0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
224 tayangan15 halaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat antara lain sifat dari solute dan solvent, cosolvensi, temperatur, pembentukan kompleks, dan interaksi antara zat terlarut. Kelarutan ideal ditentukan oleh hukum Raoult dimana tekanan uap parsial setiap komponen sebanding dengan fraksinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat antara lain sifat dari solute dan solvent, cosolvensi, temperatur, pembentukan kompleks, dan interaksi antara zat terlarut. Kelarutan ideal ditentukan oleh hukum Raoult dimana tekanan uap parsial setiap komponen sebanding dengan fraksinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat antara lain sifat dari solute dan solvent, cosolvensi, temperatur, pembentukan kompleks, dan interaksi antara zat terlarut. Kelarutan ideal ditentukan oleh hukum Raoult dimana tekanan uap parsial setiap komponen sebanding dengan fraksinya.
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah : a. Dapat larut dalam air Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. b. Tidak larut dalam air Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. Zat terlarut + pelarut + panas larutan. Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas. Zat terlarut + pelarut larutan + panas Contoh : KOH dan K2SO4 Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya : a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri. b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas. c. Saturatio d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Salting Out Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Hukum Raoult dan Campuran Larutan Ideal Ditulis oleh Jim Clark pada 06-10-2007 Bagian ini mengupas hukum Raoult dan bagaimana aplikasinya pada campuran dari dua larutan yang dapat menguap. Di sini akan dibahas kasus campuran di mana dua jenis larutan dapat sepenuhnya menyatu dalam berbagai proporsi dan BUKAN campuran di mana larutan yang satu berada di atas yang lainnya (larutan yang tidak dapat menyatu sepenuhnya)
Bagian ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan campuran ideal dan melihat bagaimana diagram fase campuran demikian dibuat dan digunakan.
Campuran Ideal
Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult. Mari kita lihat karakter sebuah campuran ideal sebelum membahas Hukum Raoult, karena dengan demikian akan lebih mudah bagi kita untuk mengerti topik kali ini.
Contoh campuran ideal
Sebenarnya tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan kondisinya benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya: * hexane dan heptane * benzene dan methylbenzene * propan-1-ol dan propan-2-ol
Campuran ideal dan gaya intermolekuler
Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap.
Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu.
Apabila anda mempunyai larutan kedua, hal yang sama juga terjadi. Pada suhu tertentu, sebagian dari molekul-molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan.
Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan ini, kecenderungan dari dua macam molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah.
Anda mungkin berpikir bahwa diagram ini hanya menunjukkan separuh dari seluruh molekul yang melepaskan diri, tapi sebenarnya proporsi dari kedua jenis molekul yang melepaskan diri masih sama. Diagram ini menunjukkan campuran 50/50 dari dua larutan. Yang berarti bahwa hanya ada separuh dari tiap jenis molekul yang berada di permukaan campuran larutan dibanding jumlah tiap jenis molekul pada permukaan larutan awalnya. Apabila proporsi dari tiap jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama, tentu saja hanya ada separuh dari tiap jenis molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada suatu waktu tertentu.
Apabila molekul-molekul merah masih mempunyai kecenderungan yang sama untuk melepaskan diri sebesar sebelumnya, ini berarti daya intermolekuler antara dua molekul merah persis sama dengan besar daya intermolekuler antara sebuah molekul merah dan sebuah molekul biru.
Apabila daya tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk melepaskan diri juga akan berubah.
Demikian halnya dengan daya antara dua molekul biru dan daya antara sebuah molekul biru dan sebuah molekul merah. Daya tersebut juga harus sama dan kalau tidak, kecenderungan molekul biru untuk melepaskan diri juga akan berubah.
Apabila anda dapat mengikuti penjelasan ini, anda akan mengerti bahwa daya tarik intermolekuler antara dua molekul merah, dua molekul biru dan antara sebuah molekul merah dan sebuah molekul biru akan persis sama dalam campuran ideal.
Inilah sebabnya mengapa campuran seperti hexane dan heptane mendekati campuran ideal. Mereka memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya tarik Van der Waals yang sama di antara mereka. Namun begitu, tetap saja, besar molekul keduanya tidak persis sama, sehingga walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan merupakan campuran ideal.
