Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN V

“ ANTIINFLAMASI “

DISUSUN OLEH :

Nama : Timur Muhamad Alfa Rizki

NIM : 1041911149

Kelompok :L

Tanggal Praktikum : 18 Maret 2021

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

YAYASAN PHARMASI SEMARANG

2020
PERCOBAAN V

ANTIINFLAMASI

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami azas eksperimen dan memperoleh petunjuk-petujuk
yang praktis.
2. Mahasiswa dapat menunjukkan beberapa kemungkinan dan batasan yang
merupakan sifat teknik percobaan.

B. DASAR TEORI

Inflamasi (respons protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan


oleh trauma fisik atau zat kimia yang merusak) adalah usaha tubuh untuk
mengnonaktifkan atau merusak organisme yang menyerang. menghilangkan zat iritan.
dan mengatur derajat perbaikan jaringan yang disertai peradangan yang akan hilang
jika proses penyembuhan telah lengkap (Ganiswarna, 2004).

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan


yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik.Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat perbaikan
jaringan.Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun,
kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya
seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau atritis
rematoid.Pada kasus seperti ini, reaksi pertahanan mereka sendiri mungkin
menyebabkan luka jaringan progesif, dan obat-obat anti inflamasi atau imonusupresi
mungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan . Inflamasi dicetuskan oleh
pelepasan mediator kimiawi dan jaringan yang rusak dan migrasi sel. Mediator
kimiawi spesifik berfariasi dengan tipe proses peradangan dan meliputi amin, seperti
histamine dan 5-hidroksitriptamin lipid seperti prostaglandin peptida kecil seperti
bradikinin dan peptide besar , seperti interleukin-1. Penemuan fariasi yang luas
diantara mediator kimiawi telah menerangkan paradox yang nampak bahwa obat-obat
anti inflamasi dapat mempengaruhi kerja mediator utama yang penting pada satu tipe
inflamasi tetapi tanpa efek pada proses inflamasi yang tidak melibatkan target obat.
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi penderitanya,
namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan
jaringan.Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan jaringan, dimana
nyeri merupakan salah satu gejalanya.Karena dipandang merugikan maka inflamasi
memerlukan obat untuk mengendalikannya ( Mary J.Mycek , 2001 ).

PG hanya berperan pada yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau


iflamasi. Penelitian tellah membuktikan bahwa PG menyebabkan snsti reseptor nyeri
terhadap stimulasi mekasik dan kimiawi ,jadi PG menimbulkan keadaan
hiperalgesia.Kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin
merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata obat mirip aspirin tidak
mempengaruhi hiperalgesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh efek langsung PG. Ini
menunjukkan bahwa sintesis PG yang dihambat oleh golongan obat ini dan bukannya
blokade jantung (Wilmana,F.P., 1995).

Prostaglandin dan metabolismenya yang dihasilkan secara endogen dalam


jaringan bekerja sebagai tanda lokal menyesuaikan respon tipe sel spesifik. Fungsi
dalam tubuh bervariasi secara luas tergantung pada jaringan. Misalnya pelepasan
TXA2 dari trombosit mencetuskan penambahan trombosit baru untuk agregasi
( langkah pertama pada pembentukan gumpalan). Namun pada jaringan lain
peningkatan kadar TXA2 membawa tanda yang berbeda, misalnya otot polos tertentu
senyawa ini menginduksi kontraksi. Prostagladin merupakan salah satu mediator
kimiawi yang dilepasklan pada proses agresi alergi dan inflamasi (Mycek, M.J.,
2001).

Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti
oleh radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.), suhu (panas
atau dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat kimia,
dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan
proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa
degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang
disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma, sel
darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan
makrofag dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis, dan terjadinya perubahan-
perubahan imunologik (Rukmono, 2000).

Pengobatan pasien engan inflamasi mempunyai dua tujuan utama: pertama


meringankan rasa nyeri yans seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan
keluhan utama yang terus-menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau (dalam
teori) membatasi proses perusakan jaringan . Pengurangan inflamasi dengan obat-obat
anti inflamasi nonsteroid (AINS / NSAIDs) seringkali berakibat meredanya rasa nyeri
selama periode yang bermakana. Banyak obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin. Jadi . pemahaman akan obat
AINS memerlukan pengertian kerja dan biosintesis prostaglandin turunan asam lemak
tak jenuh mengandung 20 karbon yang meliputi suatu struktur cincin siklik ( Mary
J.Mycek, 2001 ).

