pemesanan barang secara daring dan/atau jarak jauh dengan
fasilitas layanan antar, turut menjaga stabilitas ekonomi dan kemampuan daya
beli konsumen barang dengan tidak menaikkan harga barang;
Pembatasan Kegiatan Sosial dan Budaya, selama pemberlakuan PSBB,
dilakukan penghentian sementara atas kegiatan sosial dan budaya yang
menimbulkan kerumunan orang. Termasuk pula kegiatan yang berkaitan
perkumpulan atau pertemuan politik, olahraga, hiburan, akademik dan budaya.
Jika dilihat secara umum, tujuan dikeluarkan kebijakan ini sangat baik akan
tetapi dalam penerapannya ada beberapa masalah yang ditemukan, sehingga
penanganan kasus covid 19 belum serta merta menunjukkan hasil yang baik di
awal penerapannya. Beberapa permasalahan tersebut antara lain:
 Komunikasi untuk segera melaksanakan penerapan kebijakan ini tidak
berjalan sesuai harapan. Penyampaian kebijakan penerapan PSBB, PPKM
Darurat Maupun PPKM Level-Level terkesan lamban, dimana di beberapa
daerah kasus Covid 19 menunjukkan peningkatan namun daerah belum
memiliki arahan dalam penanganannya. Hal ini menyebabkan variasi dalam
pelaksanaannya di setiap daerah, tergantung kebijakan dari masing-masing
Kepala Daerah. Dalam situasi ini, daerah tidak sepenuhnya salah mengingat
protap pelaksanaan belum diterima. Daerah mengantisipasi dengan cara
yang diketahui secara umum mengingat wabah covid 19 sudah ada di
daerah.
 Kebijakan PSBB yang dikeluarkan tidak mengandung unsur “kebaruan”
hanya terjadi sebuah keharusan dan “sanksi” bagi yang tidak menjalani.
Secara umum, kebijakan yang telah diterapkan beberapa daerah hakikatnya
sama saja karakteristiknya dengan PSBB yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Pusat, yaitu mengurangi keramaian dengan membatasi aktivitas di tengah
masyarakat, menggunakan masker dan menjaga kebersihan tangan. Sebagai
contoh, kebijakan Kota Solo dalam pembatasan aktivitas masyarakat di era
pandemi tidak jauh berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Provinsi DKI
Jakarta secara substansi melalui penerapan PSBBnya. Penerapan kebijakan
PSBB di Indonesia tidak seketat dibeberapa Negara, sehingga lonjakan
kasus terus terjadi. Hal ini mendorong Pemerintah menambah waktu
perpanjangan penerapan PSBB. Beberapa pihak sudah menyarankan untuk
dilakukan “lokc down” atau “penutupan” wilayah khususnya yang ke dan
menuju Jakarta mengingat kasus di Jakarta sangat banyak sehingga menjadi
zona merah. Penambahan waktu perpanjangan waktu penerapan kebijakan
PSBB menambah beban di masyarakat dari sisi ekonomi, sehingga masalah
yang dihadapi bukan saja dari sisi kesehatan namun sudah bergerak ke
aspek ekonomi dan social.
 Para kepala daerah juga memiliki hak untuk mengajukan permohonan
PSBB yang didasari oleh data kasus Covid-19 yang terjadi di daerahnya
masing-masing. Apabila suatu wilayah telah disetujui oleh Menkes, maka
PSBB akan diberlakukan selama masa inkubasi terpanjang, yaitu 14 hari.
Apabila setelah 14 hari tersebut masih terlihat adanya penyebaran, seperti
ditemukannya kasus baru, maka masa PSBB akan diperpanjang selama 14
hari kedepan hingga kasus terakhir ditemukan. Penerapan PSBB di daerah
memerlukan persetujuan pemerintah pusat melalui izin Menteri Kesehatan.
Ini sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020.
Kebijakan ini tentunya menambah panjang proses eksekusi di Daerah dalam
rangka mengendalikan penyebaran kasus covid 19. Alur birokrasi daerah
bertambah panjang dan pada akhirnya menyebabkan tidak efektifnya
penanganan kasus covid 19 di Daerah dari sisi teknis, yang saat itu harus
bergerak cepat namun dibatasi oleh prosedur yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat.
 Satgas Covid-19 menjalankan perannya dalam pengawasan pelaksanaan
aturan PSBB maupun PPKM. Bagi yang melanggar kebijkanan yang ada
tidak sanksi yang diberikan bahkan untuk menjalankan teguran bagi yang
melanggar juga tidak ada.
 Tidak ada kesiapan dalam menjawab tantangan masyarakat tidak
melaksanakan PSBB atau PPKM. Tantangan seperti masalah pemenuhan
kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat dalam kategori ekonomi bawah atau
penghasilan cukup untuk makan sehari-hari. Distribusi bantuan seharusnya
sampai ke masyarakat namun dalam pelaksanaannya tidak mereka dapatkan
karena datanya tidak sampai ke pemerintah atau kesalahan pihak
pendistribusi.

b. Kebijakan sebelumnya atau kebijakan terkait (policy stream):


Sejak awal ditemukan kasus Covid 19 di Indonesia dan kemudian mengalami
peningkatan kasus kurang lebih 1 bulan, secara umum Pemerintah hanya
memberikan arahan agar masyarakat membatasi aktivitas berkumpul dan
menggunakan masker. Selanjutnya setelah kasus Covid 19 sudah mulai
menunjukkan peningkatan yang tajam dan tersebar di beberapa daerah,
Pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan penerapan PSBB yang isinya
juga kurang lebih sama yaitu pembatasan aktivitas berskala nasional,
penggunaan masker dan mencuci tangan. Bedanya dengan kebijakan awal yang
masih dalam bentuk arahan, dalam pelaksanaan PSBB ini Pemerintah sudah
menetapkan “keharusan” untuk menghentikan beberapa aktivitas seperti
perkantoran, perdagangan serta membatasi mobilisasi warga terutama ke dan
menuju Jakarta.

c. Kepentingan politis (political stream):


Kebijakan pembatasan sosial tersebut dalam wacana politik masuk dalam aspek
biopolitik sebagai upaya pemerintah menekan korban lebih banyak selama
pandemik dan dilakukan secara top down.
Konsep biopolitik dalam pembatasan sosial merupakan bentuk govermentality
sebagai langkah rasional Pemerintah untuk mengatur dan mengawasi secara
politik aktivitas masyarakat dari level individu sampai level populasi. Kebijakan
ini bertujuan untuk melindungi warga negara Indonesia dari ancaman covid 19.

Anda mungkin juga menyukai