Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah farmasi
klinik tentang ‘Penyelesaian Kasus dengan Metode PCNE dan SOAP’ ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya dan juga saya berterima kasih
pada Dosen mata kuliah Farmai Klinik yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. PCNE.............................................................................................................. 18
A. SOAP.............................................................................................................. 21
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah pengobatan yang didapatkan pasien telah
tepat ?
2. Untuk mengetahui analisis kasus menggunakan metode PCNE dan
SOAP ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1 The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis hiperglikemia pada
DM tipe 2 (Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New Paradigm for
the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes. 2009; 58: 773-795)
4. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak
bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan
merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi
insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi
insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai
lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal
sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1
(glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent
insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory
polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-
1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera
dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja
dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja
DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga
mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja
ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi
monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat
meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang bekerja
untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.
6. Sel Alpha Pancreas
Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi
dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di
dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP
dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon
6
2.1.5 Penatalaksanaan DM
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil
lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
A. Terapi Non Farmakologi
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi
yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi gizi
medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan
yang didasarkan pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi
diet berdasarkan kebutuhan individual.
Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini
antara lain : menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki
profil lipid, meningkatkan sensitivitas resseptor insulin, memperbaiki
system koagulasi darah. Adapun tujuan dari terapi gizi medis ini adalah
untuk mencapai dan mempertahankan :
9
2.2 Dislipidemia
2.2.1 Definisi
Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kelebihan lemak dalam
sirkulasi darah. Dapat disebut juga dengan hiperlipoproteinemia karena
substansi lemak yang mengalir di peredaran darah terikat oleh protein
karena lemak merupakan partikel yang tidak larut air. Secara umum,
hiperlipidemia dapat dibedakan menjadi 2 sub kategori yaitu
hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia (Harikumar, dkk., 2013).
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid
yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total (Ktotal), kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta
penurunan kolesterol HDL (K-HDL). Dalam proses terjadinya
aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting, dan erat
kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan
tersendiri. Agar lipid dapat larut dalam darah, molekul lipid harus terikat
pada molekul protein (yang dikenal dengan nama apoprotein, yang sering
disingkat dengan nama Apo. Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal
sebagai lipoprotein. Tergantung dari kandungan lipid dan jenis
apoprotein yang terkandung maka dikenal lima jenis liporotein yaitu
kilomikron, very low density lipo protein (VLDL), intermediate density
lipo protein (IDL), low-density lipoprotein (LDL), dan high density
lipoprotein (HDL) (tabel 3).
Dari total serum kolesterol, K-LDL berkontribusi 60-70 %,
mempunyai apolipoprotein yang dinamakan apo B-100 (apo B).
Kolesterol LDL merupakan lipoprotein aterogenik utama, dan dijadikan
target utama untuk penatalaksanaan dislipidemia. Kolesterol HDL
berkontribusi pada 20-30% dari total kolesterol serum. Apolipoprotein
utamanya adalah apo A-1 dan apo A-II. Bukti bukti menyebutkan bahwa
HDL memghambat proses aterosklerosis.
3. Asam Nikotinik
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim
hormone sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan
demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas.
Diketahui bahwa asam lemak bebas ada dalam darah
sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber
pembentukkan VLD. Dengan menurunnya sintesis VLDL
di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserid,
dan juga kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam
nikotinik temyata juga meningkatkan kadar kolesterol-
HDL. Efek samping yang paling sering terjadi adalah
flushing yaitu perasaan panas pada muka bahkan di badan.
4. Ezetimibe
Obat golongan ezetimibe ini bekerja dengan
menghambat absorbsi kolesterol oleh usus halus.
Kemampuannya moderate didalam menurunkan kolesterol
LDL (15-25%). Pertimbangan penggunaan ezetimibe
adalah untuk menurunkan kadar LDL, terutama pada pasien
yang tidak tahan terhadap pemberian statin. Pertimbangan
lainnya adalah penggunaannya sebagai kombinasi dengan
statin untuk mencapai penurunan kadar LDL yang lebih
rendah.
18
BAB III
PEMBAHASAN KASUS 8
A. PCNE
1. Subjek
• Nama : Livia
• Umur : 27 th
• Rutin minum obat dan mampu mentoleransi obatnya dengan
baik tapi kadar gulanya masih sering tidak terkontrol.