Meski obat-obat tipe salisilat dan agen-agen lain yang mirip mempunyai efek
antipiretik dan analgesik. akan tetapi sifat-aifat anti inflamasi merekalah yang
membuat mereka paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit
akibat proses inflamasi (Katzung, 2002).

Obat – obat yang digunakan antara lain :

Na-Diklofenak

NSAID yang terkuat anti radangnya. efek sampingnya kurang keras


dibandingkan dengan obat kuat lainnya ( indometasin. piroxicam). Obat ini sering
digunakan untuk segala macam nyeri. juga pada migraine dan encok. Secara
parenteral sangat efektif untuk menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan
kandung empedu).

Resorpsinya dari usus cepat dan lengkap. tapi bioavailabilitasnya rata-rata


55% akibat first pass effect besar. Efek analgetisnya dimulai setelah 1jam. Ekskresi
melalu kemih berlangsung untuk 60% sebagai metabolit dan untuk 20% dengan
empedu dan tinja.

Ibuprofen

Merupakan golongan propionate. termasuk NSAID yang paling sering


digunakan karena efek sampingnya yang relative ringan dan status OTC-nya di
kebanyakan negara. Merupakan bentuk campuran rasemis. denganbentuk dextro yang
aktif. Memiliki daya analgetik dan antiradang yang cukup baik.

Resorpsinya dari usus cepat dan baik. melalui rectal lebih lambat. PP-nya 90-
99%. plasma t ½nya 2 jam. Ekskresi berlangsung terutama sebagai metabolit-
metabolit dan konjugat-konjugatnya. T 1/2 eliminasi ibuprofen 1,2-5 jam. (ISO
Farmakoterapi, 2008)

Parasetamol ( N-asetil-p-aminofenol )

Merupakan metabolit aktif fenasetin. yang disebut analgesil coal tar.


Asetaminofen merupakan obat lain pengganti aspirin yang efektif sebagai obat
analgesik-antipiretik; namun. tidak seperti aspirin. aktivitas antiradangnya lemah
sehingga bukan merupakan obat yang berguna untuk menangani kondisi radang.
Karena asetaminofen ditoleransi dengan baik. banyak efek samping aspirin tidak
dimiliki asetaminofen. dan dapat diperoleh tanpa resep. Namun. overdosis akut
menyebabkan kerusakan hati yang fatal.

Asetaminofen hanya merupakan inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan


adanya peroksida konsentrasi tinggi yang ditemukan pada lesi radang. karena itu efek
antiradang asetaminofen lemah. Efek antipiretiknya dapat dijelaskan dengan
kemampuannya menghambat siklooksigenase di otak. yang tonus peroksidanya
lemah. Selain itu. asetaminofen tidak menghambat aktivasi neutrofil. sedangkan

NSAID lain menghambat aktivasi tersebut. Konsentrasi asetaminofen dalam


plasma mencapai puncak dalam 30 sampai 60 menit. waktu paruh dalam plasma
sekitar 2 jam setelah dosis terapeutik. (Drs.Tan Hoan Tjay.Apt & Drs.Kirana
Rahardja.Apt.2002)

Metil prednisolone

Mempunyai daya antiinflamasi 20% lebih kuat daripada prednisolon dengan


berbagai cara penggunaan oral dan parenteral. Merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada inflamasi dan alergi tinggi. ( Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja.
2003)

Asam Mefenamat (Ponstan)


Derivat antranilat juga dengan khasiat antipiretis, dan anti radang yang cukup
baik. Obat ini banyak sekali digunakan sebagai obat nyeri dan rema. Efek samping
yang paling sering terjadi adalah gangguan lambung – usus. (Drs.TanHoanTjay, Apt
& Drs. Kirana Rahardja, Apt, 2002)

