Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM URINE BIOLOGI

Laporan Praktikum
PENGUJIAN URINE SECARA KUALITATIF

Nama : Agustina Zahrotul jannah


NIS: 6086
Kelas : XI MIPA 2

SMA Negeri Mojoagung


Tahun 2018/2019
ISI
BAB I PENDAHULUAN
Berisi:
A. Latar Belakang Masalah

Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat yang
sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan.
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine normal berwarna jernih
transparan warna kuning muda. Urine beraasal dari zat warna empedu. Urine berbau
khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2 kandungan air, urea,
asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume
urine normal, kisaran 900-1200 ml. Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi
yang berfungsi membuang zat sisa hasi lammonia sm. Zat sisa hasil ammonia sm
merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air
(H20), ammonia (NH3), urea dan zat warna empedu. Zat sisa ammonia sm tersebut
sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan
dapat menimbulkan penyakit. ( Mintoyo, 2019 )

B. Tujuan Paktikum:
1. Untuk mengetahui warna urine
2. Untuk mengetahui pH urine
3. Untuk mengetahui kandungan ammonia pada urine
4. Untuk mengetahui kandungan glukosa pada urine
5. Untuk mengetahui kandungan protein 1 pada urine
6. Untuk mengetahui kandungan protein 2 pada urine
7. Untuk mengetahui kandungan klorida dalam urine

C. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana warna urine?
2. Bagaimana pH urine?
3. Apakah terdapat kandungan ammonia pada urine?
4. Apakah terdapat kandungan glukosa pada urine?
5. Apakah terdapat kandungan protein pada urine?
6. Apakah terdapat kandungan protein pada urine?
7. Apakah terdapat kandungan klorida dalam urine?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. URINE
Urine merupakan hasil dari ekskresi tubuh yang dihasilkan dari proses penyaringan darah di
ginjal, proses terbentuknya urine bisa menjadi salah satu indikator kesehatan tubuh.

Karenanya kita perlu untuk mengetahui ciri urine yang sehat atau normal dengan yang
abnormal, hal ini dapat menjadi peringatan awal apakah kita sedang menderita suatu
penyakit. Untuk lebih jelasnya berikut adalah ciri urine yang normal dan yang tidak normal :

1. Volume

Hal pertama yang dapat kita amati adalah dari jumlah atau volumenya, normal dalam satu
hari manusia menghasilkan 600 hingga 1.600 ml per hari, namun semua itu juga bergantung
pada seberapa banyak cairan masuk ke dalam tubuh dan kehilangan cairan tersebut.
Apabila seseorang hanya menghasilkan urine sebanyak 100 sampai 600 ml setiap 24 jam
maka orang tersebut sedang mengalami oliguri, dan bila volumenya dibawah 100 ml per 24
jam maka disebut dengan anuri, sementara bila melebihi 2.500 ml per 24 jam maka disebut
poliuri.

Selain itu perbedaan urine normal dengan yang tidak normal dalam segi volume juga harus
memperhatikan volume pada siang dan malam hari. Normalnya manusia akan mengeluarkan
urine lebih banyak di siang hari dibandingkan pada malam hari. Bila volume urine di malam
hari lebih banyak dibandingkan siang harinya maka dapat dikatakan abnormal.

2. Derajat keasamaan

Ciri kedua dapat dilihat dari derajat keasaman atau pH urine tersebut. Derajat keasaman
atau pH sendiri dapat dinilai mulai dari 0 – 14 pH yang dapat diukur menggunakan kertas
lakmus atau untuk lebih praktisnya dapat menggunakan pH meter atau alat ukur pH.

Dalam keadaan normal, urine memiliki derajat keasaman sekitar 6,5 pH atau untuk lebih
lengkapnya adalah sekitar 4,6 – 8,0 pH. Jadi pada kondisi normalnya urine memang sedikit
lebih asam, namun apabila urine terlalu asam dapat disebabkan oleh diabetes atau kondisi
kelaparan. Sedangkan bila urine terlalu basa dapat disebabkan karena muntah yang hebat
atau karena saluran kemih yang terinfeksi.

3. Berat jenis

Hal ketiga yang dapat kita perhatikan untuk membedakan urine normal dan abnormal
adalah dari berat jenisnya, urine normal sendiri mempunyai berat jenis sekitar 1,003 – 1,030
atau rata – ratanya 1,020. Urine yang memiliki berat jenis paling berat adalah urine pada
pagi hari atau urine yang pertama kita keluarkan setelah bangun tidur, sedangkan yang
paling rendah adalah urine yang dikeluarkan sekitar 1 jam setelah meminum cairan yang
cukup banyak. Jadi urine yang abnormal sendiri dapat diindikasikan dari berat jenis yang
selalu sama sepanjang hari, hal ini yang dialami oleh penderita gagal ginjal kronis.

