Anda di halaman 1dari 15

Faktor yang mempengaruhi kelarutan

1. Sifat dari solute dan solvent


Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam
anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula.
Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut
lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali
nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida
tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali
K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan
bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut
dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air
akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam
solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam
larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan
zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan
KI atau NaI jenuh.

Hukum Raoult dan Campuran Larutan Ideal
Ditulis oleh Jim Clark pada 06-10-2007
Bagian ini mengupas hukum Raoult dan bagaimana aplikasinya pada campuran dari dua
larutan yang dapat menguap. Di sini akan dibahas kasus campuran di mana dua jenis larutan
dapat sepenuhnya menyatu dalam berbagai proporsi dan BUKAN campuran di mana larutan
yang satu berada di atas yang lainnya (larutan yang tidak dapat menyatu sepenuhnya)

Bagian ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan campuran ideal dan melihat bagaimana
diagram fase campuran demikian dibuat dan digunakan.

Campuran Ideal

Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult. Mari kita lihat
karakter sebuah campuran ideal sebelum membahas Hukum Raoult, karena dengan demikian
akan lebih mudah bagi kita untuk mengerti topik kali ini.

Contoh campuran ideal

Sebenarnya tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan
kondisinya benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya:
* hexane dan heptane
* benzene dan methylbenzene
* propan-1-ol dan propan-2-ol

Campuran ideal dan gaya intermolekuler

Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan energinya
untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan diri untuk
kemudian menjadi uap.

Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri
pada suhu tertentu.



Apabila anda mempunyai larutan kedua, hal yang sama juga terjadi. Pada suhu tertentu,
sebagian dari molekul-molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk
melepaskan diri dari permukaan larutan.



Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan ini, kecenderungan dari dua macam molekul
di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah.



Anda mungkin berpikir bahwa diagram ini hanya menunjukkan separuh dari seluruh molekul
yang melepaskan diri, tapi sebenarnya proporsi dari kedua jenis molekul yang melepaskan
diri masih sama. Diagram ini menunjukkan campuran 50/50 dari dua larutan. Yang berarti
bahwa hanya ada separuh dari tiap jenis molekul yang berada di permukaan campuran larutan
dibanding jumlah tiap jenis molekul pada permukaan larutan awalnya. Apabila proporsi dari
tiap jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama, tentu saja hanya ada separuh dari tiap
jenis molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada suatu waktu tertentu.

Apabila molekul-molekul merah masih mempunyai kecenderungan yang sama untuk
melepaskan diri sebesar sebelumnya, ini berarti daya intermolekuler antara dua molekul
merah persis sama dengan besar daya intermolekuler antara sebuah molekul merah dan
sebuah molekul biru.

Apabila daya tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk melepaskan diri juga akan
berubah.

Demikian halnya dengan daya antara dua molekul biru dan daya antara sebuah molekul biru
dan sebuah molekul merah. Daya tersebut juga harus sama dan kalau tidak, kecenderungan
molekul biru untuk melepaskan diri juga akan berubah.

Apabila anda dapat mengikuti penjelasan ini, anda akan mengerti bahwa daya tarik
intermolekuler antara dua molekul merah, dua molekul biru dan antara sebuah molekul merah
dan sebuah molekul biru akan persis sama dalam campuran ideal.

Inilah sebabnya mengapa campuran seperti hexane dan heptane mendekati campuran ideal.
Mereka memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya tarik Van der Waals
yang sama di antara mereka. Namun begitu, tetap saja, besar molekul keduanya tidak persis
sama, sehingga walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan
merupakan campuran ideal.

Campuran ideal dan perubahan entalpi pada proses pencampuran

Ketika anda membuat suatu campuran larutan-larutan, anda harus mengalahkan daya tarik
intermolekuler (yang membutuhkan energi) dan membuat daya tarik baru (yang
menghasilkan energi).

Apabila besar semua daya tarik ini sama, tidak akan ada panas yang dihasilkan atau panas
yang diserap.

Ini berarti, campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai nol energi entalpi. Apabila suhu
campuran naik atau turun pada saat anda mencampur keduanya, ini berarti campuran tersebut
bukan campuran ideal.