C. ALAT DAN BAHAN

o ALAT

- Plestimograf

- Jarum suntik

- Spuit 1ml

- Beaker glass

- Sonde

- Aquarium kaca

- Kapas

- Neraca ohaus

o BAHAN

- Karagenin 1%

- Larutan suspense obat

- Aquadest

- Alkohol

- Gliserin
D. SKEMA KERJA
E. DATA PENGAMATAN
Kontrol

Volume Volume
Nomor Volume kaki
normal udem
Nama Obat
Vt 30' Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
Tikus Vn (ml) Vu (ml)
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
Na Diklofenak III 0,16 0,19 0,18 0,18 0,17 0,17 0,17
IV 0,16 0,18 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18
Ibuprofen
VIII 0,16 0,18 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18
Metil Prednisolon VIII 0,15 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Asam Mefenamat I 0,15 0,19 0,22 0,25 0,22 0,24 0,22
IV 0,18 0,19 0,16 1,19 0,19 0,18 0,18
Paracetamol
VIII 0,16 0,2 0,18 0,18 0,17 0,16 0,16
Nama Volume Volume
Nomor Volume kaki
obat normal udem
Vt 30' Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
Tikus Vn (ml) Vu (ml)
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
I 0,16 0,26 0,2 0,2 0,18 0,18 0,17
Na
II 0,16 0,22 0,21 0,2 0,2 0,18 0,18
Diklofen
IV 0,16 0,2 0,2 0,18 0,18 0,16 0,16
ak
V 0,19 0,21 0,22 0,19 0,185 0,19 0,19
VII 0,16 0,18 0,21 0,19 0,17 0,16 0,16
VIII 0,18 0,2 0,21 0,2 0,19 0,19 0,19
0,1683333 0,21166666 0,208333 0,1933333 0,1841666 0,1766666
Rata-Rata 0,175
33 7 333 33 67 67

Nama Obat Nomor Volume Normal Volume Udem Volume Kaki


Vt Vt
Vt 30' Vt 60' Vt 90'
Tikus Vn (ml) Vu (ml) 120' 150'
(ml) (ml) (ml)
(ml (ml)
I 0,16 0,165 0,17 0,18 0,17 0,15 0,17
Ibuprofen II 0,16 0,165 0,17 0,16 0,17 0,18 0,16
III 0,13 0,14 0,13 0,15 0,13 0,15 0,14
V 0,2 0,22 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
VI 0,18 0,19 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
VII 0,14 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17
Rata-Rata 0,173333333 0,193333333 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19

Volum
Volume
Nama Obat Nomor e Volume Kaki
Udem
Normal
Deksametha Tikus Vn (ml) Vu (ml) Vt 30' Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
I 0,2 0,19 0,21 0,2 0,2 0,2 0,2
II 0,19 0,2 0,21 0,2 0,18 0,19 0,18
son III 0,18 0,19 0,19 0,18 0,17 0,18 0,17
V 0,15 0,17 0,18 0,16 0,16 0,15 0,15
VI 0,16 0,18 0,19 0,18 0,18 0,16 0,15
VII 0,17 0,19 0,21 0,18 0,17 0,16 0,17
0,1866666 0,198333 0,18333 0,1766666 0,17333
Rata-Rata 0,175 0,17
67 333 3333 67 3333

Volume Volume
Nama Obat Nomor Volume Kaki
Normal Udem
Vt 30' Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
Tikus Vn (ml) Vu (ml)
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
I 0,11 0,13 0,13 0,14 0,15 0,12 0,12
III 0,16 0,18 0,2 0,24 0,18 0,18 0,17
Metilprednisolon
IV 0,14 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16
V 0,13 0,15 0,16 0,13 0,13 0,13 0,13
VI 0,15 0,16 0,18 0,16 0,16 0,15 0,15
VII 0,13 0,17 0,17 0,16 0,16 0,15 0,15
0,1366666 0,15666666 0,1633 0,146666 0,14666
Rata-Rata 0,165 0,155
67 7 33333 667 6667

Volume Volume
Nama Obat Nomor Volume Kaki
Normal Udem
Vt
Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
Tikus Vn (ml) Vu (ml) 30'
(ml) (ml) (ml) (ml)
(ml)
II 0,19 0,18 0,18 0,17 0,17 0,16 0,14
Asam
III 0,17 0,18 0,18 0,19 0,22 0,19 0,185
Mefenamat
IV 0,18 0,19 0,19 0,21 0,21 0,2 0,195
VI 0,19 0,18 0,18 0,2 0,2 0,19 0,19
VII 0,19 0,19 0,19 0,19 0,2 0,21 0,21
VIII 0,16 0,16 0,18 0,19 0,19 0,17 0,18
0,183
0,191666 0,1983333 0,186666 0,18333333
Rata-Rata 0,18 0,18 33333
667 33 667 3
3