4. Warna

Ciri ini merupakan ciri yang paling mudah diamati, dari warna urine kita dapat mengetahui
kondisi tubuh kita. Urine yang normal biasanya memiliki warna kuning bening hingga kuning
tua, hal ini dipengaruhi oleh jumlah cairan atau air putih yang kita konsumsi dalam sehari.
Urine abnormal biasanya dapat berwarna merah, pink, biru, hijau hingga cokelat yang
dipengaruhi karena makanan berpigmen kuat, penyakit sistem kemih maupun efek dari obat
tertentu.

5. Kandungan

Urine normal sendiri biasanya mengandung 96% air dan yang 4% sisanya adalah material
padat. Material padat ini dapat berupa garam, pigmen, amonia, dan masih banyak lagi
dimana pada urine abnormal kandungan zat padat tersebut dapat melebihi angka tersebut.
Sebagai contohnya urine yang mengandung protein secara berlebihan, atau bahkan
kelebihan glukosa maka akan memiliki zat padat yang lebih dari angka tersebut.
B. Pembentukan urine
Gambar 2.1 proses pembentukan urine (Andhisa, Shabrina 2018)

Pembentukan urine terdiri dari tiga proses yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi (pengumpulan) atau sekresi.

1. Filtrasi (penyaringan)
Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan tempat pembentukan urine.
Pada waktu tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan melalui ginjal untuk disaring
sehingga tubuh dapat menghilangkan zat-zat sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan
cairan, pH darah, dan kadar darah.

Bagian pertama dari proses pembentukan urine adalah filtrasi yaitu proses penyaringan
darah yang mengandung zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun untuk tubuh. Pada
gambar di atas, proses pembentukan ini ditandai dengan huruf A.

Filtrasi terjadi di badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan kapsul Bowman.
Glomerulus menyaring air, garam, glukosa, asam amino, urea dan limbah lainnya untuk
melewati kapsul Bowman. Hasil filtrasi ini menghasilkan urine primer.

Urine primer termasuk urea di dalamnya, yang dihasilkan dari amonia yang terkumpul ketika
hati memproses asam amino dan disaring oleh glomerulus.

2. Reabsorpsi
Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi, tetapi sebagian besar diserap kembali
sebelum dikeluarkan dari tubuh. Reabsorpsi terjadi di tubulus proksimal nefron, lengkung
Henle (loop of Henle), tubulus distal dan tubulus pengumpul. Pada gambar di atas, proses
reabsorpsi ditandai dengan huruf B.

Air, glukosa, asam amino, natrium, dan nutrisi lainnya diserap kembali ke aliran darah di
kapiler yang mengelilingi tubulus. Air bergerak melalui proses osmosis, yaitu pergerakan air
dari area konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Hasil pada proses
pembentukan urine ini adalah urine sekunder.

Biasanya semua glukosa diserap kembali. Namun, pada orang dengan diabetes, kelebihan
glukosa tetap bertahan dalam filtrat. Natrium dan ion-ion lain diserap kembali secara tidak
lengkap, dengan proporsi yang lebih besar tersisa dalam filtrat ketika lebih banyak
dikonsumsi dalam makanan, menghasilkan konsentrasi darah yang lebih tinggi. Hormon
mengatur proses transport aktif di mana ion seperti natrium dan fosfor diserap kembali.

3. Sekresi atau augmentasi


Sekresi adalah tahap terakhir dalam pembentukan urine, yaitu ketika urine akhirnya
dibuang. Dalam gambar di atas, proses sekresi ditandai dengan huruf C. Beberapa zat
mengalir langsung dari darah di sekitar tubulus distal (distal convoluted tubule) dan tubulus
pengumpul (collecting tubule) ke tubulus tersebut.

Sekresi alias pembuangan ion hidrogen melalui proses ini adalah bagian dari mekanisme
tubuh untuk menjaga pH yang tepat, atau keseimbangan asam dan basa tubuh.

Ion kalium, ion kalsium, dan amonia juga dibuang pada tahap ini, seperti beberapa obat. Ini
supaya komposisi kimia darah tetap seimbang dan normal.