Hukum Raoult

Anda mungkin pernah melihat sekilas hukum Raoult yang telah disederhanakan apabila anda
pernah mempelajari efek dari larutan yang tidak dapat menguap seperti garam pada tekanan
uap di pelarut seperti air. Definisi di bawah ini adalah yang biasa dipakai dalam pembicaraan
mengenai campuran dua larutan yang bisa menguap.
Tekanan uap parsial dari sebuah komponen di dalam campuran adalah sama dengan tekanan uap
komponen tersebut dalam keadaan murni pada suhu tertentu dikalikan dengan fraksi molnya dalam
campuran tersebut.

Hukum Raoult hanya dapat diaplikasikan pada campuran ideal.

Persamaan untuk campuran dari larutan A dan B, akan menjadi demikian:



Pada persamaan ini P
A
dan P
B
adalah tekanan uap parsial dari komponen A dan B. Dalam
suatu campuran gas, tiap gas mempunyai tekanan uapnya sendiri, dan ini disebut tekanan
parsial yang independent. Bahkan apabila anda memisahkan semua jenis gas-gas lain yang
ada, satu-satunya jenis gas yang tersisa akan masih mempunyai tekanan parsialnya.

Tekanan uap total dari sebuah campuran adalah sama dengan jumlah dari tekanan parsial
individu tiap gas.



P
o
adalah tekanan uap dari A dan B apabila keduanya berada dalam keadaan terpisah (dalam
larutan murni).

x
A
dan x
B
adalah fraksi mol A dan B. Keduanya adalah fraksi (bagian/proporsi) dari jumlah
total mol (A maupun B) yang ada.

Anda dapat menghitung fraksi mol dengan rumus ini:



Contoh:

Seandainya anda memiliki campuran dari 2 mol methanol dan 1 mol etanol pada suhu
tertentu, tekanan uap methanol murni pada suhu ini aalah 81kPa dan etanol murni adalah
45kPa.

Pada campuran ini, ada 3 mol molekul.

2 mol dari total 3 mol ini adalah metanol sehingga fraksi mol metanol adalah 2/3.

Dan fraksi mol etanol, dengan demikan adalah 1/3.

Anda dapat menghitung tekanan uap parsial dengan menggunakan hukum Raoult dengan
menganggap bahwa campuran methanol dan etanol ini adalah campuran ideal.

Tekanan parsial metanol:



Tekanan parsial etanol:



Tekanan uap total dari campuran larutan ini adalah jumlah tekanan parsial dari keduanya.



Tekanan uap / diagram komposisi

Seandainya anda mempunyai sebuah campuran ideal dari dua larutan yaitu A dan B, kedua
larutan ini akan memberi "sumbangan"-nya masing-masing pada tekanan uap keseluruhan
pada campuran seperti yang telah kita lihat pada contoh di atas.

Mari kita lihat larutan A secara khusus sebagai contoh:

Anggap saja anda melipat-duakan fraksi mol larutan A dalam campuran (dalam suhu yang
sama). Menurut hukum Raoult, tekanan uapnya juga akan ikut terlipat duakan. Apabila anda
melipat-tigakan fraksi mol A, anda juga otomatis melipat-tigakan tekanan uapnya, dan
seterusnya.

Dengan kata lain, tekanan uap parsial A pada suhu tertentu berbanding lurus dengan fraksi
mol-nya. Apabila anda menggambar grafik tekanan uap parsial terhadap fraksi mol-nya, anda
akan memperoleh sebuah garis lurus.



Sekarang, mari kita buat grafik yang sama untuk B pada sumbu yang sama. Fraksi mol B
mengecil sejalan dengan meningkatnya fraksi mol A sehingga grafik untuk B berbentuk garis
yang menurun ke kanan. Bersamaan dengan berkurangnya fraksi mol B, tekanan parsial
uapnya juga berkurang dengan kecepatan yang sama.



Perhatikan bahwa tekanan uap larutan B murni lebih tinggi dari larutan A murni. Ini berarti
molekul-molekul pada permukaan larutan B lebih mudah melepaskan diri daripada molekul-
molekul pada larutan A. Larutan B lebih mudah menguap daripada larutan A.