Volume Volume
Nama Obat Nomor Volume Kaki
Normal Udem
Vt 30' Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
Tikus Vn (ml) Vu (ml)
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
I 0,17 1,18 0,19 1,13 0,17 0,18 0,18
II 0,19 0,19 0,18 1,14 0,15 0,17 0,17
Parasetamol
III 0,14 0,15 0,14 1,14 0,17 0,17 0,17
V 1,17 0,19 0,18 0,18 0,17 0,17 0,17
VI 1,15 0,17 0,16 0,16 0,15 0,15 0,15
VII 1,15 0,18 0,17 0,16 0,16 0,15 0,15
0,661666 0,3433333 0,6516 0,16166
Rata-Rata 0,17 0,165 0,165
667 33 66667 6667

F. PERHITUNGAN

Perhitungan Asam Mefenamat

Dosis ASMEF = 550G/50KgBB

70 kg
Dosis BB 70 kg manuasia = x 500 mg=700 mg/70 kgBBmanusia
50 kg

Dosis tikus 200g = 0,018 x 700 mg = 12,6 mg/316 g BB tikus

BB tikus terbesar = 316 g

316 g
Dosis tikus terbesar ¿ x 12,6=19,908 mg/316 g BB tikus
200 g

19,908 mg
Cstok = =7,9632 mg/ml
1/2 x 5

Dibuat larutn stok 50 ml = 7,9632 mg/ml x 50 l = 398,16 mg/50ml

Bobot Per tablet No Berat


. Tablet
1. 0,6534 g
2. 0,6465 g
3. 0,6535 g
4. 0,6533 g
5. 0,6656 g
Bobot Rata- rata tablet = 0,65446 g
(654,46mg)
Serbuk yang ditimbang ( rata-rata tablet = 654,46 mg
398 ,16 mg
x 654 , 46 mg=521,1596 mg/50ml
500 mg
Rentang ± 5% ( 495,1016 mg- 547,2175 mg )
Berat serbuk sebenarnya = 527,7 mg
527,5 mg
Cstok sebenarnya= x 500 mg = 403,004 mg/50ml = 8,06 mg/ml
654,46 mg
Perhitungan karagenin 1 % ~ 10 ml
1
Karagenin x 10 ml = 0,1 g
100
Cara kerja :
1. Timbang karagenin sebanyak 0,1 g
2. Kemudian disuspensikan dalam10 ml NaCl fisologis 0,9 %sambil dipanaskan
pada suhu 50 º c, pengadukan dilakukan diatas hot plate menggunakan niagnetic
stirrer hingga homogen.
Perhitungan kelompok 5 :
Bobot tikus
Tikus 1 = 174,1 g
Tikus II = 195,1 g
Tikus III = 213,1 g
Konversi dosis manusia ke tikus = 0,018

Dosis tikus = 70 kg/50 kg x 0,018 = 12,6 mg/kg BB tikus

Perhitungan KELOMPOK 5
Tikus Berat Tikus
No. Berat Dosis = x dosis tikus Dosis
200 gr Tikus Vp =
ke- C stock
200g
229,3 Kontrol Vp = ½ x Vp maksimal
1. 1
gram Suspensi CMC Na 0,5% = ½ x 5 = 2,5 ml
10,969 mg
Vp=
174,1 174,1 gram 8,06 mg = 1,3608ml ~
2. 2 x 12,6 mg = 10,969 mg mL
gram 200 gram
1,36 ml
12,2913 mg
195,1 gram Vp=
195,1 x 12,6 mg = 12,2913 8,06 mg = 1,5249 ml ~
3. 3 200 gram
mL
gram
mg
1,53 ml
13,4253 mg
213,1 gram Vp=
213,1 x 12,6 mg = 13,4253 8,06 mg = 1,6656 ml ~
4. 4 200 gram
mL
gram
mg
1,66 ml

