DIABETES MELITUS
OLEH KELOMPOK 2 :
Addini Hidayat (2043700139)
Deta Enda Alpiotika (2043700025)
Elana Maisyara (2043700123)
Her Dwi Deviana (2043700038)
Johan Hendri (2043700047)
Lale Fitriani Nurul Islami (2043700162)
Meitia Maharani Marantika (2043700027)
Ni Nyoman Widya Pratiwi (2043700009)
Selly Putri Salikin (2043700024)
Yetty Anggriani (2043700215)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Diabetes Melitus ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir
perkuliah sebelum ujian akhir semester pada bidang studi profesi apoteker, mata kuliah
farmakoterapi terapan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Diabetes Melitus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Dr,Apt Diana Laila Ramatillah,
M.Farm, S.Farm, PhD, selaku dosen pengajar farkoterapi terapan, bidang studi profesi
apoteker, mata kuliah farmakoterapi terapan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang di tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar belakang........................................................................................................................4
Rumusan penulisan makalah..................................................................................................5
Tujuan penulisan makalah......................................................................................................5
Manfaat penelitian..................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................8
Definisi...................................................................................................................................8
Klasifikasi dan etiologi...........................................................................................................8
Patofisiologi............................................................................................................................9
Gejala dan tanda...................................................................................................................11
Epidemiologi........................................................................................................................12
Farmakologi..........................................................................................................................13
Tatalaksana...........................................................................................................................26
Terapi non farmakologi........................................................................................................35
BAB III.....................................................................................................................................37
PENUTUP................................................................................................................................37
Kesimpulan...........................................................................................................................37
Saran.....................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................38
3|Page
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi system kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survai nasional, sejalan dengan perubahan gaya
semakin meningkat terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status
sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menepati skala
yang ditimbulkan cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung
insulin baik absolut maupun relative. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali
sedangkan relative berarti jumlahnya cukup/menang sedikit tinggi atau daya kerjanya
kurang. Hormone insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM:
akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta
pancreas. Gejalan yang menonjol adalah terjadinya sering kencing ( terutama malam
hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini
beratbadannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan
4|Page
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung dengan insulin. DM ini
disebabkan insulin yang ada tidak dapat berkerja dengan baik, kadar insulin dapat
normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolism glukosa
tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obesitas atau ada sangat
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5
diabetes type 3 diabetes, LADA) atau diabetes millitus yang terjadi hanya selama
kehamilan dan pilih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein
atau ibu, dan sekitar 20-50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai dari makalah ini adalah:
5|Page
c. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda dan gejala Diabetes Millitus
4. Manfaat penelitian
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi dan referensi
Millitus.
c. Bagi Peneliti
dalam menyajikan data secara jelas dan sistematis. Penelitian ini juga diharapkan
6|Page
e. Bagi Masyarakat
7|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama
atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126
mg/dl. DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya
dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. DM dapat menyerang hampir seluruh sistem
tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi (Hestiana,
2017).
golongan, yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1 DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas.
Biasanya mengenai anak-anak dan remaja sehingga DM ini disebut juvenile diabetes
(diabetes usia muda), namun saat ini DM ini juga dapat terjadi pada orang dewasa.
Faktor penyebab DM tipe 1 adalah infeksi virus dan reaksi auto-imun (rusaknya
system kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada
pankreas, secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali
b. Diabetes Melitus Tipe 2 DM tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin dan
disfungsi sekresi insulin sel β. Diabetes tipe 2 biasanya disebut diabetes life style
karena selain faktor keturunan, juga disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
c. Diabetes Tipe Khusus DM tipe khusus disebabkan oleh suatu kondisi seperti
endokrinopati, penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetic, induksi obat atau zat
8|Page
kimia, infeksi, dan lain-lain.
9|Page
d. Diabetes Gestasional Diabetes gestasional adalah Diabetes yang terjadi pertama kali
saat hamil atau diabetes yang hanya muncul pada saat kehamilan.Biasanya diabetes
ini muncul pada minggu ke-24 (bulan keenam).Diabetes ini biasanya menghilang
sesudah melahirkan
3. Patofisiologi
stres metabolik. Keadaan ini mempengaruhi massa dan/atau fungsi sel β sehingga kadar
insulin pada akhirnya tidak dapat merespon permintaan insulin secara memadai,
beberapa kasus, faktor risiko genetik dan lingkungan serta interaksi gen-lingkungan dapat
secara langsung memengaruhi massa dan/atau fungsi sel β. Terlepas dari patofisiologi
diabetes, kadar glukosa darah tinggi kronis dikaitkan dengan komplikasi mikrovaskuler
dan makrovaskular yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada penderita diabetes.
