Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang
jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit
disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih zat yang lebih sedikit
sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi di sini akan digunakan
pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan terlarut. Campuran yang dapat
saling melarutkan satu lama lain dalam segala perbandingan dinamakan larutan
„miscible'. Udara merupakan larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak
bercampur membentuk dua fasa dinamakan cairan “immiscible”.
(Khoerunissa,2008).
Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam bentuk ion-ion-nya
maupun molekuler-nya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion Na+ dan ion Cl- masing-
masing terhidrasi dalam air, dan ion-ion yang terhidrasi itu secara bebas dapat
bergerak ke seluruh medium larutan. Akan tetapi apabila glukosa atau etanol larut
dalam air, zat-zat tersebut tidak berada dalam bentuk ioniknya melainkan dalam
bentuk molekuler-nya. Zat-zat yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan
zat elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit. Secara
eksperimen larutan elektrolit dapat diketahui dari sifatnya, misalnya dapat
menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang tergolong elektrolit, yaitu asam, basa,
dan garam.
Zat-zat seperti etanol dan glukosa yang di dalam pelarut air membentuk
molekuler dinamakan non-elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan
larutan non-elektrolit. Dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa kovalen,
tetapi jika dilarutkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ion-nya.
Semua garam merupakan senyawa ionik. Jika garam dilarutkan dalam air, ion-ion
garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi kristal yang selanjutnya terhidrasi di
dalam pelarut air.
Lemah atau kuatnya suatu asam dan basa tidak ada kaitannya dengan
kereaktifan asam atau basa. Larutan HF, misalnya merupakan asam lemah yang
hanya 8% terionisasi dari larutan sebesar 0,1 M, tetapi larutan HF sangat reaktif
terhadap banyak zat, termasuk terhadap gelas (polisilikat). (Khoerunissa,2008).
PA = PA°. XA
PA adalah tekanan uap diatas larutan
XA adalah fraksi mol komponen A
PAo adalah tekanan uap A murni
Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada
kondisi ini maka tekanan uap total (P) akan berharga :
PA = PA murni . XA
Dari persamaan tersebut di atas diketahui bahwa tekanan uap total suatu
campuran cairan biner tergantung pada tekanan uap komponen murni dan fraksi
molnya dalam campuran. (Coulson,1983)
Penyimpangan positif dari hukum Raoult terjadi karena gaya tarik molekul
terlarut dan molekul pelarut dalam larutan lebih kecil daripada gaya tarik antara
molekul-molekul terlarut atau antara molekul-molekul pelarut murninya.
Akibatnya ada kecenderungan yang lebih besar dari molekulmolekul tersebut
untuk berada di fasa uapnya. Hasilnya tekanan uap parsial masing-masing di atas
larutan lebih besar dari yang diramalkan dengan hukum Raoult dan tekanan total
dari larutan pun menjadi lebih besar dari yang diharapkan. Jadi bisa dikatakan
bahwa penyimpangan positif adalah bila tekanan uap total yang sebenarnya
melebihi tekanan uap seperti yang dikatakan dari hukum Dalton dan biasanya
menunjukkan adanya kerusakan ikatan intermolekul dalam sistem. Suatu ikatan
intermolekular haruslah dibedakan dengan ikatan intramolekular. Ikatan
intermolekular merupakan ikatan antara molekul-molekul, sedangkan ikatan
intramolekular merupakan ikatan antara atom-atom dalam suatu molekul. Salah
satu contoh penyimpangan positif adalah sistem yang terdiri dari etanol – etil
asetat. Penyimpangan ini diduga karena molekul-molekul sikloheksana merusak
ikatan hidrogen yang terdapat pada molekul etanol dimana atom H terikat secara
kovalen di dalam sebuah atom, secara bersamaan diikat oleh atom yang bersifat
elektronegatif (misalnya oksigen) yang berasal dari molekul lain.
Campuran Titik
Kloroform : Aseton didih (°C)
10 ml : 0 ml 57
10 ml : 2 ml 61
10 ml : 4 ml 61
10 ml : 6 ml 63
10 ml : 8 ml 63.5
10 ml : 10 ml 64
8 ml : 10 ml 63
6 ml : 10 ml 62
4 ml : 10 ml 62
2 ml : 10 ml 61
0 ml : 10 ml 59
Dari dua percobaan di atas terdapat hubungan antara penurunan fraksi mol dengan
jumlah penambahan zat dan juga hubungan antara tekanan uap dan titik didih.