Perhitungan KELOMOK 6
Tikus Berat Tikus
No. Berat Dosis = x dosis tikus Dosis
ke- 200 gr Tikus Vp =
C stock
200g
Kontrol Vp = ½ x Vp maksimal
1. 1 208 gram
Suspensi CMC Na 0,5% = ½ x 5 = 2,5 ml
13,356 mg
212 gram Vp=
2. 2 212 gram x 12,6 mg = 13,356 mg 8,06 mg = 1,66 ml
200 gram
mL
14,175 mg
225 gram Vp=
3. 3 225 gram x 12,6 mg = 14,175 mg 8,06 mg = 1,76 ml
200 gram
mL
Nama
Nomor % AUC
obat
% Daya Anti
Vt Total
Vt30 Vt 60' Vt 120' Vt 150' Inflamasi
Tikus 90'
(ml) (ml) (ml (ml)
(ml)
1312,
I 750 562,5 375 281,25 3281,25 -6,126,824,818
5
1031,
II 843,75 750 562,5 375 3562,5 -7,509,124,088
25
Na IV 750 562,5 375 187,5 0 1875 7,846,715,328
Diklofe -
3,947 -
nak 2,368,42 3,947 5,526,315,7
V ,368, 3,947,36 0 7,283,903,189
1,053 ,368, 89
421 8,421
421
656,2
VII 750 375 93,75 0 1875 7,846,715,328
5
4,166
4,166,66 1,666,66 1,666,66 1,416,666,6
VIII ,666, 250 303,730,738
6,667 6,667 6,667 67
667
Rata-Rata -2,908,992,117

Nama % Daya Anti


Nomor % AUC Total
Obat Inflamasi
Ibuprofen Tikus Vt30 Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
140,6 281,
I 281,25 0 0 703,125 6,544,251,825
25 25
140,6 93,7
II 93,75 281,25 187,5 796,875 6,083,485,401
25 5
2,30
1,153
2,307,6 7,69 2,307,6 3,461,538,4 1,153,846,1
III ,846, 4,329,028,636
92,308 2,30 92,308 62 54
154
8
V 150 0 0 0 0 150 9,262,773,723
3,33
3,333,3 3,33 3,333,3 3,333,333,3 1,583,333,3
VI 250 2,218,167,072
33,333 3,33 33,333 33 33
3
6,42
6,428
6,428,5 8,57 6,428,5 6,428,571,4 3,214,285,7
VII ,571, -5,797,705,944
71,429 1,42 71,429 29 14
429
9
Rata-rata 3,773,333,452

Nama Nom % Daya Anti


% AUC Total
Obat or Inflamasi
Tiku Vt30 Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
s (ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
-
- - - - -
2,368,
II 1,578,9 3,157,8 3,947,3 6,315,7 1,736,842,10 1,853,630,426
421,05
47,368 94,737 68,421 89,474 5
3
2,647,
1,764,7 6,176,4 6,176,4 3,088,2 1,985,294,11
III 058,82 2,425,933,877
Asam 05,882 70,588 70,588 35,294 8
4
Mefena
3,333,
mat 1,666,6 4,166,6 2,916,6 1,708,333,33
IV 333,33 500 1,603,811,841
66,667 66,667 66,667 3
3
-
1,578,9 7,894,7 7,894,736,84
VI 1,578,9 0 0 961,198,617
47,368 36,842 2
47,368
7,894,7 2,368,4 3,157,8 6,315,789,47
VII 0 0 6,895,889,358
36,842 21,053 94,737 4
VIII 187,5 468,75 562,5 375 281,25 1875 7,846,715,328
Rata-rata 6,279,209,426
Nama Nom % Daya Anti
% AUC Total
Obat or Inflamasi