Untuk memperoleh tekanan uap total dari sebuah campuran, anda harus menjumlahkan
tekanan parsial A dan B pada tiap komposisi. Dengan demikian anda akan memperoleh garis
lurus seperti pada diagram berikut.



Pada campuran yang non-ideal, garis lurus ini akan berbentuk kurva. Untuk campuran yang
mendekati ideal garisnya akan menyerupai garis lurus. Semakin kurang ideal sebuah
campuran, semakin berkurvalah garis yang terbentuk.

Titik didih / diagram komposisi

Hubungan antara titik didih dan tekanan uap

Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah suhu, ini berarti
bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri dari
permukaan larutan dengan mudahnya.

Apabila pada suhu yang sama, sebuah larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini
berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan
diri.

Apa efek dari kedua fakta ini terhadap titik didih dari kedua larutan ini?

Ada dua cara untuk melihat hal ini, pilihlah yang termudah untuk anda.

1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan mudahnya dari
permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan
demikian, anda tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu tinggi untuk memutuskan
semua daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat larutan ini mendidih.

Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang
titik didihnya lebih rendah.

2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, anda tidak
perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Di lain
pihak, apabila tekanan uapnya rendah, anda harus meningkatkan tekanan uapnya setinggi-
tingginya sampai besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.

Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang
titik didihnya lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu yang sama:Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.

Menghitung titik didih/membuat diagram komposisi

Pada bagian yang sebelumnya, kita telah melihat diagram komposisi seperti di bawah ini:



Kita akan mengubah diagram ini menjadi diagram komposisi/titik didih.

Kita akan mulai dengan titik didih dari larutan murni A dan larutan murni B.

B memiliki tekanan uap yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa larutan B mempunyai titik didih
yang lebih rendah dari larutan A.



Pada campuran larutan A dan B, anda mungkin telah menduga bahwa titik-titik didih
keduanya akan membentuk sebuah garis lurus yang menghubungkan kedua titik didih
ini.Pada kenyataannya, tidak demikian! Bukan garis lurus, tapi garis kurvalah yang terbentuk.



Kita akan menambah sebuah garis lagi pada diagram ini yang akan menunjukkan komposisi
uap pada larutan yang mendidih.

Apabila anda mendidihkan sebuah campuran larutan, larutan yang lebih mudah menguap,
tentunya akan membentuk lebih banyak uap daripada larutan yang sukar menguap.

Ini berarti, akan ada lebih banyak komponen B (komponen yang lebih mudah menguap)
terdapat dalam uap daripada dalam larutannya. Anda dapat membuktikannya dengan
memadatkan udap yang didapat dan menganalisanya. Diagram ini menunjukkan apa yang
terjadi bila anda mendidihkan campuran larutan A dan B.



Perhatikan bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A yang ada di atas
campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih mudah menguap.

Apabila anda mengulangi proses ini dengan campuran larutan dengan berbagai komposisi,
anda akan dapat menggambar kurva kedua, yaitu garis komposisi uap.



Ini adalah diagram fase kita yang terakhir

Menggunakan diagram komposisi

Diagram ini dapat digunakan dengan cara yang persis sama seperti dengan cara
pembentukannya. Apabila anda mendidihkan campuran larutan, anda dapat mendapatkan titik
didihnya dan komposisi uap di atas larutan yang mendidih ini.

Sebagai contoh, pada diagram berikut ini, apabila anda mendidihkan campuran larutan C1,
titik didihnya adalah T1 dan komposisi uapnya adalah C2.



Yang harus anda lakukan hanyalah menggunakan kurva komposisi larutan untuk mencari
titik didih larutan dan melihat pada grafik ini, bagaimana komposisi uap pada suhu tersebut
(titik didih).

Perhatikan sekali lagi bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A yang ada
di atas campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih mudah menguap.

Permulaan dari distilasi fraksional

Umpamanya anda mengumpulkan semua uap yang ada di atas larutan yang mendidih dan
anda didihkan untuk kedua kalinya.

Ini berarti, sekarang anda mendidihkan larutan baru yang komposisinya adalah C2.

Larutan ini akan mendidih pada temperatur baru yaitu T2, dan uap yang berada di atas larutan
baru ini akan mempunyai komposisi C3.