Prosesnya terjadi dengan meningkatkan pembuangan zat seperti kalium dan kalsium ketika
konsentrasi tinggi dan dengan meningkatkan reabsorpsi dan mengurangi sekresi ketika
tingkatnya rendah.

Urine yang dibuat oleh proses ini kemudian mengalir ke bagian tengah ginjal yang disebut
pelvis ginjal, kemudian terus mengalir ke ureter dan kemudian tersimpan di kandung kemih.
Dari kandung kemih, urine selanjutnya mengalir ke uretra dan akan dibuang keluar saat
buang air kecil.

C. Kelainan dan gangguan pada ginjal dan salurannya


1. Batu Ginjal
Batu ginjal adalah penyakit yang ditandai dengan adanya endapat garam kalium dan asam
urat di dalam ginjal yang kemudian membentuk kalsium karbonat sehingga menghambat
aliran urine dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Gejala yang sering terjadi adalah rasa sakit
saat buang air kecil dan urine sulit keluar dari tubuh. Cara mencegah terbentuknya batu
ginjal adalah tidak menahan kencing terlalu lama dan perbanyak minum air. Cara mengobati
batu ginjal adalah dengan menghancurkannya dengan sinar laser.

2. Uremia
Uremia adalah penyakit tertimbunnya urea di dalam darah sehingga mengakibatkan
keracunan. Penyakit ini merupakan akibat dari gagal ginjal yang membuat urea tidak bisa
dikeluarkan oleh tubuh dan menumpuk di dalam darah. Penyebab uremia yang lain adalah
terlalu banyak mengkonsumsi protein, obat-obatan seperti kortikosteroid, tekanan darah
rendah, dan gangguan pada aliran kemih. Gejala uremia antara lain mual, muntah, anemia,
kelelahan, asidosis, anoreksia, koagulopati, penurunan berat badan, kelainan endokrin, kram
otot, kelainan jantung, dan perubahan mental. Cara menyembuhkan uremia adalah dengan
melakukan dialisis untuk mengurangi kadar urea.

3. Pyelonephritis
Pyelonephritis adalah penyakit peradangan pada jaringan ginjal dan pelvis. Pyelonephritis
disebabkan oleh bakteri dan dapat menjadi akut serta kronis. Penyakit ini dapat menyebar
ke bagian utama ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. Gejala pyelonephritis antara lain
demam, jantung berdetak lebih kencang, dan sakit saat buang air kecil. Cara mengobati
pyelonephritis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai aturan.

4. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah kelainan dimana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
sebagai alat penyaring darah. Gagal ginjal sangat berbahaya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian karena ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dibuang
dari tubuh. Sehingga zat-zat tersebut menumpuk di dalam darah dan dapat meracuni tubuh.
Penyebab gagal ginjal adalah rusaknya nefron di dalam ginjal yang disebabkan oleh kadar
obat-obatan, logam berat, dan larutan organik yang berlebihan. Diabetes juga dapat
menyebabkan gagal ginjal. Kelainan ini tidak dapat disembuhkan, tetapi penderita gagal
ginjal dapat melakukan cuci darah secara teratur untuk mengurangi kadar racun di dalam
darah. Penderita juga dapat melakukan operasi cangkok ginjal untuk menggantikan ginjal
yang telah rusak.

5. Nefritis
Nefritis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan glomerulus ginjal akibat
reaksi alergi terhadap racun yang dikeluarkan bakteri Streptococcus. Ketika glomerulus
rusak, glomerulus tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Sehingga molekul besar
seperti protein dapat masuk ke dalam urin atau glomerulus sama sekali tidak dapat
meloloskan sesuatu sehingga dapat menyebabkan pembengkakan pada kaki akibat
penimbunan urea. Penyakit ini dapat diatasi dengan melakukan cangkok ginjal dan cuci
darah sampai mendapatkan donor ginjal.

6. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah gangguan yang ditandai dengan keluarnya protein dalam jumlah
besar melalui urine. Hal ini menyebabkan penderita kekurangan protein di dalam darah
sehingga dapat menimbulkan penyakit lain seperti malnutrisi, penggumpalan darah,
kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan bahkan gagal ginjal. Gejala sindrom nefrotik
adalah pembengkakan di sekitar mata, pergelangan kaki, dan kaki serta urine menjadi
berbusa. Penyebab sindrom nefrotik kebanyakan diakibatkan oleh penyakit lain seperti cacat
genetika, diabetes, hepatitis B, kanker, dan gagal jantung. Namun ada juga yang disebabkan
oleh beberapa jenis obat seperti obat anti-inflamasi. Cara mengobati sindrom nefrotik
adalah dengan menyembuhkan penyakit yang menyebabkan timbulnya penyakit ini.