Tiku Vt30 Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'


s (ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
9,088,23 8,647,05 8,470,5 8,823,52 1,764,70 2,647,058,
I -1,200,987,548
5,294 8,824 88,235 9,412 5,882 824
- - -
7,421,05 7,184,2 1,373,684,
II 7,894,73 4,736,84 3,157,89 -5,751,440,645
2,632 10,526 211
6,842 2,105 4,737
1,071,42 1,071,42 1,103,5 6,428,57 6,428,57 2,314,285,
Paraseta III -1,037,434,828
8,571 8,571 71,429 1,429 1,429 714
mol
- - - - - -
V 2,525,64 2,538,46 2,551,2 2,564,10 2,564,10 1,274,358, 7,263,272,818
1,026 1,538 82,051 2,564 2,564 974
- - - - - -
VI 2,569,56 2,582,60 2,595,6 2,608,69 2,608,69 1,296,521, 7,372,199,302
5,217 8,696 52,174 5,652 5,652 739
- - - - -
VII 2,543,47 2,569,56 2,582,6 2,595,65 2,608,69 -12900 7,340,145,985
8,261 5,217 08,696 2,174 5,652
Rata-rata -1,026,674,384
Nama Nomo % Daya Anti
% AUC Total
Obat r Inflamasi
Vt30 Vt 60' Vt 90' Vt 120' Vt 150'
Tikus
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
-
I 2.13E- 75 0 0 0 75 9,631,386,861
08
2,368, - -
2,368,42 3,157,89
II 421,05 0 7,894,736, 7,894,736, 8,447,944,679
1,053 4,737
Deksam 3 842 842
ethason 1,666, - - -
8,333,33
III 666,66 8,333,3 8,333,333, 8,333,333, 6.54E-08 100
3,333
7 33,333 333 333
V 500 400 200 100 0 1200 4,102,189,781
VI 468,75 468,75 375 187,5 -93,75 1406,25 308,850,365
5,294, - -
4,411,76 8,823,5 8,823,52
VII 117,64 8,823,529, 8,823,529, 5,663,374,839
4,706 29,412 9,412
7 412 412
Rata-rata 6,822,233,302
% Daya
Nama No
% AUC Total Anti
Obat mor
Inflamasi
Tik Vt30 Vt 60' Vt 90' Vt 120'
Vt 150' (ml)
us (ml) (ml) (ml) (ml)
-
5,454,5 6,818,18 9,545,45 6,818,1 2,727,272,72 3,136,363,6
I 5,414,731,25
45,455 1,818 4,545 81,818 7 36
4
-
III 562,5 1125 937,5 375 281,25 3281,25 6,126,824,81
8
Metilp
2,142,8 2,142,85 2,142,85 2,142,8 3,214,285,71 1,178,571,4 4,207,507,82
rednis IV
57,143 7,143 7,143 57,143 4 29 1
olon
5,769,2 3,461,53 9,230,769,2
V 0 0 0 5,463,222,90
30,769 8,462 31
8
4,593,673,96
VI 400 400 200 100 0 1100
6
-
9,230,7 8,076,92 6,923,07 5,769,2 4,615,384,61 3,461,538,4
VII 7,012,914,09
69,231 3,077 6,923 30,769 5 62
3
-
Rata-rata 7,150,109,11
6

HASIL STATISTIKA

Uji Normalitas

Tests of Normalityc
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Jenis Obat Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
%DAI Ibu Profen .217 6 .200 .889 6 .311
*
Na Diklofenak .243 6 .200 .930 6 .584
Metilprednisolo
.293 6 .117 .777 6 .036
n
Deksamethason
.210 6 .200* .899 6 .371
e
Asam
.246 6 .200* .864 6 .205
Mefenamat
Parasetamol .312 6 .070 .786 6 .043
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
There are no valid cases for %DAI when Jenis Obat = 7.000. Statistics cannot be
computed for this level.
 Normalitas: >0,05 berdistribusi normal, dari data yang didapat terdapat data yang
menghasilkan <0,05 , maka data tidak berdistribusi normal

Uji Homogenity

Anova: >0,05 tidak ada perbedaan


GAMBAR KURVA HUBUNGAN UDEMA VS WAKTU

Anti Inflamasi
80
Na -2.9089
60 Ibu Profn 37.733
40 Deksa 68.2223
20 Metil -7.1501
0
1 Asmef 67.7921
-20
Pct -102.6674
-40
-60
-80
-100
-120

na ibu deksa metil asmef pct

G. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari daya antiinflamasi


masing – masing obat pada hewan uji dengan radang buatan. Hewan yang digunakan
dalam percobaan kali ini adalah tikus karena tikus memiliki anatomi dan fisiologi
yang mirip dengan manusia sehingga mekanisme kerja secara farmakokinetik dan
farmakodinamik obat dianggap sama.Sedangkan parameter yang digunakan utuk
mengukur daya antiinflamasi dari obat antiinflamsi adalah udem. Dalam percobaan
ini digunakan 6 obat yang berbeda yaitu Ibuprofen, Na-Diklofenak, Asam
Mefenamat, Metilprednisolon, Paracetamol dan Dexamethansone.