Anda dapat melihat sekarang bahwa kita mempunyai uap yang hampir merupakan komponen
B murni.

Apabila anda terus melakukan hal ini (mengkondensasi uap dan mendidihkan cairan yang
terbentuk) , pada akhirnya anda akan mendapatkan larutan B murni.Ini adalah dasar dari
distilasi fraksional. Walaupun begitu, melakukannya dengan cara seperti ini akan sangat
melelahkan dan kecuali anda dapat memproduksi dan mengkondensasi uap di atas sebuah
larutan mendidih dalam jumlah yang luar biasa banyak, jumlah larutan B yang akan anda
dapat pada akhirnya akan sangat sedikit.

Kolom fraksional sesungguhnya (baik di laboratorium ataupun di industri) melakukan proses
kondensasi dan pendidihan ulang ini secara otomatis.
Hydrotrope
From Wikipedia, the free encyclopedia
A hydrotrope is a compound that solubilises hydrophobic compounds in aqueous solutions.
Typically, hydrotropes consist of a hydrophilic part and a hydrophobic part (like surfactants)
but the hydrophobic part is generally too small to cause spontaneous self-aggregation.
Hydrotropes do not have a critical concentration above which self-aggregation 'suddenly'
starts to occur (as found for micelle- and vesicle-forming surfactants, which have a critical
micelle concentration or cmc and a critical vesicle concentration or cvc, respectively).
Instead, some hydrotropes aggregate in a step-wise self-aggregation process, gradually
increasing aggregation size. However, many hydrotropes do not seem to self-aggregate at
all, unless a solubilisate has been added. Hydrotropes are in use industrially. Examples of
hydrotropes include sodium p-toluenesulfonate and sodium xylene sulfonate.
The term hydrotropy was originally put forward by Carl Neuberg
[1]
to describe the increase in
the solubility of a solute by the addition of fairly high concentrations of alkali metal salts of
various organic acids. However, the term has been used in the literature to designate non-
micelle-forming substances, either liquids or solids, organic or inorganic, capable of
solubilizing insoluble compounds.
The chemical structure of the conventional Neubergs hydrotropic salts (proto-type, sodium
benzoate) consists generally of two essential parts, an anionic group and a hydrophobic
aromatic ring or ring system. The anionic group is obviously involved in bringing about high
aqueous solubility, which is a prerequisite for a hydrotropic substance. The type of anion or
metal ion appeared to have a minor effect on the phenomenon.
[1]
On the other hand, planarity
of the hydrophobic part has been emphasized as an important factor in the mechanism of
hydrotropic solubilization
[2][3]

To form a hydrotrope, an aromatic hydrocarbon solvent is sulfonated creating an aromatic
sulfonic acid. It is then neutralized with a base.
[4]

Additives may either increase or decrease the solubility of a solute in a given solvent. These
salts that increase solubility are said to salt in the solute and those salts that decrease the
solubility salt out the solute. The effect of an additive depends very much on the influence,
it has on the structure of water or its ability to compete with the solvent water molecules.
[5]
A
convenient quantitation of the effect of a solute additive on the solubility of another solute
may be obtained by the Setschetow equation:
[6]

; where
S
0
= solubility in the absence of the additive
S = solubility in the presence of the additive
C
a
= concentration of the additive
K = salting coefficient, which is a measure of the sensitivity of the activity coefficient of the
solute towards the salt.
Applications
Hydrotropes are in use industrially and commercially in cleaning and personal care product
formulations to allow more concentrated formulations of surfactants. About 29,000 metric
tons are produced (i.e., manufactured and imported) annually in the US.
[4]
Annual production
(plus importation) in Europe and Australia is approximately 17,000 and 1,100 metric tons,
respectively.
[7][8]
Common products containing a hydrotropes include laundry detergents,
surface cleaners, dishwashing detergents, liquid soaps, shampoos and conditioners.
[4]
They
are coupling agents, used at concentrations from 0.1-15% to stabilize the formula, modify
viscosity and cloud-point, reduce phase separation in low temperatures, and limit foaming.
[8]

Examples of Hydrotropes used for industrial and commercial purposes
[4][7]