Campuran ideal dan perubahan entalpi pada proses pencampuran
Ketika anda membuat suatu campuran larutan-larutan, anda harus mengalahkan daya tarik intermolekuler (yang membutuhkan energi) dan membuat daya tarik baru (yang menghasilkan energi).
Apabila besar semua daya tarik ini sama, tidak akan ada panas yang dihasilkan atau panas yang diserap.
Ini berarti, campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai nol energi entalpi. Apabila suhu campuran naik atau turun pada saat anda mencampur keduanya, ini berarti campuran tersebut bukan campuran ideal.
Hukum Raoult
Anda mungkin pernah melihat sekilas hukum Raoult yang telah disederhanakan apabila anda pernah mempelajari efek dari larutan yang tidak dapat menguap seperti garam pada tekanan uap di pelarut seperti air. Definisi di bawah ini adalah yang biasa dipakai dalam pembicaraan mengenai campuran dua larutan yang bisa menguap. Tekanan uap parsial dari sebuah komponen di dalam campuran adalah sama dengan tekanan uap komponen tersebut dalam keadaan murni pada suhu tertentu dikalikan dengan fraksi molnya dalam campuran tersebut.
Hukum Raoult hanya dapat diaplikasikan pada campuran ideal.
Persamaan untuk campuran dari larutan A dan B, akan menjadi demikian:
Pada persamaan ini P A dan P B adalah tekanan uap parsial dari komponen A dan B. Dalam suatu campuran gas, tiap gas mempunyai tekanan uapnya sendiri, dan ini disebut tekanan parsial yang independent. Bahkan apabila anda memisahkan semua jenis gas-gas lain yang ada, satu-satunya jenis gas yang tersisa akan masih mempunyai tekanan parsialnya.
Tekanan uap total dari sebuah campuran adalah sama dengan jumlah dari tekanan parsial individu tiap gas.
P o adalah tekanan uap dari A dan B apabila keduanya berada dalam keadaan terpisah (dalam larutan murni).
x A dan x B adalah fraksi mol A dan B. Keduanya adalah fraksi (bagian/proporsi) dari jumlah total mol (A maupun B) yang ada.
Anda dapat menghitung fraksi mol dengan rumus ini:
Contoh:
Seandainya anda memiliki campuran dari 2 mol methanol dan 1 mol etanol pada suhu tertentu, tekanan uap methanol murni pada suhu ini aalah 81kPa dan etanol murni adalah 45kPa.
Pada campuran ini, ada 3 mol molekul.
2 mol dari total 3 mol ini adalah metanol sehingga fraksi mol metanol adalah 2/3.
Dan fraksi mol etanol, dengan demikan adalah 1/3.
Anda dapat menghitung tekanan uap parsial dengan menggunakan hukum Raoult dengan menganggap bahwa campuran methanol dan etanol ini adalah campuran ideal.
Tekanan parsial metanol:
Tekanan parsial etanol:
Tekanan uap total dari campuran larutan ini adalah jumlah tekanan parsial dari keduanya.
Tekanan uap / diagram komposisi
Seandainya anda mempunyai sebuah campuran ideal dari dua larutan yaitu A dan B, kedua larutan ini akan memberi "sumbangan"-nya masing-masing pada tekanan uap keseluruhan pada campuran seperti yang telah kita lihat pada contoh di atas.
Mari kita lihat larutan A secara khusus sebagai contoh:
Anggap saja anda melipat-duakan fraksi mol larutan A dalam campuran (dalam suhu yang sama). Menurut hukum Raoult, tekanan uapnya juga akan ikut terlipat duakan. Apabila anda melipat-tigakan fraksi mol A, anda juga otomatis melipat-tigakan tekanan uapnya, dan seterusnya.
Dengan kata lain, tekanan uap parsial A pada suhu tertentu berbanding lurus dengan fraksi mol-nya. Apabila anda menggambar grafik tekanan uap parsial terhadap fraksi mol-nya, anda akan memperoleh sebuah garis lurus.