7. Glomerulonephritis
Glomerulonephritis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya darah dan protein dalam
urine diakibatkan oleh adanya kerusakan pada glomerulus yang disebabkan oleh bakteri
streptococcal. Bakteri ini menyerang saat daya tahan tubuh menurun. Bakteri ini menyerang
glomerulus sehingga terjadi peradangan. Gejala glomerulonephritis adalah terdapat darah
pada urin, pembengkakan pada jaringan tubuh, dan terdapat protein pada urin.
Glomerulonephritis dapat sembuh dengan sendirinya walaupun tanpa pengobatan.

8. Anuria
Anuria adalah penyakit yang ditandai dengan gagalnya ginjal dalam memproduksi urine.
Penyebab anuria adalah kurangnya tekanan untuk melakukan filtrasi darah atau terdapat
peradangan di glomerulus. Batu ginjal atau tumor juga dapat menyebabkan anuria.
Kurangnya tekanan menyebabkan darah tidak dapat masuk ke glomerulus sehingga proses
filtrasi (penyaringan darah) tidak terjadi. Ciri-ciri anuria adalah produksi urin kurang dari 100
mililiter per hari. Cara menangani anuria bergantung dengan penyebabnya. Pengobatan
menjadi lebih mudah jika anuria disebabkan oleh kurangnya tekanan yakni dengan
memasukkan alat bantu saluran urine menuju kandung kemih.

9. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai oleh adanya glukosa di dalam urine. Penyakit
ini juga disebut penyakit gula atau glukosuria. Penyebab diabetes melitus adalah kekurangan
hormon insulin sehingga nefron tidak mampu melakukan absorpsi glukosa dan terbuang
bersama urine. Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan
dengan mengurangi makan makanan berkarbohidrat, rajin olahraga, dan meminum obat
tertentu yang sesuai resep dokter.

10. Albuminuria
Albuminuria adalah penyakit yang ditandai dengan adanya protein albumin di dalam urine.
Penyebab albuminuria adalah terjadi kerusakan pada glomerulus sehingga partikel besar
seperti albumin bisa lolos. Kerusakan tersebut bisa terjadi karena terdapat luka di
glomerulus, iritasi akibat logam berat, dan bakteri. Cara mencegah albuminuria adalah
dengan mengkonsumsi makanan dengan jumlah zat gizi seimbang dan minum air 8 gelas
setiap hari. Cara mengobati albuminuria adalah dengan melakukan cangkok ginjal.

11. Hematuria
Hematuria adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah merah pada urine.
Penyebab hematuria adalah terdapat peradangan pada organ ginjal yang timbul akibat
terjadi gesekan dengan batu ginjal. Hematuria juga dapat disebabkan oleh adanya kelainan
pada glomerulus atau terdapat tumor pada saluran kemih. Ciri-ciri hematuria adalah saat
buang air kecil muncul darah pada urine. Cara mengobati hematuria adalah dengan
menyembuhkan penyakit yang menyebabkannya.

12. Polisistik
Polisistik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan saluran ginjal yang menyebabkan
munculnya kista (pertumbuhan sel abnormal berbentuk seperti benjolan) di sepanjang
saluran ginjal sehingga nefron menjadi rusak. Penyakit ini dapat berkembang menjadi gagal
ginjal pada usia empat puluh tahun ke atas. Polisistik umumnya disebabkan oleh faktor
keturunan. Cara mengatasi polisistik adalah dengan diet, obat, atau infus.

BAB III METODE PRAKTIKUM


A. Sampel praktikum
Sampel urine yang digunakan adalah urine saya sendiri. Pengambilan urine dilakukan pada
pagi hari setelah bangun tidur tanggal 15 maret 2019 pukul 05.00 am. Cara pengambilan
urine yakni dengan mengambil urine yang keluar pada bagian pertengahan dan urine yang
keluar langsung dimasukkan ke dalam botol plastik.
B. Alat dan Bahan
 Alat
o Tabung reaksi: 4
o Rak
o Bunsen dan kaki tiga
o Klip
o Ph meter/ indikator universal
o pembakar spiritus
 Bahan
o Asam asetat
o Biuret
o Benedict
o AgNO3
o Urine
o Api
o Air

C. Prosedur praktikum

1. Pemerikasaan bau
Membau masing masing urine dengan cara mendekatkan ujung tabung reaksi ke bawah
lubang hidung lalu mengibaskan tangan di Atas tabung sehingga aroma khas yang
dikeluarkan masuk dalam hidung.