Dari perhitungan yang dilakukan pada kedua percobaan tersebut bahwa makin
besar komposisi yang diberikan pada suatu larutan maka fraksi molnya akan
makin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan fraksi mol dan komposisi
berbanding terbalik sedangkan suhu meningkat dengan penambahan jumlah zat
terlarut. Adapun hubungan tekanan uap dengan titik didih, bila sebuah larutan
memiliki tekanan uap yang tinggi pada suatu suhu berarti gaya antar molekul yang
berada dalam larutan tersebut mudah melepaskan diri dari permukaan larutan
yang juga dipengaruhi zat terlarutnya, karena dengan semakin banyaknya molekul
zat terlarut dalam suatu larutan akan mengurangi jumLah molekul pelarutnya
sehingga jumlah pelarut yang bisa lepas dari larutan akan lebih sedikit
dibandingkan dengan larutan murninya. Semakin besar konsentrasi zat terlarut
maka tekanan uap larutannya akan semakin kecil mengingat jumlah molekul
pelarut persatuan volumenya juga semakin berkurang.
∆ Tb=m× Kb
BMb× Wa ∆ T
Kb=
1000 ×Wb
(Respati, 1992)
Suatu cairan dikatakan mendidih pada titik didihnya, yaitu bila suhu
dimana tekanan uap cairan Sama dengan tekanan atmosfer sekitarnya. Pada titik
didih, tekanan uap cairan cukup besar sehingga atmosfer dapat di atasi hingga
gelembung uap dapat terbentuk di permukaan cairan yang diikuti penguapan yang
terjadi di setiap titik dalam cairan. Pada umumnya, molekul dapat menguap bila
dua persyaratan dipenuhi yaitu molekul harus cukup tenaga kinetik dan harus
cukup dekat dengan batas antara cairan - uap.(petrucci. 2000)
Selain Itu, titik didih larutan juga dipengaruhi oleh fraksi mol. Perubahan
fraksi mol zat terlarut mengakibatkan perubahan titik didih campuran. Semakin
tinggi titik didih campuran maka semakin tinggi atau besar pula jumlah fraksi mol
zat tersebut namun apabila titik didih
larutan menurun maka menandakan
pula bahwa Fraksi mol juga kecil.
Dapat dikatakan bahwa antara
Komposisi dengan titik didih-nya
berbandıng lurus.
Dari grafik di atas, maka dapat dilihat dengan meningkatnya fraksi mol
antara etil asetat dengan toluene. Pada saat fraksi mol etil asetat sama dengan 0%
itu menujukan bahwa hanya toluene yang dipanaskan mencapai titik didihnya atau
bisa dikatakan volume etil asetat sama dengan 0 ml dan sebaliknya.
Selain itu, dari grafik juga dapat dilihat bahwa pada percampuran larutan
di dapat titik didih campuran meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi mol
etil asetat. Pada saat penambahan toluene ke dalam etil asetat atau komposisi etil
asetat dipertahankan konstan sebanyak 10 ml sementara komposisi toluene di
variasi-kan, titik didih etil asetat semakin meningkat. Namun pada saat volume
toluene yang dijaga konstan (10ml) namun volume etil asetat divariasikan maka
titik didih campuran mengalami penurunan.
Penurunan titik didih hanya terjadi apabila fraksi mol yang didapat juga
lebih kecil, sebaliknya apabila terjadi kenaikan titik didih yang signifikan itu
menandakan fraksi mol larutan tersebut besar atau tinggi. Penyimpangan Raoult
yang terjadi adalah penyimpangan positif. Penyimpangan Hukum Raoult terjadi
apabila interaksi dalam masing-masing zat lebih kuat dari pada interaksi dalam
campuran zat (A-A, B-B > A-B). Penyimpangan ini menghasilkan enthalpy
campuran (△H Campuran) positif (Endotermis) dan mengakibatkan terjadinya
penambahan campuran (△V Campuran >0). Dari penyimpangan tersebut
diketahui bahwa etil asetat dan toluene bukan campuran ideal.
Campuran non ideal mempunyai sifat fisika yang berubah dari keadaan
idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif larutan yang hanya tergantung
pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada sifat dan keadaan
partikel. Larutan yang memiliki koligatif larutan harus memenuhi dua asumsi
yaitu zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak memberikan kontribusi
terhadap uap-nya. Asumsi yang kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam
pelarutnya. Sifat koligatif larutan meliputi juga penurunan tekanan uap dan
kenaikan titik didih. Dapat disimpulkan bahwa tekanan uap dipengaruhi oleh gaya
antar molekul, semakin besar gaya antar molekul maka semakin kecil tekanan uap
campurannya, namun apabila semakin kecil gaya antar molekulnya semakin besar
tekanan uapnya.
Daftar Pustaka
Coulson, J.M. Richardson, Sinnot, R.K. 1983. Chemical Engineering Volume 6
11(1), 24
Petrucci, R.H. 2000. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
Rineka Cipta.
UNY
Bagan Alir :