Sekarang, mari kita buat grafik yang sama untuk B pada sumbu yang sama. Fraksi mol B mengecil sejalan dengan meningkatnya fraksi mol A sehingga grafik untuk B berbentuk garis yang menurun ke kanan. Bersamaan dengan berkurangnya fraksi mol B, tekanan parsial uapnya juga berkurang dengan kecepatan yang sama.
Perhatikan bahwa tekanan uap larutan B murni lebih tinggi dari larutan A murni. Ini berarti molekul-molekul pada permukaan larutan B lebih mudah melepaskan diri daripada molekul- molekul pada larutan A. Larutan B lebih mudah menguap daripada larutan A.
Untuk memperoleh tekanan uap total dari sebuah campuran, anda harus menjumlahkan tekanan parsial A dan B pada tiap komposisi. Dengan demikian anda akan memperoleh garis lurus seperti pada diagram berikut.
Pada campuran yang non-ideal, garis lurus ini akan berbentuk kurva. Untuk campuran yang mendekati ideal garisnya akan menyerupai garis lurus. Semakin kurang ideal sebuah campuran, semakin berkurvalah garis yang terbentuk.
Titik didih / diagram komposisi
Hubungan antara titik didih dan tekanan uap
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah suhu, ini berarti bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri dari permukaan larutan dengan mudahnya.
Apabila pada suhu yang sama, sebuah larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri.
Apa efek dari kedua fakta ini terhadap titik didih dari kedua larutan ini?
Ada dua cara untuk melihat hal ini, pilihlah yang termudah untuk anda.
1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan mudahnya dari permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan demikian, anda tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu tinggi untuk memutuskan semua daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat larutan ini mendidih.
Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.
2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, anda tidak perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Di lain pihak, apabila tekanan uapnya rendah, anda harus meningkatkan tekanan uapnya setinggi- tingginya sampai besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.
Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu yang sama:Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.
Menghitung titik didih/membuat diagram komposisi
Pada bagian yang sebelumnya, kita telah melihat diagram komposisi seperti di bawah ini:
Kita akan mengubah diagram ini menjadi diagram komposisi/titik didih.
Kita akan mulai dengan titik didih dari larutan murni A dan larutan murni B.
B memiliki tekanan uap yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa larutan B mempunyai titik didih yang lebih rendah dari larutan A.
Pada campuran larutan A dan B, anda mungkin telah menduga bahwa titik-titik didih keduanya akan membentuk sebuah garis lurus yang menghubungkan kedua titik didih ini.Pada kenyataannya, tidak demikian! Bukan garis lurus, tapi garis kurvalah yang terbentuk.
Kita akan menambah sebuah garis lagi pada diagram ini yang akan menunjukkan komposisi uap pada larutan yang mendidih.
Apabila anda mendidihkan sebuah campuran larutan, larutan yang lebih mudah menguap, tentunya akan membentuk lebih banyak uap daripada larutan yang sukar menguap.
Ini berarti, akan ada lebih banyak komponen B (komponen yang lebih mudah menguap) terdapat dalam uap daripada dalam larutannya. Anda dapat membuktikannya dengan memadatkan udap yang didapat dan menganalisanya. Diagram ini menunjukkan apa yang terjadi bila anda mendidihkan campuran larutan A dan B.
Perhatikan bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A yang ada di atas campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih mudah menguap.
Apabila anda mengulangi proses ini dengan campuran larutan dengan berbagai komposisi, anda akan dapat menggambar kurva kedua, yaitu garis komposisi uap.
Ini adalah diagram fase kita yang terakhir
Menggunakan diagram komposisi
Diagram ini dapat digunakan dengan cara yang persis sama seperti dengan cara pembentukannya. Apabila anda mendidihkan campuran larutan, anda dapat mendapatkan titik didihnya dan komposisi uap di atas larutan yang mendidih ini.
Sebagai contoh, pada diagram berikut ini, apabila anda mendidihkan campuran larutan C1, titik didihnya adalah T1 dan komposisi uapnya adalah C2.
Yang harus anda lakukan hanyalah menggunakan kurva komposisi larutan untuk mencari titik didih larutan dan melihat pada grafik ini, bagaimana komposisi uap pada suhu tersebut (titik didih).
Perhatikan sekali lagi bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A yang ada di atas campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih mudah menguap.