2. Pemeriksaan warna
Mengamati warna yang terlihat pada urine masing – masing lalu mencatatnya dalam tabel.

3. Pemeriksaan pH Urine
Dengan mencocokkan perubahan warna kertas indikator universal yang sudah dicelupkan ke
dalam urine pada indikatornya.

4. Pemeriksaan Glukosa I
1. Memasukkan 2 ml urine kedalam tabung reaksi

2. Menambahkan 5 tetes larutan benedict

3. Menjepit dengan penjepit, kemudian memanaskan dengan lampu spritus

4. Mencatat perubahan warna yang terjadi


Reagensia : (spt : benedict, fehling, nylander).
5. Pemeriksaan Protein I
Pemanasan dengan Asam Asetat:
1. Memasukkan urine yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi,kemudian memanasi
bagian atas tabung di Atas nyala api.

2. Mata tetap memperhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urine itu, dengan
membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi.

3. Kemudian meneteskan ke dalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes larutan asam
asetat 6%. Jika kekeruhan itu tetap atau bertambah keruh berarti tes protein Positif.

4. Memanaskan sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian diberi
penilaian semi kuantitatif kepada hasilnya.
6. Pemeriksaan Protein II

1. Memasukkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi

2. Menambahkan 5 tetes larutan biuret, dan membiarkan selama 5 menit

3. Mengamati perubahan warna yang terjadi

7. Pemeriksaan Clor

1. Memasukkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi


2. Menambahkan 5 tetes larutan AgNO3 5 %

1. Metode Observasi:
a. Pemeriksaan ammonia
jika urine yang dikibaskan mengeluarkan aroma yang khas, berarti urine tersebut
mengandung ammonia.
b. Pengujian warna
a. Warna Merah :
 Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin (berarti ada perdarahan saluran
kencing).
 Oleh karena obat tertentu.
 Karena zat warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.
b. Warna Jingga :
 Zat warna empedu.
 Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat
fenothiazin.
c. Warna Kuning :
 Urine pekat.
 Keberadaan urobilin dan bilirubin.
 Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif.
d. Warna Hijau :
 Keberadaan biliverdin.
 Keradaan bakteri pseudomonas
 Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif.
e. Warna Biru :
 karena patologis Deuretika tertentu.
f. Warna Coklat :
 Keberadaan hematin asam, mioglobin dan zat warna empedu
 Obat-obat nitrofurantioin, levodova.
g. Warna Hitam/ hampir hitam :
 Keberadaan melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol.
 Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol.
Urine yang berwarna coklat disertai buih biasanya disebabkan oleh penyakit liver
atau saluran empedu.

c. Pengujian ph urine
Kertas indikator yang telah dicelupkan kemudian dicocokkan perubahan warna yang
muncul dengan indikator yang tertera

Gambar 3.1 PH meter (Hidayat, 2018)


d. Pengujian glukosa
Penilaian Hasil :
1. Dinyatakan negative (-) apabila tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit
kehijauan (tidak ada glukosa).
2. Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa).
3. Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa).
4. Posistif 3 (+++) : warna jingga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa).
5. Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa).

e. Pengujian protein
 Pengujian protein 1
Penilaian Hasil:
1) - : tidak ada kekeruhan.
2) + : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).
3) ++ : kekeruhan mudah di lihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan
tersebut (0,05-0,2%).
4) +++ : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).
5) ++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).
 Pengujian protein 2
Jika terjadi perubahan warna menjadi ungu maka positif ada protein.
f. Pengujian klorida
jika terdapat endapan berwarna putih pada urine tersebut setelah ditetesi AgNO3,
berarti urine tersebut positif mengandung klorida atau garam garam mineral.