Inflamasi dapat diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan. Nyeri/ inflamasi timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem
nosiseptif, baik perifer maupun sentral.

Karagenin berfungsi sebagai inflamator, dan disuntikkan secara subplantar


pada telapak kaki kiri bawah tikus untuk memperoleh efek lokal yang cepat.
Pengamatan setiap 30menit selama 4 jam dilakukan dengan tujuan mengukur
besarnya inflamasi yang terjadi pada kaki tikus akibat injeksi karagenin.

Mekanisme radang diawali dari terjadi kerusakan membrane sel akibat


rangsangan mekanis, kimia dan fisika kemudian menuju fosfolipida (membrane sel)
terdapat enzim fosfolipase yang akan mengeluarkan asam arakidonat.Asam
arakidonat merupakan substrat untuk enzim-enzim siklooksigenase dan lipoksigenase.
Enzim siklooksigensae akan mensintesa siklik endoperoksida (prostaglandin G-2 dan
H-2) yang akan diubah menjadi dua produk COX 1 dan COX 2. COX 1 berisi
tromboksan ,protasiklik (yang dapat menghambat produksi asam lambung yang
berfungsi untuk melindugi mukosa lambung). COX 2 (asam meloksikam) berisi
prostaglandin (penyebab peradangan). Sedangkan lipooksigenase akan mengubah
asam hidroperoksida yang merupakan precursor leukotrien LTA (senyawa yang
dijumpai pada keadaan antifilaksis).

Pengukuran udem (bengkak) dilakukan dengan alat yang disebut plestimograf.


Pada plestimograf digunakan air raksa dan air berwarna merah Air raksa memiliki
daya kohesi yang tinggi sehingga tidak membasahi kaki tikus. Air raksa yang
mempunyai daya kohesi lebih besar daripada daya adhesi sehingga tidak dapat
bercampur dengan air yang berwarna merah tersebut. Oleh karena itu air raksadapat
mendorong cairan yang berwarna merah tersebut untuk mempermudah pembacaan
skala pada plestimograf. Senyawa kimia yang digunakan untuk merangsang
inflamasi / radang buatan adalah karagenin. Karagenin merupakan pengembang,tidak
mudah diabsorpsi dan tidak merusak sel-sel organ tubuh. Karagenin 1% digunakan
untuk menginduksi udem pada tikus karena kandungan karagenin adalah protein yang
memiliki berat molekul lebih besar dari cairan tubuh apabila di injeksikan akan
semakin sulit melewati mambran terlebih-lebih saluran sistemik, akibatnya protein
menumpuk dibagian tertentu tubuh. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
pembengkakan. Apabila konsentrasi karagenin dalam tubuh habis, maka sel-sel yang
membengkak akan kembali seperti semula (efek pembengkakan hilang).

Pada percobaan praktikum kali ini sudah sesuai dengan teorinya. Hasil pada
percobaan ini yaitu obat dexamethasone memiliki efek yang lebih cepat karena
dexsamethasone merupakan golongan obat antiinflamasi tepatnya pada golongan
kortikosteroid, yang berperan dala engurangi atau menekan proses peradangan dan
alergi yang terjadi pada tubuh. Menurut literature penggunaan obat - obat antiinflamsi
yang menunjukkan keefektifitasan terbaik dimulai dari Dexamethason, Methyl
Prednisolon, Na Diklofenak, Ibuprofen. Meskipun obat Dexamethasone dan Methyl
Prednisolon berada dalam satu golongan, akan tetapi Dexametason mempunyai efek
yang lebih kuat dibandingkan dengan Methyl Prednisolon. Hal ini dikarenakan
Dexametason mempunyai gugus metil (CH3) pada rantai samping yang tidak dimiliki
oleh Methyl Prednisolon dan glukokortikoid lainnya, sehingga Deksametason
mempunyai lipofilitas lebih besar dan potensi yang dihasilkan lebih kuat. Aktivitas
obat antiinflamasi ditunjukkan oleh kemampuan obat mengurangi udema yang
diinduksi pada telapak kaki hewan percobaan. Perhitungan persentase daya
antiinflamasi dilakukan agar kita dapat mengetahui seberapa besar daya hambat obat
uji terhadap peradangan pada telapak kaki kanan belakang tikus.