Model ini memposisikan kerusakan dan / atau disfungsi sel β sebagai faktor umum yang
10 | P a g e
Pada diabetes tipe 1 dan tipe 2, berbagai faktor genetik dan lingkungan dapat
menyebabkan hilangnya Massa dan/atau fungsi sel beta secara progresif yang dapat
jenis diabetes berisiko mengalami komplikasi kronis yang sama, meskipun tingkat
masa depan akan membutuhkan karakterisasi yang lebih baik dari banyak nya jalur terapi
untuk kematian atau disfungsi sel beta. Karakterisasi dari patofisiologi yang mendasari
lebih berkembang pada diabetes tipe 1 dibandingkan diabetes tipe 2. Laju perkembangan
penyakit tergantung pada usia saat deteksi pertama autoantibodi, angka dari autoantibodi,
Kadar glukosa dan A1C naik jauh sebelum onset klinis diabetes, membuat
diagnosis dapat dilakukan dengan baik sebelum adanya onset DKA (Diabetes
onset dewasa harus disebut diabetes autoimun laten pada orang dewasa atau apakah itu
Prioritas klinis dan kesadaran bahwa kerusakan sel autoimun yang lambat bisa jadi
11 | P a g e
berarti menjadi durasi lama
12 | P a g e
dari kapasitas sekresi insulin marginal. Untuk tujuan klasifikasi ini, semua bentuk
diabetes dimediasi oleh penghancuran sel beta autoimun. Kematian dan disfungsi sel beta
pada diabetes tipe 2 kurang jelas, tetapi sekresi insulin sel beta yang kurang, frekuensi
Karakterisasi dari sub tipe gangguan heterogen ini telah dikembangkan dan divalidasi di
Skandinavia dan Eropa utara tapi belum dikonfirmasi di kelompok etnis dan ras lain.
Diabetes tipe 2 dikaitkan dengan cacat sekresi insulin terkait untuk peradangan dan stres
metabolik di antara kontributor lainnya, termasuk faktor genetik (Skyler, et al, 2017).
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan
beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak
gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
f. Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak
g. Lemas.
h. Pandangan kabur.
j. Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
13 | P a g e
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami
a. Mulut kering.
c. Gatal-gatal.
e. Mudah tersinggung.
f. Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa
dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes.
Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani
dengan baik.
5. Epidemiologi
a. WHO memperkirakan bahwa lebih dari 346 juta orang diseluruh dunia mengidap DM.
Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua kalilipat pada tahun 2030 tanpa
b. Pada tahun 2015 Indonesia berdiri pada posisi ketujuh dengan jumlah penderita
sebanyak 10 juta jiwa. Jumlah penderita DM ini diperkirakan akan meningkat pada
tahun 2040, yaitu sebanyak 16,2 juta jiwa penderita, dapat diartikan bahwa akan
terjadi peningkatan penderita sebanyak 56,2% dari tahun 2015 sampai 2040.
Indonesia juga merupakan negara ketiga yang jumlah orang dengan gangguan
Burhan, 2020)
c. Menurut International Diabetes Federation Pada tahun 2017, sekitar 425 juta orang di
seluruh dunia menderita DM. Jumlah terbesar orang dengan DM yaitu berada di
wilayah Pasifik Barat 159 juta dan Asia Tenggara 82 juta. China menjadi negara
dengan penderita DM terbanyak di dunia dengan 114 juta penderita, kemudian diikuti
oleh India 72,9 juta, lalu Amerika serikat 30,1 juta, kemudian Brazil 12,5 juta dan
Mexico
6. Farmakologi
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dan
agonis GLP-1.