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Urine Secara Kualitatif


nama Sifat fisik urine Kandungan uji glukosa Uji protein
warna kekeruhan ph klorida (urine +
benedict )

Urine Kuning - 5,5 + Awal Akhir Kandun Warna Kandunga


sendiri cerah gan n
glukosa protein
Kuning Hijau + Tidak -
cerah kekuni ( 0,5 – 1 keruh
ngan %) dan
keruh tidak
warna
ungu

Uji ammonia
Kondisi bau kandungan ammonia
Sedikit menyengat +
B. Pembahasan
1. pH urine
Berdasarkan hasil data pengamatan diperoleh pH urine 5,5 . Dengan mencocokkan
indikator warna berarti pH urine di ambang batas normal, dimana urine normal berkisar
antara 4,6 sampai dengan 8,0 . Urine yang diteliti memang terlalu asam. Urine yang
asam bisa disebabkan karena pemilik urine terlalu banyak memakan makanan atau
minuman yang mennyebabkan hasil metabolismenya asam. Misalnya banyak makan
protein hewani (daging sapi, unggas, dan olahan produk hewani) dan hasil olahan biji-
bijian (roti, kue dll).

2. Warna
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil urine yang diuji dengan warna kuning
cerah. Penyebab yang paling mungkin dari warna urine seperti ini adalah suplemen
vitamin. Biasanya kelebihan suplemen vitamin C dan B yang dikonsumsi menyebabkan
warna urine yang diuji menjadi kuning cerah. Penyebabnya adalah kandungan riboflavin
pada kedua vitamin tersebut cepat larut dalam air dan cepat diserap dalam jumlah besar
sebelum mereka mencapai usus. Bahkan zat ini hanya butuh 30 menit untuk diproses
dalam ginjal.

3. Kandungan
Dari hasil data pengamatan di atas dketahui adanya kandungan :
 Amonia, Karena urine yang diuji mengeluarkan aroma urine yang khas. Hal ini
dapat dibilang normal. Namun, jika urine dengan aroma yang lebih kuat
daripada biasanya, mungkin saja merupakan pertanda bahwa sedang mengidap
penyakit tertentu.
 Klorida , diketahui dari munculnya endapan berwarna putih yang mengendap
pada tabung reaksi setelah ditetesi oleh AgNO3 ( perak nitrat ). Jadi
terbentuknya endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl-
yang berasal dari urine diikat oleh Ag+ dari AgNO3. Adanya endapan
menunjukkan bahwa kinerja ginjal dan pembuluh darah terganggu.
 Glukosa, diketahui berdasarkan adanya perubahan warna urine yang semula
berwarna kuning cerah , setelah ditetesi oleh benedict menunjukkan perubahan
warna menjadi hijau kekuningan dan keruh dimana pernyataan ini menunjukkan
adanya kandungan glukosa sebesar 0,5 sampai dengan 1 % . kandungan sedikit
glukosa pada urine mengindikasikan adanya masalah pada tubulus kontortus
proximal dalam menyerap glukosa.
Urine yang diuji tidak memperlihatkan adanya kandungan protein,karena saat
ditetesi biuret tidak menunjukkan perubahan warna ungu pada urine dan tidak
menunjukkan kekeruhan saat ditetesi dengan larutan asam asetat. Jadi dapat ditarik
hasil bahwa urine yang diuji negatif akan kandungan protein.

BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Ph urine normal pada manusia ialah 4,6 sampai dengan 8,0. Urine yang saya uji
memperoleh ph sebesar 5,5. Jadi masih di ambang batas normal
2. Urine yang saja uji berwarna kuning cerah tidak keruh
3. Urine yang saja uji menunjukkan adanya kandungan ammonia yang ditandai dengan
aroma urine yang khas
4. Urine yang saya uji negatif kandungan protein, tetapi positif kandungan klorida dan
terdapat sedikit kandungan glukosa.

B. Saran
Dalam melakukan pengujian urine ini saya sarankan agar hati hati dalam menggunakan api
pada pembakar spiritus dalam proses pemanasan urine dan saya beritahu agar kalian tidak
terlalu jijik atau tidak berani dengan urine diri sendiri karena hal ini merupakan suatu
pembelajaran bukan suatu hal yang menjijikan. Tetaplah selalu memperhatikan kebersihan
dalam melakukan setiap pengujian urine.

DAFTAR PUSTAKA
Mallardsgroups.Tersedia https://www.mallardsgroups.com/ciri-urine-yang-normal/ .
Diakses 25 – 2 – 2019.
Mintoyo, muslim. Tersedia https://www.academia.edu/27512857/BIOLOGI_LAPORAN_UJI_URINE,
Diakses 17 – 3 – 2019
Shabrina, andhisa. Tersedia https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/proses-pembentkan
urine/, Diakses 10 - 4 – 2018
Sasrawan, hedi. Tersedia hedisasrawan.blogspot.com/2015/04/12-kelainan-dan-penyakit-pada-
ginjal.html, Diakses 12 – 4 – 2015
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai