Anda di halaman 1dari 27

Tata Bangunan

Jum’at, 23 September 2016


Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila
Pemahaman
Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan
bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud
pemanfaatan ruang, pembentukan citra/karakter fisik
lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen:
- Kaveling/petak lahan
- Tata massa bangunan
- Ketinggian dan elevasi lantai bangunan
- Ekspresi Arsitektur
Manfaat
 Mewujudkan kawasan yang selaras dengan morfologi perkembangan area
tersebut serta keserasian dan keterpaduan pengaturan konfigurasi blok,
kaveling dan bangunan.
 Meningkatkan kualitas ruang kota yang aman, nyaman, sehat, menarik, dan
berwawasan ekologis, serta akomodatif terhadap keragaman kegiatan.
 Mengoptimalkan keserasian antara ruang luar bangunan dan lingkungan publik
sehingga tercipta ruang-ruang antarbangunan yang interaktif.
 Menciptakan berbagai citra dan karakter khas dari berbagai subarea yang
direncanakan.
 Mencapai keseimbangan, kaitan dan keterpaduan dari berbagai elemen tata
bangunan dalam hal pencapaian kinerja, fungsi, estetis dan sosial, antara
kawasan perencanaan dan lahan di luarnya.
 Mencapai lingkungan yang tanggap terhadap tuntutan kondisi ekonomi serta
terciptanya integrasi sosial secara keruangan.
Kaveling/Petak Lahan
Pengaturan Kaveling/Petak Lahan, yaitu perencanaan pembagian lahan
dalam blok menjadi sejumlah kaveling/ petak lahan dengan ukuran, bentuk,
pengelompokan dan konfigurasi tertentu.

Pengaturan ini terdiri atas:


(a) Bentuk dan Ukuran Kaveling;
(b) Pengelompokan dan Konfigurasi Kaveling;
(c) Ruang terbuka dan tata hijau.
Contoh: Kaveling/Petak Lahan
Tata Massa Bangunan
Pengaturan Massa Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.

Pengaturan ini terdiri atas:


(a) Pengelompokan Bangunan;
(b) Letak dan Orientasi Bangunan;
(c) Sosok Massa Bangunan.
Contoh: Pengaturan Tata Massa Bangunan

Before After

Before After

Sumber: p2kp.org
Ketinggian dan Elevasi
Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan, yaitu
perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala
bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih
makro (blok/kawasan).

Pengaturan ini terdiri atas:


(a) Ketinggian Bangunan dalam satu kawasan dapat membentuk Skyline
(b) Komposisi Garis Langit Bangunan;
(c) Ketinggian Lantai Bangunan.
Contoh:
Pengaturan Ketinggian Dan Elevasi
Bangunan di Persimpangan

Contoh  bangunan di perempatan, arah hadap menuju


ke pusat lingkar perempatan dan bangunan harus mundur
lebih jauh daripada bangunan di tepi jalan

Tujuan: menjamin keamanan dan kelancaran bagi pejalan


kaki dan sepeda dari kendaraan saat melakukan belokan.
Standar Jarak Mundur Bangunan
di Persimpangan
Jarak mundur di
persimpangan,
misal di arteri yaitu
12 m

Kelas Jalan Lebar Jalan Jarak Mundur di


Persimpangan
Kelas I (Arteri) 11-30 m 12 meter

Kelas II (Kolektor) Minimal 9 m 10 meter

Kelas III (Lokal) Minimal 7,5 m 5 meter

Kelas IV (Lingkungan) 3,5-6,5 m 3 meter

(Sumber: Petunjuk Teknis tentang Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Pt T-02-2002-B Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah)
Gambar-gambar Potongan
Before

After
Contoh Penggambaran Potongan Jalan dan Bangunan
Potongan Bangunan di Kawasan Kota Tua Jakarta

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman,


2007
Potongan Bangunan di Tepi Sungai

15.00 2.00 10.00 3.00 6.00 20.00 40.00

Sesuaikan standar
sempadan sungai
Ekspresi Bangunan

Ekspresi bangunan adalah citra atau penampilan kulit luar bangunan yang
dapat dilihat, ditangkap dan dirasakan oleh indera mata serta indera cita
rasa dari pengamat atau pengguna.

Citra merupakan wujud dari sampul pembungkus bangunan.

(Laksito, 2014)
Penataan muka bangunan/fasade pada bangunan
dan lingkungan bersignifikansi sejarah dan budaya
yang terdapat pada kawasan dapat dilakukan dengan
menggunakan teori Tiesdell et al (1996) yakni
mengenai pendekatan perancangan untuk
memperkuat karakter lingkungan melalui 3 cara.
1. Contextual Uniformity
Pendekatan perancangan dilakukan dengan bentukan bangunan baru yang
melanjutkan langgam dan bentukan bangunan lama. Pengolahan fasad, garis
dan bidang horisontal ditata dengan ritme dan irama yang sama dengan
bangunan lama.
2. Contextual Continuity
Pendekatan perancangan dengan penataan langgam yang mengadaptasi
bentukan lama namun tidak mengulanginya melaikan dilakukan penyesuaian
terhadap fungsi, konteks dan unsur lain. Cara ini menciptakan fungsi-fungsi
baru sebagai ikon baru yang bentukan dan langgamnya tetap mengadaptasi
bentukan bangunan lama.
3. Contextual Juxtaposition
Pendekatan perancangan dilakukan dengan bentukan bangunan baru yang
melanjutkan langgam dan bentukan dengan penataan langgam yang tidak
merujuk pada bentukan bangunan lama. Cara ini memadukan langgam
bangunan berkonsep kontemporer/kekinian yang kontras dengan langam
lama.
Tugas
• Perlihatkan ketinggian bangunan pada
blok kawasan
• Rencanakan ketinggian bangunan pada
kawasan tersebut
• Rencanakan elevasi bangunan (tunjukan
dengan potongan)
• Cari preseden tema arsitektur pada
kawasan yang akan diterapkan
Selamat Bekerja!

Anda mungkin juga menyukai