Dapatkah putik kan menjadi bunga Kiranya cuaca sering gerhana Dapatkah kasih bersemi selamanya Ataupun aku harus berserah kepadaNya Yang Maha Esa Mestikah ada satu perngorbanan Sehingga terjadinya perpisahan Kiranya itu satu permintaan Perlukah kau dan ku merelakan Kita hanya insan yang selalu mengharpkan Suatu yang indah dalam percintaan Di kala tiba dugaan mendatang Aku kau tinggalkan Karam aku di lautan duka Bila wajahmu hilang di mata Tiada berita pengubat rindu Di kala sendu Kubiarkan luka di hati berdarah Sehingga kering dimamah mentari Apakah salahku Disakiti begini Perlukah aku terus mengharapkan Camar yang hilang kembali ke sarang Apakah masih ada kerinduan Yang tersimpan di hatimu sayang...
BUKAN NIATKU
Tertutupkah sudah hatimu Untuk menerima ku lagi Apakah keras hatimu Tak bisa lentur lagi Bukan ku sengaja mahu kau terluka Bukan niatku Kalau pun memang aku bersalah Namun sebesar manakah Begitu susah untuk kau maafkan Hingga ingin kau singkirkan Bumi yang manakah Yang tak pernah basah Bila hujan mencurah Aduh usah berubah Usah diturutkan hati marah Di hati kecilmu Ku tahu kau tak begitu Sudah lumrah cinta Suka bersulamkan air mata Kita digilis bencana Terpetik cinta seutuhnya Kita buang keruh yang melanda Kasih pasti jernih semula Tak siapa di dunia merasa Cinta terlepas sengsara Tanpa rajuk hiba Tak bertemu makna Nikmatnya cinta
CINTA TERLARANG
Mengapa ditangisi Jika takdir sudah begini Janji yang terlafaz di bibir Bukan kata kata pasti Kita yang berlari Di taman yang berduri Sedangkan hakikatnya Mimpi tak pernah serupa Biarpun kata hati Engkau masih aku sayangi Namun rindu sudah terluka Kasih menjadi sejarah Di dalam terpaksa Ku cari erti rela Fahami pengorbanan Cinta yang terlarang Bukan tewas perasaan Bukan punah rasa sayang Apa ertinya semua Jika restu itu hilang Bukan patah pendirian Bukan jua ku beralah Kasih ku layarkan Di pukul gelombang Diriku bukannya lalang Diriku bukannya bintang Sekadar lilin sebatang Di kamar mu yang terang Biar dari kejauhan Biar senyum dalam tangisan Ku bawa hati kecundang Kernamu ku relakan
TAMAN ASTAKONA
Umpama mimpi ku kecap kenangan Taman permainan masa kecil dulu Sisip senyum mu Kemanisan tanpa gula Meninggalkan seribu keresahan Kala gerimis menitis di hati Kenangan lenyap tanpa sedar Mungkinkah ada lagi Saat saat indah itu Agar dapat kita bersama lagi ( bridge ) Dalam kelam engkau datang Memujuk hati yang sepi Dalam terang engkau hilang entah ke mana Andai kata hanya mimpi Mengusik kenangan silam Mengapa hangat tangan mu ku terasa ( korus ) Namamu kuukir di pohon di tepi taman Sebagai hiasan lambang cinta yang terlarang Semoga kau terlihat tika melintasi taman Sebagai tanda percintaan abadi Ataupun pada malam Namun nan cahaya purnama menyuluh Ukiran yang memanggil sejuta seri Yang menghias taman ini Penuh dengan cahaya misteri Kekosongan hingga ia Kesepian Harumnya mawar menyulam asmara Harum cempaka kesayuan Di taman astakona yang tiba-tiba menyepi Mungkinkah akan begini selamanya ( ulang bridge dan korus )