Nilai AUC yang diperoleh dari data volume edema, dapat digunakan untuk
menghitung presentase daya antiinflamasi (%DAI). Dari Tabel menunjukkan hasil
perhitungan presentase DAI yang berarti semakin besar persen DAI maka semakin
besar efek antiinflamasinya. Persen DAI berbanding terbalik dengan nilai AUC,
apabila nilai AUC tinggi maka persen DAI rendah. Kesalahan hasil ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor kesalahan seperti :

1. Kaki tikus yang diinduksi tidak terlalu bengkak

2. Kesalahan dalam pengukuran

3. Tikus yang digunakan tidak dipuasakan

Jika dihitung secara statistic bahwa pada test of normality terdapat data yang
<0,05 yaitu Metilprednisolon dan Parasetamol yang dapat disimpulkan bahwa data
tidak berdistribusi normal dan pada uji anova didapatkan hasil >0,05 yang memiliki
kesimpulan bahwa data tidak ada perbedaan sign. Pada uji test of homogeneity
didapatkan hasil <0,05 yang memiliki kesimpulan bahwa data tidak memiliki varian
sama.
H. KESIMPULAN

- Anti inflamasi adalah obat-obat radang yang bekerja baik melalui penghambatan
enzim fosfolipase (golongan steroid) ataupun menghambat enzim siklooksigenase
(golongan non steroid).

- Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa obat


yang paling cepat berefek sebagai antiinflamasi yaitu dexamethason 68,2223;
asam mefenamat 67,7921 ; ibuprofen 37,733 ; na diklofenak -2,9089 ;metil
prednisolon -7,1501; parasetamol -102,6674.

I. DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Betram.G, 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba


Medika.

Mycek,J Mary. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widya


Medika.

Tjay, Tan Hoa, Kirana Rahardja.2003.Obat-Obat Penting. Jakarta; Gramedia.

Wilmana, P. F., 1995, Analgesik – Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi


Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam: Farmakologi dan Terapi, Sulistia G. Ganiswarna
(Ed.), edisi 4, Gaya Baru, Jakarta, 207-218.
Semarang, 1 Maret 2021

Dosen Pembimbing Praktikkan

(Apt.Dhimas Adityasmara M. Farm) Timur Muhamad Alfa Rizki

(1041911149)

(Apt. Ebta Narasukma A, M.Sc)


LAMPIRAN

PERTANYAAN
1. Bagaimana hasil praktek P5 ?
2. Manakah obat yang paling efektif ?
3. Menurut teori harusnya gimana ?
4. Apakah perbedaan obat golongan steroid dan non steroid ?
JAWAB :
1. Pada hasil praktikum percobaan 5 mengenai Antiinflamasi didapatkan hasil
yang cepat berefek yaitu Dexamethason
2. Obat yang paling efektif yaitu Dexamethason
3. Menurut literature penggunaan obat - obat antiinflamsi yang menunjukkan
keefektifitasan paling baik dimulai dari Dexamethason, Methyl Prednisolon, Na
Diklofenak, Ibuprofen.
4. Golongan steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia
tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.
Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh
dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid. Obat-obat ini menghambat enzim
phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat
tidak terbentuk beerarti prostaglandin juga tidak terbentuk.
Golongan non steroid Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) merupakan
obat yang sering diresepkan oleh dokter dan terjual bebas di masyarakat. Obat
ini memiliki efek analgetik, anti-inflamasi, dan anti-piretik sehingga
penggunaannya sangat umum di masyarakat. OAINS dikembangkan
berdasarkan kemampuannya menghambat kerja kedua isoform enzim
siklooksigenase, baik enzim siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2.3,4
OAINS yang selektif terhadap enzim siklooksigenase-2 dianggap lebih aman
karena memiliki sifat protektif terhadap mukosa gastrointestinal.

Anda mungkin juga menyukai