a. Insulin
§ Krisis Hiperglikemia
§ Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
perencanaan makan
15 | P a g e
§ Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
16 | P a g e
§ Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
§ Insulin kerja panjang (Long-acting insulin) § Insulin kerja ultra panjang (Ultra
longacting insulin)
§ Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan
17 | P a g e
Degludec 30-60 Hampir Sampai 48
(Tresiba®)* menit tanpa jam
puncak
Insulin manusia Campuran (Human Premixed)
70/30 Humulin® 30- 60 Sampai 48
(70% NPH, 30% menit jam
reguler) 70/30
Mixtard® (70% NPH,
30% reguler)
Insulin Analog Campuran (Human Premixed)
75/25 Humalogmix® 12 – 30 1 – 4 jam
(75% protamin lispro, menit
25% lispro) 70/30
Novomix® (70%
protamine aspart,
30% aspart)
50/50
Premix
18 | P a g e
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi
pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek penurunan berat badan agonis
GLP-1 juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan pada pasien DM dengan
obesitas. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta
pankreas. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan
muntah. Obat yang termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide,
dan Lixisenatide. Salah satu obat golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar di
Indonesia sejak April 2015, tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml. Dosis awal 0.6 mg
perhari yang dapat dinaikkan ke 1.2 mg setelah satu minggu untuk mendapatkan efek
glikemik yang diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai dengan 1.8 mg. Dosis harian
lebih dari
1.8 mg tidak direkomendasikan. Masa kerja Liraglutide selama 24 jam dan diberikan
19 | P a g e
OBAT HIPERGLIKEMIK ORAL
Golongan Keterangan
Glinid
20 | P a g e
mL/menit/1,73m2). Metformin tidak boleh diberikan pada
Tiazolidinedion (TZD)
reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak dan
pioglitazone.
Pengahmbat Alfa Obat ini bekerja dengan menghambat enzim alfa glucosidase
21 | P a g e
hati yang berat , irritable bowel syndrome. Efek samping yang
Dipeptidyl Peptidase- protease yang didistribusikan secara luas dalam tubuh. Enzim
4 (DPP-4 inhibitor) ini memecah dua asam amino dari peptide yang mengandung
2 inhibitor) menurunkan berat badan dan tekana darah. Efek samping yang
22 | P a g e
dapat terjadi akibat pemberian obat ini adalah infeksi saluran
23 | P a g e
Daftar Obat Antihiperglikemik Oral
24 | P a g e
Sumber : Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2019
25 | P a g e
INTERAKSI ANTIDIABETES DENGAN OBAT LAIN
GOLONGAN INTERAKSI
Alcohol Meningkatkan efek hipoglikemik,
meningkatkan resiko laktat asidosis jika metformin
diberikan Bersama alcohol
flushing pada individu tertentu/rentan jika klorpropamid
diberikan bersama alkohol
Analgesic AINS dapat meningkatkan efek sulfonilurea
Antagonis hormone Lanretoid dan okretoid dapat menurunkan kebutuhan terhadap
insulin, metformin, repaglinide dan sulfonilurea
Antagonis kalsium Kadang mengganggu toleransi glukosa jika diberikan bersama
nifedipin
Antiaritmia Disopramid dapat meningkatkan efek hipoglikemik glikazid,
insulin dan metformin
Antibakteri Neomisin dapat meningkatkan efek hipoglikemik,
efek keparahan pada saluran cerna juga meningkat
klaritromisin juga meningkatkan efek repaglinide
siprofloksasin dan norfloksasin dapat meningkatkan
efek glibenklamid
rifampisin menurunkan kadar plasma nateglinid
rifampisin dapat memberikan efek antagonis terhadap
efek hipoglikemik repaglinide
rifampisin mneurunkan kadar plasma rosiglitazone,
peningkatan dosis rosiglitazone dapat dipertimbangkan
kloramfenikol meningkatkan efek sulfonilurea
rifampisin dapat mempercepat
metabolism Sulfonilurea(mengurangi
efek)
rifampisin mempercepat metabolism klorpropamid dan
tolbutamide (mengurangi efek)
sulfonamid dan trimethoprim kadang meningkatkan efek
sulfonylurea
26 | P a g e
trimethoprim dapat meningkatkan efek hipoglikemi
repaglinide, hindari penggunaan secara bersamaan
Antidepresan penghambat MAO dapat meningkatkan efek hipoglikemi
