DIABETIC FOOT
Oleh :
Ghiffary Alif Miraza, S.Ked
NIM : 712019014
Pembimbing :
dr. Fahriza Utama, Sp. B
DIABETIC FOOT
Disusun Oleh
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kaki neuropatik, somatik dan otonom rusak, tetapi sirkulasi masih
intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis kaki terasa hangat, kurang rasa, dan
kering. Komplikasi kaki neuropatik ini ada 3 macam: ulkus neuropatik, sendi
neuropatik (Sendi Charcot), dan edema neuropatik.(3)
Patogenesis Infeksi
Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi
daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah dalam kondisi
serius karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan diperhatikan penderita.
Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu: 6,8,11
a. faktor imunologi
- produksi antibodi menurun
- peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal
- daya fagositosis granulosit menurun
b. faktor metabolik
- hiperglikemia
- benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya bakterisidnya
- glikogen hepar dan kulit menurun
c. faktor angiopati diabetika
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus telapak kaki,
selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam rongga telapak
kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa ditemukan
infeksi kuman Gram positif, negatif dan anaerob. 11,12 Pada kaki diabetik yang
disertai infeksi, berdasarkan letak serta penyebabnya dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu: (Goldberg dan Neu, 1987) 11,12 1. Abses pada deep plantar space 2.
Selulitis non supuratif dorsum pedis 3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
2.5. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis ulkus diabetikum ditegakkan berdasarkan :
Anamnesa Penderita diabetes melitus mempunyai keluhan klasik yaitu poliuri,
polidipsi dan polifagi. Riwayat pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya ke
dokter dan laboratorium menunjang penegakkan diagnosis. Adanya riwayat
keluarga yang sakit seperti ini dapat ditemukan, dan memang penyakit ini
cenderung herediter. 8,13, 14 Anamnesis juga harus dilakukan meliputi aktivitas
harian, sepatu yang digunakan, pembentukan kalus, deformitas kaki, keluhan
neuropati, nyeri tungkai saat beraktivitas atau istirahat , durasi menderita DM,
penyakit komorbid, kebiasaan (merokok, alkohol), obat-obat yang sedang
dikonsumsi, riwayat menderita ulkus/amputasi sebelumnya. 8,13,14 Riwayat
berobat yang tidak teratur mempengaruhi keadaan klinis dan prognosis seorang
pasien, sebab walaupun penanganan telah baik namun terapi diabetesnya tidak
teratur maka akan sia-sia. 8,13 Keluhan nyeri pada kaki dirasakan tidak secara
langsung segera setelah trauma. Gangguan neuropati sensorik mengkaburkan
gejala apabila luka atau ulkusnya masih ringan. Setelah luka bertambah luas dan
dalam, rasa nyeri mulai dikeluhkan oleh penderita dan menyebabkan datang
berobat ke dokter atau rumah sakit.8,13 Banyak dari seluruh penderita diabetes
melitus dengan komplikasi ulkus atau bentuk infeksi lainnya, memeriksakan diri
sudah dalam keadaan lanjut, sehingga penatalaksanaannya lebih rumit dan
prognosisnya lebih buruk ( contohnya amputasi atau sepsis ). 8,13
Ulkus Neuropatik.
Neuropati pe rifer diabetik dapat memberikan small fibr e neuropathy yang
berakibat gangguan somatik dan otonom. Manifestasinya berupa hilangnya
sensasi panas dan ny eri sebelum rabaan dan fib ra si terganggu. Juga saraf
simpatik mengalami denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena
terjadi aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar kapiler-serta
dilatasi arteri perifer. Aliran darah yang miskin makanan ini mengurangi
efektivitas dari perfusi ja ringan yang mema ng sudah berkurang. Disamping ini
neuropati merusak serabut C saraf sensorik sehingga terjadi gangguan nosiseptor.
Jadi ulkus pada kaki diabetik ini akibat iskemia, sering terlihat adanya gambaran
gas. Penyebabnya dapat karena Clostridium , E coli, Streptococus anaerob, dan
Bacteroides sp.
Artropati Neuropatik
Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita diabetes
cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari tersebut, yang
berhubungan dengan menipis dan menggesernya timbunan lemak bawah caput
metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan ulserasi dan infeksi. Bentuk yang
ekstrim dari deformitas kaki ini, yaitu kaki Charcot. Sebab terjadinya fraktur dan
reabsorbsi tulang pada kaki Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat neuropati
otonom (akibat gagalnya tonus vaskular akan nieningkatkan aliran darah,
pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal penderita diabetes
densitas tulang rendah) dan neuropati perifer (hilang rasa, sehingga pasien masih
aktif berjalan dan sebagainya meskipun tulang fraktur). Akibatnya ada fraktur,
kolaps sendi, dan deformitas kaki. Awalnya kaki Charcot ini akut: panas, merah,
dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD dengan selulitis).
Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan infeksi dan gangren yang dapat
berakibat amputasi.(3,7,8)
Edema Neuropatik.
Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana terdapat edema
(pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan dengan kerusakan saraf tepi
(kesampingkan dulu sebab kardial dan renal). Gangguan saraf simpatis berakibat
edema dan venous pooling yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada
sikap berdiri. 3,5,6
D. Pengobatan simptomatik
Pada pengobatan ND biasanya yang kita obati adalah keluhannya terutama
rasa nyeri atau rasa sakit yang sangat menganggu penderita Belum ada terapi yang
spesifik untuk mengatasi maslah ini. (6) Penggunaan obat amitriptilin dan
flupenasin baik tunggal maupun kombinasi sudah lama dicoba untuk mengurangi
rasa nyeri pada ND. Pemberian obat ini akan lebih baik hasilnva apabila nyeri
disertai gejala depresi. Amitriptilin dapat diberikan dengan dosis 75 mg / hari dan
flupenasin 1 - 3 mg / hari.(6, 3). Mexiletin merupakan derivat lianokain yang
dapat diberikan secara peroral. mexiletin mempunyai sifat penghambatan saluran
natrium sehingga terjadi hambatan aktivasi saraf Dosis yang dianjurkan adalah 10
mg / kg BB / hari, sebaiknya dimulai dengan dosis kecil kemudian dinaikkan
pelan - pelan untuk mengurangi efek samping yang mungkin timbul.(6) Untuk
rasa nyeri yang membandel dapat dicoba pemberian karbamazepin atau fenitoin.
Obat ini diduga dapat menghambat aktivitas saraf tepi yang kuat dan iritatif.
(6,13) 3. Kontrol metabolik Istilah PVD mengacu pada penyempitan arteri besar
oleh aterosklerosis.. Hal ini sangat umum terjadi pada penderita DM. Terjadinya
aterooklerosis adalah akibat defek metabolik dan defek fisik. Faktor resiko
terjadinya aterosklerosis antara lain adalah hiperglikemia. hiperinsulinemia,
dislipidemia, hipertensi, obesitas, hiperkoagulabilitas, genetik, merokok. Semua
faktor resiko yang dapat diobati seharusnya segera dikontrol dengan sebaik –
baiknnva untuk menghambat proses terjadinva atheroklerosis lebih lanjut. (4,14)
E. Perbaikan sirkulasi
Sirkulasi pada KD merupakan salah satu faktor yang penting untuk
penyembuhan maka selain faktor vaskuler perlu dipertimbangkan kemungkinan
gangguan rheologi pada penderita tersebut. (15). Penderita DM mempunyai
kecenderungan untuk lebih mudah mengalami koagulasi dibandingkan yang
bukan DM akibat adanya gangguan viskositas pada plasma, deformabilitas
eritrosit, agregasi trombosit serta adanya peningkatan trogen dan faktor von
Willbrand’s (20, 21) Obat-obat yang mempunyai efek reologik bencyclame,
pentoxyfilin dapat memperbaiki eritrosit disamping mengurangi agregasi eritrosit
pada trombosit. Perubahan –perubahan ini akan memperbaiki mikrosirkulasi
dengan tentunya menambah oksigenisasi pada piringan yang sebelumnya kurang
mendapat oksigen (20, 21) Perbaikan mikrosirkulasi bukan hanya memperbaiki
oksigenasi jaringan dapat kemungkinan juga mempertinggi efektifitas obat
antibiotic , dengan demikian dapat mempercepat penyembuhan(20) John MF
Adam (1990) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penderita KD yang
mendapat pemberian bencyclane / pentoxyfilin sebanyak 6 ampul sertiap hari
yang diberikan secara “continous drips” selama 10 hari, dan selanjutnya diberikan
obat tablet per oral, mempunyai lama perawatan yang lebih singkat dibandingkan
kolompok control 15,16 Pada penderita DM mudah mengalami gangguan agregasi
trombosit sehingga obat – obat antiagregasi trombosit yang lain seperti aspirin,
dypirodamol, nisergolin, indebuten, ticlopidin dan yang terbaru masuk Indonesia
adalah cilotazol sering dipakai untuk mengurangi insiden terjadinya PVD pada
penderita DM (20,22)
DAFTAR PUSTAKA