Permulaan dari distilasi fraksional
Umpamanya anda mengumpulkan semua uap yang ada di atas larutan yang mendidih dan anda didihkan untuk kedua kalinya.
Ini berarti, sekarang anda mendidihkan larutan baru yang komposisinya adalah C2.
Larutan ini akan mendidih pada temperatur baru yaitu T2, dan uap yang berada di atas larutan baru ini akan mempunyai komposisi C3.
Anda dapat melihat sekarang bahwa kita mempunyai uap yang hampir merupakan komponen B murni.
Apabila anda terus melakukan hal ini (mengkondensasi uap dan mendidihkan cairan yang terbentuk) , pada akhirnya anda akan mendapatkan larutan B murni.Ini adalah dasar dari distilasi fraksional. Walaupun begitu, melakukannya dengan cara seperti ini akan sangat melelahkan dan kecuali anda dapat memproduksi dan mengkondensasi uap di atas sebuah larutan mendidih dalam jumlah yang luar biasa banyak, jumlah larutan B yang akan anda dapat pada akhirnya akan sangat sedikit.
Kolom fraksional sesungguhnya (baik di laboratorium ataupun di industri) melakukan proses kondensasi dan pendidihan ulang ini secara otomatis. Hydrotrope From Wikipedia, the free encyclopedia A hydrotrope is a compound that solubilises hydrophobic compounds in aqueous solutions. Typically, hydrotropes consist of a hydrophilic part and a hydrophobic part (like surfactants) but the hydrophobic part is generally too small to cause spontaneous self-aggregation. Hydrotropes do not have a critical concentration above which self-aggregation 'suddenly' starts to occur (as found for micelle- and vesicle-forming surfactants, which have a critical micelle concentration or cmc and a critical vesicle concentration or cvc, respectively). Instead, some hydrotropes aggregate in a step-wise self-aggregation process, gradually increasing aggregation size. However, many hydrotropes do not seem to self-aggregate at all, unless a solubilisate has been added. Hydrotropes are in use industrially. Examples of hydrotropes include sodium p-toluenesulfonate and sodium xylene sulfonate. The term hydrotropy was originally put forward by Carl Neuberg [1] to describe the increase in the solubility of a solute by the addition of fairly high concentrations of alkali metal salts of various organic acids. However, the term has been used in the literature to designate non- micelle-forming substances, either liquids or solids, organic or inorganic, capable of solubilizing insoluble compounds. The chemical structure of the conventional Neubergs hydrotropic salts (proto-type, sodium benzoate) consists generally of two essential parts, an anionic group and a hydrophobic aromatic ring or ring system. The anionic group is obviously involved in bringing about high aqueous solubility, which is a prerequisite for a hydrotropic substance. The type of anion or metal ion appeared to have a minor effect on the phenomenon. [1] On the other hand, planarity of the hydrophobic part has been emphasized as an important factor in the mechanism of hydrotropic solubilization [2][3]
To form a hydrotrope, an aromatic hydrocarbon solvent is sulfonated creating an aromatic sulfonic acid. It is then neutralized with a base. [4]
Additives may either increase or decrease the solubility of a solute in a given solvent. These salts that increase solubility are said to salt in the solute and those salts that decrease the solubility salt out the solute. The effect of an additive depends very much on the influence, it has on the structure of water or its ability to compete with the solvent water molecules. [5] A convenient quantitation of the effect of a solute additive on the solubility of another solute may be obtained by the Setschetow equation: [6]