Chemical CAS#
Toluene sulfonic acid, Na salt 12068-03-0
Toluene sulfonic acid, K salt
16106-44-8
30526-22-8
Xylene sulfonic acid, Na salt
1300-72-7
827-21-4
Xylene sulfonic acid, ammonium salt 26447-10-9
Xylene sulfonic acid, K salt 30346-73-7
Xylene sulfonic acid, Ca salt 28088-63-3
Cumene sulfonic acid, Na salt
28348-53-0
32073-22-6
Cumene sulfonic acid, ammonium salt 37475-88-0
Environmental Considerations
Hydrotropes have a low bioaccumulation potential, as the octanol:water partition coefficient
is <1.0.
[4]
Studies have found hydrotopes to be very slightly volatile, with vapour pressures
<2.0x10-5 Pa.
[4]
They are aerobically biodegradable. Removal via the secondary wastewater
treatment process of activated sludge is >94%.
[8]
Acute toxicity studies on fish show an LC50
>400 mg active ingredient (a.i.)/L. For Daphnia, the EC50 is >318 mg a.i./L. The most
sensitive species is green algae with EC50 values in the range of 230236 mg a.i./ L and No
Observed Effect Concentrations (NOEC) in the range of 3175 mg a.i./L.
[8]
The aquatic
Predicted No Effect Concentration (PNEC) was found to be 0.23 mg a.i./L.
[7]
The Predicted
Environmental Concentration (PEC)/PNEC ratio has been determined to be < 1 and,
therefore, hydrotropes in household laundry and cleaning products have been determined to
not be an environmental concern.
[4][7]

Human Health
Aggregate exposures to consumers (direct and indirect dermal contact, ingestion, and
inhalation) have been estimated to be 1.42 ug/Kg bw/day.
[7]
Animal studies do not suggest
sensitization, but there are no reliable human data available.
[8]
Calcium xylene sulfonate and
sodium cumene sulfonate have been shown to cause temporary, slight eye irritation in
animals.
[8]
Studies have not found hydrotropes to be mutagenic, carcinogenic or have
reproductive toxicity.
[8]

] References
1. ^
a

b
Neuberg, C., Biochem. Z., 1916, 76, 107.
2. ^ Evstigneev, M.P., Evstigneev V.P., Hernandez Santiago A.A., Davies, David B. 2006.
Effect of a mixture of caffeine and nicotinamide on the solubility of vitamin (B
2
) in aqueous
solution. European Journal of Pharmaceutical Sciences 28 (1-2) 59-66.
3. ^ Suzuki,H., Sunada, H., 1998. Mechanistic studies on hydrotropic solubilization of
nifedipine in nicotinamide solution, Chem & Pharm Bulletin.46 (1) 125-130.
4. ^
a

b

c

d

e

f

g
Stanton, Kathleen; Caritas Tibazarwa, Hans Certa, William Greggs, Donna
Hillebold, Lela Jovanovich, Daniel Woltering, and Richard Sedlak (2010). "Environmental
Risk Assessment of Hydrotropes in the United States, Europe, and Australia.". Integrated
Environmental Assessment and Management 6 (1): 155163. doi:10.1897/IEAM_2009-019.1.
5. ^ Da Silva, R.C., Spitzer, M., Da Silva, L.H.M., Loh, W., 1999. Investigations on the
mechanism of aqueous solubility increase caused by some hydrotropes, Thermochimica
Acta., 328, 161-167.
6. ^ Singhai, A., 1992. Studies on solubilization, formulation and evaluation of some drugs,
Dept. of Pharm. Sci. Dr. H. S. Gaur vishwavidhyalaya., Sagar, 10.
7. ^
a

b

c

d

e
Human & Environmental Risk Assessment on ingredients of household cleaning
products (HERA) (2005). "Hydrotropes". Risk Assessment.
http://www.heraproject.com/files/24-F-HERA%20Hydrotropes%20Sept%202005.pdf.
8. ^
a

b

c

d

e

f

g
Hydrotropes Consortium (2005). "SIDS Initial Assessment Report for SIAM 21
Hydrotropes.". http://www.chem.unep.ch/irptc/sids/OECDSIDS/Hydrotropes.pdf.


VAPOR PRESSURE

Anda mungkin juga menyukai