insulin, metformin, sulfonilurea
Antiepilepsi Tolbutamide meningkatkan efek sementara kadar fenitoin
dalam plasma (dapat terjadi toksisitas)
Antihistamin Jumlah trombosit menurun jika metformin diberikan dengan
ketotifen (hindari penggunaan bersamaan)
Antijamur flukonazol dan miconazole meningkatkan kadar plasma
sulfonylurea
miconazole meningkatkan efek hipoglikemi daei glikazid
dan glipizide, hindari penggunaan bersamaan
flukonazol dapat meningkakan efek hipoglikemi nateglinid
itraconazole dapat meningkatkan efek hipoglikemi
repaglinide
posakonazol dapat meningkatkan efek hipoglikemi glipizide
vorikonazol dapat meningkatkan kadar plasma sulfonilurea
Antikoagulan Kumarin dapat meningkatkan efek hipoglikemi sulfonylurea,
juga dapat mempengaruhi efek antokoagulan
Antipsikotik Fenotiazid dapat memberikan efek antagonis terhadap efek
hipoglikemi sulfonilurea
Antitukak Simetidin menurunkan ekskresi metformin (meningkatkan
kadar plasma)
Simetidin meningkatkan efek hipoglikemi sulfonylurea
Antivirus Ritonavir dapat meningkatkan kadar plasma tolbutamid
Beta bloker Gejala yang perlu diperhatikan pada hipoglikemi (seperti
tremor) dapat tertutupi jika diberikan bersama beta
bloker
Beta bloker dapat meningkatkan efek hipoglikemi insulin
Bosentan Kadar plasma kedua obat menurun jika glibenklamid
diberikan bersamaan dengan bosentan (hindari penggunaan
bersamaan)
27 | P a g e
Diuretic Diuretic kuat, thiazid, diuretic sejenis memberikan efek
antagonis terhadap efek hipoglikemi
Klorpropamid meningkatkan resiko hyponatremia jika
diberikan bersama diuretic hemat kalium dan antagonis
aldosterone ditambah thiazid
Meningkatkan resiko hyponatremia jika klorpropamid
diberikan bersama thiazid dan diuretic sejenis ditambah
diuretic hemat kalium
Estrogen Memberikan efek antagonis terhadap efek antidiabetes
Glikosida jantung Akarbosa dapat menurunkan kadar plasma digoksin
Hipolipidemik Kolesteramin dapat meningkatkan efek hipoglikemi
akarbosa
Gemfibrozil dapat meningkatkan efek hipoglikemi
nateglinid
Meningkatkan resiko hipoglikemi berat jika repaglinide
diberikan bersamaan gemfibrozil, hindari penggunaan
bersamaan
Gemfibrozil meningkatkan kadar plasma rosiglitazone
(penururnan dosis rosiglitazone dapat dipertimbangkan)
Dapat memperbaikik toleransi glukosa dan efek aditif jika
insulin atau Sulfonilureadiberikan bersama fibrat
Kortikosteroid Memberikan efek antagonis terhadap efek hipoglikemi
Leflunomide Leflunomide dapat meningkatkan efek hipoglikemi tobutamid
Pancreatin Pancreatin memberikan efek antagonis terhadap efek
hipoglikemi akarbosa
ACE inhibitor ACE inhibitor dapat meningkatkan efek hipoglikemi insulin,
metformin, sulfonilurea
Probenesid Meningkatkan efek hipoglikemi klorpropamid
Progesterone Memberikan efek antagonis terhadap efek hipoglikemi
Siklosporin Siklosporin dapat meningkatkan efek hipoglikemi repaglinid
Steroid anabolik Steroid anabolic dapat meningkatkan efek hipoglikemi
Testoteron Testoteron dapat meningkatkan efek hipoglikemi
28 | P a g e
7. Tatalaksana
a. Diabetes tipe 1
1. Kebanyakan orang dengan diabetes tipe 1 harus diobati dengan MDI insulin
3. Pasien diabetes tipe 1 harus dilatih untuk menyesuaikan dosis insulin prandial
dengan asupan karbohidrat, glukosa darah premeal, dan aktivitas fisik yang
diantisipasi (ADA,2019)
1. Untuk pasien DM tipe 2 dengn HbA1C saat diperiksa < 7,5% maka pengobatan
29 | P a g e
2. Untuk pasien DM tipe 2 dengan HbA1C ≥ 7,5% atau pasien yang sudah
mendapatkan monoterapi dalam waktu 3 bulan namun tidak bias mencapau target
HbA1C < 7% maka dimulai dengan terapi 2 kombinasi obat yang terdiri dari
metformin ditambah dengan obat lain yang memiliki mekanisme kerja berbeda. Bila
terdapat intoleransi pada metformin maka diberikanlan obat lini pertama lain
4. Untuk pasien dengan HbA1C > 9% namun tanpa disertai dengan gejala
dekompensasi metabolik atau penurunan berat badan yang cepat maka boleh
diberikan terapi kombinasi 2 atau 3 obat yang terdiri dari metformin (atau obat lain
pada lini pertama bila ada intoleransi metformin) ditambah dengan obat pada lini
kedua.