; where S 0 = solubility in the absence of the additive S = solubility in the presence of the additive C a = concentration of the additive K = salting coefficient, which is a measure of the sensitivity of the activity coefficient of the solute towards the salt. Applications Hydrotropes are in use industrially and commercially in cleaning and personal care product formulations to allow more concentrated formulations of surfactants. About 29,000 metric tons are produced (i.e., manufactured and imported) annually in the US. [4] Annual production (plus importation) in Europe and Australia is approximately 17,000 and 1,100 metric tons, respectively. [7][8] Common products containing a hydrotropes include laundry detergents, surface cleaners, dishwashing detergents, liquid soaps, shampoos and conditioners. [4] They are coupling agents, used at concentrations from 0.1-15% to stabilize the formula, modify viscosity and cloud-point, reduce phase separation in low temperatures, and limit foaming. [8]
Examples of Hydrotropes used for industrial and commercial purposes [4][7]
Chemical CAS# Toluene sulfonic acid, Na salt 12068-03-0 Toluene sulfonic acid, K salt 16106-44-8 30526-22-8 Xylene sulfonic acid, Na salt 1300-72-7 827-21-4 Xylene sulfonic acid, ammonium salt 26447-10-9 Xylene sulfonic acid, K salt 30346-73-7 Xylene sulfonic acid, Ca salt 28088-63-3 Cumene sulfonic acid, Na salt 28348-53-0 32073-22-6 Cumene sulfonic acid, ammonium salt 37475-88-0 Environmental Considerations Hydrotropes have a low bioaccumulation potential, as the octanol:water partition coefficient is <1.0. [4] Studies have found hydrotopes to be very slightly volatile, with vapour pressures <2.0x10-5 Pa. [4] They are aerobically biodegradable. Removal via the secondary wastewater treatment process of activated sludge is >94%. [8] Acute toxicity studies on fish show an LC50 >400 mg active ingredient (a.i.)/L. For Daphnia, the EC50 is >318 mg a.i./L. The most sensitive species is green algae with EC50 values in the range of 230236 mg a.i./ L and No Observed Effect Concentrations (NOEC) in the range of 3175 mg a.i./L. [8] The aquatic Predicted No Effect Concentration (PNEC) was found to be 0.23 mg a.i./L. [7] The Predicted Environmental Concentration (PEC)/PNEC ratio has been determined to be < 1 and, therefore, hydrotropes in household laundry and cleaning products have been determined to not be an environmental concern. [4][7]
Human Health Aggregate exposures to consumers (direct and indirect dermal contact, ingestion, and inhalation) have been estimated to be 1.42 ug/Kg bw/day. [7] Animal studies do not suggest sensitization, but there are no reliable human data available. [8] Calcium xylene sulfonate and sodium cumene sulfonate have been shown to cause temporary, slight eye irritation in animals. [8] Studies have not found hydrotropes to be mutagenic, carcinogenic or have reproductive toxicity. [8]
] References 1. ^ a
b Neuberg, C., Biochem. Z., 1916, 76, 107. 2. ^ Evstigneev, M.P., Evstigneev V.P., Hernandez Santiago A.A., Davies, David B. 2006. Effect of a mixture of caffeine and nicotinamide on the solubility of vitamin (B 2 ) in aqueous solution. European Journal of Pharmaceutical Sciences 28 (1-2) 59-66. 3. ^ Suzuki,H., Sunada, H., 1998. Mechanistic studies on hydrotropic solubilization of nifedipine in nicotinamide solution, Chem & Pharm Bulletin.46 (1) 125-130. 4. ^ a
b
c
d
e
f
g Stanton, Kathleen; Caritas Tibazarwa, Hans Certa, William Greggs, Donna Hillebold, Lela Jovanovich, Daniel Woltering, and Richard Sedlak (2010). "Environmental Risk Assessment of Hydrotropes in the United States, Europe, and Australia.". Integrated Environmental Assessment and Management 6 (1): 155163. doi:10.1897/IEAM_2009-019.1. 5. ^ Da Silva, R.C., Spitzer, M., Da Silva, L.H.M., Loh, W., 1999. Investigations on the mechanism of aqueous solubility increase caused by some hydrotropes, Thermochimica Acta., 328, 161-167. 6. ^ Singhai, A., 1992. Studies on solubilization, formulation and evaluation of some drugs, Dept. of Pharm. Sci. Dr. H. S. Gaur vishwavidhyalaya., Sagar, 10. 7. ^ a
b
c
d
e Human & Environmental Risk Assessment on ingredients of household cleaning products (HERA) (2005). "Hydrotropes". Risk Assessment. http://www.heraproject.com/files/24-F-HERA%20Hydrotropes%20Sept%202005.pdf. 8. ^ a
b
c
d
e
f
g Hydrotropes Consortium (2005). "SIDS Initial Assessment Report for SIAM 21 Hydrotropes.". http://www.chem.unep.ch/irptc/sids/OECDSIDS/Hydrotropes.pdf.