Di taman bertahta puisi dan cinta Di mana bintang-bintang bebas dipetik Mencoret rasa pada angin yang melalui tubuhku Bercerita pada cakrawala yang berubah jingga saat lembayung Bahwa kau adalah penyempurna cinta yang rupawan Sosok juwita pelengkap cerita menawan Engkau adalah pengharapan bertajuk pelita kasih Asmaraloka indah yang kudambakan diriku terjebak didalamnya Bahasa yang memuntahkan intan dan zamrud Bagaimana mungkin aku tak berdiri pada kulminasi dan berseru Aku mencintaimu
Namun bagai melihat genangan air membalikkan kenyataan
Hakikatnya cintamu adalah multitafsir Termasuk bagiku yang jatuh dalam bagian tafsirmu Aku terlalah menafsirkan rasa Yang bahkan pujangga menghabiskan seribu puisi untuk itu Meski tanpa diksi dan metafora Cintamu sukar untuk ditakar dan dicerna Sungguh hakikat yang tak bisa kucerca Sedikit menampar hingga terhuyung Sudah terkandung kepalang tanggung Perasaanku yang kujunjung seakan terselubung Menyisakan elegi cinta sekala terhubung Sungguh multitafsir
Bagaimana kau mensyarahkan semuanya
Tentang aroma ragamu yang melekat pada lacoste-ku Tentang aroma rambutmu pada sela jariku Yang serasa dan selaras indah mewangi Segenap rasa yang awalnya luar biasa Kini sirna dan binasa melebur bersama asa Bersimbah lara di tengah mangata Haruskah kutepikan pilau ini? Sebelum lautan sendu memporak porandakannya? Resahku sudah menyapa lelah Memutar layar bersama memar dan nanar Menuju puing puing dermaga yang lebih dulu hancur Aku menepi.