Oleh :
dr. Sinta Wiranata
Pembimbing
dr. Made Herry Hendrawan, MM
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, laporan kasus dengan judul “Diabetes Melitus Tipe 2” ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka mengikuti program Internsip
Dokter Indonesia.
Laporan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya berkat dukungan
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Made Herry Hendrawan, MM selaku dosen pembimbing, atas segala
nasehat, bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan laporan ini.
2. dr. I Made Herry Hendrawan, MM selaku dokter pendamping Internship
Puskesmas Kuta I
3. Pasien beserta keluarga dan seluruh pihak yang sudah membantu dalam
pembuatan serta kegiatan berlangsung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Definisi........................................................................................................5
2.2 Epidemiologi...............................................................................................5
2.3 Faktor Resiko..............................................................................................6
2.4 Etiopatogenesis............................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................8
2.6 Diagnosis.....................................................................................................8
2.7 Tatalaksana................................................................................................10
2.8 Komplikasi…………………………………………………………………12
2.9 Prognosis.....................................................................................................16
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................17
3.1 Identitas Pasien...........................................................................................17
3.2 Anamnesis...................................................................................................17
3.3 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................20
3.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................22
3.5 Diagnosis ...................................................................................................22
3.6 Terapi..........................................................................................................22
3.7 Monitoring..................................................................................................22
3.8 Prognosis.....................................................................................................22
3.9 Konseling....................................................................................................23
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................24
iii
4.1 Pembahasan.................................................................................................24
BAB V PENUTUP................................................................................................26
4.1 Simpulan.....................................................................................................26
4.2 Saran...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
merasa tidak nyaman, bingung dan merasa menderita.
2
Penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititikberatkan pada 4 pilar, yaitu:
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Upaya
edukasi dilakukan secara komprehensif dan berupaya meningkatkan motivasi
pasien untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan dari edukasi diabetes adalah
mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami
penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan atau komplikasi
yang mungkin timbul secara dini atau saat masih reversible, ketaatan perilaku
pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan
perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Pengaturan makan pada pasien
diabetes diperlukan untuk memastikan pasien mendapatkan kalori dan nutrisi yang
cukup sesuai dengan kebutuhan. Latihan jasmani dilakukan untuk menjaga
kebugaran dan menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan pasien,
pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan insulin. Pengobatan DM ditujukan untuk memperbaiki
gangguan patogenesis dan meningkatkan kualitas hidup pasien, bukan hanya
untuk menurunkan kadar gula dalam darah saja. Pengobatan harus dimulai sedini
mungkin untuk mencegah atau memperlambat progresivitas kegagalan sel beta
yang sudah terjadi pada penyandang gangguan toleransi glukosa.1
Salah satu peran tenaga kesehatan adalah sebagai pemberi edukasi yaitu
membantu meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah
dilakukan promosi kesehatan. Peran tenaga kesehatan sebagai pendidik
kedokteran keluarga bertujuan agar keluarga dapat melakukan pengawasan dan
perawatan pasien dan keluarga keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
2.3 Faktor Resiko
5
% dan menjadi 75% apabila kedua orang tuanya menderita DM.2
6
4. Usia
2.4 Etiopatogenesis
8
insulin yang berhubungan dengan inflamasi, adanya stress metabolik, kontributor
lainnya, termasuk genetik.4
Merupakan keadaan timbulnya rasa lapar dan lemas. Hal ini dikarenakan
glukosa dalam sel semakin menurun sedangkan kadar glukosa dalam darah
cukup tinggi.
Selain ketiga gejala klasik tersebut, pasien dengan diabetes juga dapat
mengalami kelelahan, gangguan penglihatan, kesemutan, kulit kering dan gatal
serta penyembuhan luka yang buruk.3
2.6 Diagnosis
klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP) dan Diabetes Control and Complication Trial Assay
(DCCT).
10
Berikut merupakan tabel laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan pre
diabetes.2
Tabel 2. Laboratorium pada pasien diabetes dan prediabetes2
Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam
HbA1c (%)
puasa (mg/dl) setelah TTGO (mg/dl)
Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200
Prediabetes 5,7 – 6,4 100-125 140-199
Normal < 5,7 70-99 70-139
2.7 Tatalaksana
20212
Dari bagan tersebut, dapat dilihat bahwa dalam memberikan tata laksana
pada pasien diabetes menggunakan kadar HbA1C awal untuk menentukan
11
intervensi yang akan diberikan. Apabila kadar HbA1C awal kurang dari 7,5%
maka dapat dilakukan modifikasi gaya hidup sehat selama 3 bulan, kemudian
HbA1C diukur kembali. Apabila kadar HbA1C setelah 3 bulan melakukan
modifikasi hidup sehat masih lebih dari 7%, maka dilakukan intervensi
monoterapi obat anti hiperglikemia oral. Bila kadar HbA1C awal lebih dari atau
sama dengan 7,5%, maka diberikan monoterapi terlebih dahulu kemudian bila
setelah 3 bulan dievaluasi HbA1C belum mencapai target < 7%, maka dapat
dimulai dengan terapi 2 macam obat yang terdiri dari metformin ditambah
dengan obat lain yang memiliki mekanisme kerja berbeda (PERKENI, 2021).
Kombinasi 3 obat dapat diberikan apabila selama 3 bulan setelah terapi 2
macam obat namun HbA1C belum mencapai target < 7%. Sedangkan bila kadar
HbA1C awal saat diperiksa > 9%, maka lihat apakah pasien memeiliki gejala
dekompensasi metabolik atau tidak. Apabila pasien tidak memiliki gejala
dekompensasi metabolik maka dapat diberikan terapi kombinasi 2 atau 3 obat.
Bila pasien dengan gejala dekompensasi metabolik, maka dapat diberikan terapi
insulin dan obat anti hiperglikemik lainnya (PERKENI, 2021). Dalam
pengendalian pasien dengan diabetes, terdapat beberapa parameter yang menjadi
sasaran atau target terapi. Kriteria sasaran terapi dapat dilihat dari kadar glukosa,
kadar HbA1c, dan profil lipid mencapai kadar yang diharapkan, serta status gizi
maupun tekanan darah sesuai target yang ditentukan. Berikut sasaran
pengendalian pada pasien diabetes menurut PERKENI (2021).
12
Tabel 3. Sasaran pengendalian pasien diabetes menurut PERKENI 2021.
Parameter Sasaran
IMT (kg/m2) 18,55 – 22,9
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 140
Tekanan darah diastolik (mmHg) < 90
HbA1C (%) <7
Glukosa darah prepandial kapiler 80 – 130
(mg/dL)
Glukosa darah 2 jam PP kapiler <180
(mg/dL)
Kolesterol LDL (mg/dL) <100
<70 bila risiko KV sangat tinggi
Trigliserida (mg/dL) <150
Kolesterol HDL (mg/dL) Laki-laki >40, perempuan >50
Apo-B (mg/dL) <90
2.8 Komplikasi
c. Hipoglikemia
b. Kompliaksi Mikrovaskular
16
vaskular. Pada tahap awal retinopati diabetik non-proliferatif (NPDR) ini,
kebanyakan orang tidak melihat adanya gangguan penglihatan.14
c) Neuropati
2.9 Prognosis
Prognosis pada pasien diabetes bergantung pada pola hidup sehat
yang dilakukan oleh pasien untuk mengontrol kadar gula darahnya. Pasien
yang memiliki kontrol glikemik yang baik dan beberapa parameter yang
sudah disebutkan sebelumnya atau dengan kata lain memiliki diabetes yang
terkendali dengan baik, tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskular dan
tidak ada komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular akan memiliki
harapan hidup yang lebih lama. Penyakit diabetes dapat memberikan
morbiditas dan mortalitas karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi
seperti penyakita kardiovaskular, penyakit ginjal, gangguan pembuluh
darah perifer gangguan saraf serta retinopati yang merupakan akibat dari
komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular. Kunci utama dari
penanganan pasien dengan diabetes adalah kontrol glikemi yang baik.2,3
17
BAB III
LAPORAN
KASUS
Nama : DK
Umur : 57 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
19
3.3 Pemeriksaan Fisik (31 Mei 2023)
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Status Present
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt, reguler, isi cukup
Respirasi : 20 x/mnt, regular, thorakoabdominal
Suhu aksila : 36,5 o C
Berat badan : 60 kg
Berat badan ideal : 60 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 23,43 kg/m2
VAS : 1/10
Status General
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Ikterus -/-, Reflek pupil +/+ 2/2mm isokor,
Edema palpebra -/-
Telinga : Daun telinga N/N, Sekret (-), Pendengaran normal
Hidung : Napas cuping hidung (-), Epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), Ginggiva pucat (-), Ginggiva hipertrofi (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, Faring hiperemi (-)
Leher : JVP ± 2 cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Thorax : Simetris statis dinamis
Cor :
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : Parasternal line (D) ICS IV
Batas kiri : Mid clavicular line (S) ICS V
20
Batas atas : Parasternal Line (S) ICS II
Batas bawah : ICS V Sinistra
Auskultasi : S1 normal, S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Tactile fremitus N/N, Pergerakan simetris
Perkusi : Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : Vesikuler + + Rhonki - -
+ + - -
+ + - -
Wheezing - -
- -
- -
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, 15x/menit
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Inguinal : Pembesaran kelenjar (-)
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Hangat + + , edema - - , CRT < 2 detik
+ + - -
21
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.8 Prognosis
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
3.9 Konseling Informasi dan Edukasi
22
- Memberikan edukasi pada pasien untuk menghindari faktor memperberat serta
faktor pencetus.
- Edukasi terkait penyakit dan perjalanan penyakitnya.
- Memberikan edukasi terkait kepatuhan konsumsi obat serta terapi yang
diberikan cara menggunakan obat yang tersedia dengan tepat.
- Menyesuaikan keterbatasan melakukan aktivitas menjaga keseimbangan nutrisi.
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan kaki
harian untuk mendeteksi tanda alas kaki yang tidak tepat atau luka (trauma
minor).
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang menjaga kebersihan dan
kelembapan kaki.
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan dan disarankan untuk mengikuti terapi
nutrisi yang telah di tentukan oleh ahli gizi.
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai pentingnya latihan jasmani
pada pasien agar pasien tidak berbaring lama. Latihan jasmani dapat dilakukan
dengan duduk dan menggerak-gerakan anggota tubuh.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Disarankan untuk melakukan kunjungan rumah, untuk melakukan
survei terhadap keluarga pasien yang lainnya seperti istri, dan anak-anak
pasien. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi lebih ini jika ada Riwayat gula
darah tinggi pada keluarga pasien, memberikan penyuluhan terkait dengan
26
pencegahan DM tipe II, pola hidup sehat dan bugar.
27
DAFTAR PUSTAKA
15. Obrosova IG. Diabetic painful and insensate neuropathy: pathogenesis and
potential treatments. Neurotherapeutics 6: 638 – 647, 2009.
29