5. Untuk pasien dengan HbA1C > 9% dengan disertai gejala dekompensasi metabolic
6. Pasien yang mendapat terapi kombinasi 3 obat dengan atau tanpa insulin namun
tidak mencapai target HbA1C < 7% selama minimal 3 bulan pengobatan maka harus
7. Jika pemeriksaan HbA1C tidak dapat dilakukan maka keputusan pemberian terapi
8. HbA1C 7% setara dengan rerata glukosa darah sewaktu 154 mg/dL. HbA1C 7 –
7,49% setara dengan rerata glukosa darah puasa atau sebelum makan 152 mg/dL
atau rerata glukosa darah post prandial 176 mg/dL. HbA1C > 9% setara dengan
30 | P a g e
.Tatalaksana DM tipe 2 menurut ADA,2020 :
1. Metformin adalah terapi lini pertama yang disukai untuk pengobatan diabetes
tipe 2.
pengobatan.
31 | P a g e
4. Penggunaan awal insulin harus dipertimbangkan jika ada bukti katabolisme
hiperglikemia, atau ketika kadar A1C (> 10% [86 mmol / mol]) atau kadar
dampak pada berat badan, biaya, risiko efek samping, dan preferensi pasien
penyakit ginjal, atau gagal jantung, penghambat SGLT-2 atau agonis reseptor
lebih besar daripada yang dapat diperoleh dengan terapi oral, agonis reseptor
9. Rejimen pengobatan dan perilaku minum obat harus dievaluasi ulang secara
(penyakit jantung coroner, stroke dan penyakit arteri perifer), gagal jantung dan
32 | P a g e
1. Pasien dengan komorbid kardivaskular aterosklerotik
tidak dapat diberikan atau tidak tersedia maka dianjurkan pilihan kombinasi
2 jika fungsi ginjal baik karena terbukti menurunkan progresivitas gagal jantung
dan peyakit ginjal kronik pada cardiovascular outcome trial (CVOT). Bila
ml/menit) maka alternative kombinasi yang disarankan yaitu agonis GLP-1 yang
intensifikasi karena target HbAc1 < 7% belum tercapai maka untuk penambahan
kardiovaskular.
Insulin.
penggunaan saxagliptin.
33 | P a g e
metformin dan glyburide dalam mengurangi kadar glukosa untuk pengobatan
pertama. karena diketahui dapat melewati plasenta dan data tentang keamanannya
masih kurang. Selain itu, dalam dua RCT’s menyatakan bahwa glyburide dan
Berikut adaah tabel rekomendasi terapi pada GDM dari guidelines yang berbeda
(Zhangdkk,2019).
Guidelines Recommendation
minggu;
pasien tersebut;
2014 glikemik yang buruk (di atas target pengobatan) terlepas dari
34 | P a g e
Guidelines Recommendation
ADA, 2018 Insulin adalah obat pilihan pertama pada pengobatan diabetes
FIGO, 2015 Insulin, glyburide, dan metformin adalah terapi yang aman
35 | P a g e
Guidelines Recommendation
CDA, 2013 Pasien dengan GDM tidak dapat mencapai target glikemik
harus dimulai;
pasien.
36 | P a g e
37 | P a g e
Guidelines Recommendation
secara khusus.
2015 menurunkan glukosa darah dan aman untuk wanita hamil dan
janinnya;
metformin.
38 | P a g e
Guidelines Recommendation
kehamilan.
a. Pengaturan diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
kadar normal.
terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis yang optimal
utamanya pada regulasi administrasi insulin dengan diet seimbang untuk mencapai
dan memelihara berat badan yang sehat. Penurunan berat badan telah dibuktikan
dapat
39 | P a g e
40 | P a g e
mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus
glukosa.
b. Olahraga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi,
bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan
41 | P a g e
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Diabetes militus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
untuk merespon terhdap insulin dan atau penuruan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh pancreas . Kondisi ini mengarah ke Hiperglikemia, yang dapat menyebabkan
dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
2. Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun
42 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
for Primary Care Providers. Clinical Diabetes 2020 Jan; 38(1): 10-38.
Azis, W. A., Muriman, L. Y., & Burhan, S. R. (2020). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Meiyy, dkk. 2017. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Simatupang, R. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Tentang Diet
Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi. Vol. 1 No. 2 Juli 2017.
Zhang M, Zhou Y, Jie Z, Wang K , Ding Y and Li Li. 2019. Current guidelines on the
43 | P a g e