• Alergi : tidak ada ( nihil )
• Riwayat keluarga :
Ibu : DM dan Hipertensi, merokok sejak SMA
Ayah : Hipertensi
• Riwayat penyakit : DM tipe 2 dan dislipidemia
• Kajian sistem tubuh :
(+) polyuria/polyphagia/polydipsia
2. Objektif
a. Pemeriksaan Fisik :
TD : 100/90 mmHg
BB : 75 kg
Nad : 80 bpm
TB : 163 cm
19
c. Tabel PCNE
PROBLEM M.1 Efktifitas Obat M1.1 Tidak ada efek terapi obat
MEDIK
1. Masalah Terapi Obat
Diabetes Melitus Alasan ? Target (SMART) ?
Gula darah pasien masih sering tidak Kadar GDP < 126 mg/dl
terkontrol padahal terapi sudah Kadar GDS < 150 mg/dl
ADEKUAT. HbA1C < 6,5 %
(PERKENI, 2015)
MEDIK
2. Masalah Terapi Obat
Dislipidemia Alasan ? Target (SMART) ?
B. SOAP
1. Subjek
• Nama : Livia
• Umur : 27 th
• Rutin minum obat dan mampu mentoleransi obatnya dengan
baik tapi kadar gulanya masih sering tidak terkontrol.
• Alergi : tidak ada ( nihil )
• Riwayat keluarga :
Ibu : DM dan Hipertensi, merokok sejak SMA
Ayah : Hipertensi
• Riwayat penyakit : DM tipe 2 dan dislipidemia
• Kajian sistem tubuh :
(+) polyuria/polyphagia/polydipsia
2. Objektif
a. Pemeriksaan Fisik :
TD : 100/90 mmHg
BB : 75 kg
Nad : 80 bpm
TB : 163 cm
3. Assesment
Medical
NO Therapy Subyetif & Obyektif DRPs Mecanism
Problem
Terapi Adekuat
Bekerja langsung pada Bekerja dengan menekan
hati (hepar), produksi glukosa pada hati
Metformin menurunkan produksi (hepar), meningkatkan
glukosa hati. sensitivitas insulin.
(PERKENI, 2015)
4. Plan
Medical
NO Rekomendasi dan Alasan Monitoring
Problem
• Direkomendasikan kepada
pasien untuk tetap
melanjutkan pengobatan
yang ada, karena
berdasarkan literatur
pengobatan yang didapat
• Penggunaan insulin dan
sudah Ade Kuat.
waktu mengkonsumsi
• Berdasarkan nilai BMI
1 Diabetes Melitus obat.
pasien mengalami
• Kadar GDP, GDS dan
obesitas, disarankan
HbA1c.
kepada pasien agar
menjaga life style seperti
pola makan dan
melakukan aktvitas seperti
olahraga agar
metabolisme tubuh lancar.
Direkomendasikan untuk
pemberian obat dislipidemia gol.
Statin kombinsi gol. Fibrat, karena
kombinasi kedua obat menurunkan
LDL, TG, non-HDL dan apoB Kadar kolesterol total, LDL, dan
2 Dislipidemia
yaitu 26,5%, 24,1%, 30,4%, TG.
21,8%. Dengan waktu konsumsi
yang diberi jeda untuk mencegah
terjadinya efek samping obat.
(Jurnal Kedokteran, 2006)
C. KIE
1. Diet nutrisi, seperti mengurangi asupan gula dan tinggi kolesterol
/ lemak.
2. Megkonsumsi obat dengan teratur.
3. Mengubah life style dan tingkatkan aktivitas fisik dengan
melakukan olahraga seperti jalan cepat + 30 menit.
24
Depkes, 2005
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C. 1998. Pharmaceutical Care Practice.
McGraw-Hill : New York.
Davis, S.N dan Granner D.K.. 2008. Dasar Farmakologi Terapi volume 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Diani, Aryana, dkk. 2010. Tata laksana Metformin Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
Anak Dibandingkan dengan obat Anti Diabetes Oral yang lain.
Jurnal Sari Pediatri. Vol. 11. No. 6.