Nama kelompok : 1. Riska Fitriani (P17220194052) 2. Dicky Yuserwan Syah (P17220194053) 3. Desty Icha Cahyani (P17220194064) 4. Haris Widya Ningrum (P17220194076) 5. Irma Ayu Fadlillah (P17220194084)
a. Mekanisme Pembentukan Urine
1. Filtrasi (Penyaringan) Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari glomelurus menuju ke ruang kapsula bowman dengan menembus membran filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga lapisan, yaitu sel endotelium glomelurus, membran basiler, dan epitel kapsula bowman. Tahap ini adalah proses pertama dalam pembentukan urine. Darah dari arteriol masuk ke dalam glomerulus dan kandungan air, glukosa, urea, garam, urea, asam amino, dll lolos ke penyaringan dan menuju ke tubulus. Glomerulus adalah kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula bowman. Ukuran saringan pada glomerulus membuat protein dan sel darah tidak bisa masuk ke tubulus. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium yang berfungsi untuk memudahkan proses penyaringan. Filtrasi menghasilkan urine primer/filtrat glomerulus yang masih mengandung zat-zat yang masih bermanfaat seperti glukosa, garam, dan asam amino. Urin primer mengandung zat yang hampir sama dengan cairan yang menembus kapiler menuju ke ruang antar sel. Dalam keadaan normal, urin primer tidak mengandung eritrosit, tetapi mengandung protein yang kadarnya kurang dari 0,03%. Kandungan elektrolit (senyawa yang larutannya merupakan pengantar listrik) dan kristaloid (kristal halus yang terbentuk dari protein) dari urin primer juga hampir sama dengan cairan jaringan. Kadar anion di dalam urin primer termasuk ion Cl- dan ion HCO3-, lebih tinggi 5% daripada kadar anion plasma, sedangkan kadar kationnya lebih rendah 5% daripada kation plasma. selain itu urin primer mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino. 2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali) Reabsorpsi terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal dan dilakukan oleh sel-sel epitelium di tubulus tersebut. Fungsinya adalah untuk menyerap kembali zat-zat di urine primer yang masih bermanfaat bagi tubuh seperti glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-. Air akan diserap kembali melalui proses osmosis di tubulus dan lengkung henle. Zat-zat yang masih berguna itu akan masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus. Hasil dari reabsorpsi adalah urine sekunder/filtrat tubulus yang kadar ureanya lebih tinggi dari urine primer. Urine sekunder masuk ke lengkung henle.Pada tahap ini terjadi osmosis air di lengkung henle desenden sehingga volume urin sekunder berkurang dan menjadi pekat. Ketika urine sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa keluar dari tubulus, sehingga urea menjadi lebih pekat. 3. Augmentasi (Pengumpulan) Setelah melewati lengkung henle, urine sekunder akan memasuki tahap augmentasi yang terjadi di tubulus kontortus distal. Disini akan terjadi pengeluaran zat sisa oleh darah seperti H+, K+, NH3, dan kreatinin. Ion H+ dikeluarkan untuk menjaga pH darah. Proses augmentasi menghasilkan urine sesungguhnya yang sedikit mengandung air. Urine sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia, sisa-sisa pembongkaran protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-obatan, hormon, serta garam mineral. Kemudian urine sesungguhnya akan menuju tubulus kolektivus untuk dibawa menuju pelvis yang kemudian menuju kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Urine inilah yang akan keluar menuju tubuh melalui uretra. Sistem perkemihan berfungsi sebagai pengeluaran zat sisa metabolisme selain itu membantu tubuh menyaring dan mengeluarkan produk sisa dan menjaga bahan kimia yang masih diperlukan tubuh dan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis air, ion , pH, tekanan darah, kalsium, dan sel darah merah. kandungan urine primer dalam keadaan normal: 1. Air (900 gram) 2. Bikarbonat 3. Natrium 4. Klorida 5. Protein (kurang dari 0,03%) 6. Kalium 7. Glukosa 8. Garam 9. Asam amino (0,5 gram) 10. Ion Cl- 11. Urea (0,3 gram) 12. Ion anorganik (7,2 gram) 13. Ion HCO3- Pemeriksaan bobot jenis urine - Bayi baru lahir : 1,001 – 1,020 gr/ml - Anak – anak : 1,005 – 1,030 gr/ml - Dewasa : 1,005 – 1,030 gr/ ml
Warna – warna pada urine
1. Bening/Transparan Warna urine yang transparan memiliki arti baik. Ini artinya tubuh Anda terhidrasi lebih dari cukup. 2. Kuning Pucat Jika warna urine Anda adalah kuning pucat artinya Anda sehat. Ini juga berarti tubuh Anda terhidrasi dengan baik. 3. Kuning Warna urine kuning merupakan warna yang normal. Ini juga menunjukkan bahwa tubuh Anda cukup terhidrasi. 4. Kuning Tua Warna ini menunjukkan Anda baik-baik saja. Tapi, mungkin Anda perlu menambah asupan air karena ini berarti tuuh Anda sudah dalam ambang batas terhidrasi. 5. Kecokelatan atau Warna seperti madu Warna kecokelatan pada urine Anda menunjukkan Anda mengalami dehidrasi. Artinya, Anda perlu minum banyak air untuk mengatasinya. Baca juga: Temuan Baru, Tes Darah dan Urine Bisa Deteksi Autisme 6. Cokelat Warna urine yang cokelat pekat memiliki arti kurang baik. Itu karena warna ini bisa menunjukkan adanya penyakit hati (liver) atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa meminum lebih banyak air. Jika setelah minum banyak air warna urine tidak berubah, Anda bisa segera memeriksakan diri ke dokter. 7. Oranye Warna oranye pada urine menunjukkan bahwa Anda sedang dehidrasi atau mengalami masalah liver atau saluran empedu. Selain itu, warna ini juga bisa disebabkan oleh pewarna makanan yang Anda konsumsi. Jika mengalami warna urine seperti ini, Anda perlu mengingat kembali makanan apa yang menyebabkan warna tersebut. Tapi jika Anda tidak memakan makanan berpewarna, segera temuilah dokter untuk memriksakan diri. 8. Biru atau hijau Warna urin biru atau hijau kebanyakan disebabkan oleh pewarna makanan. Tapi jangan sepelekan, ini juga bisa berarti beberapa hal. Misalnya, efek dari obat-obatan, infeksi bakteri, atau penyakik genetik yang langka. Untuk memastikannya, segera temui dokter. 9. Pink atau kemerahan Jika sebelumnya Anda mengonsumsi buah bit, blueberry, atau makanan berpewarna merah, Anda tak perlu khawatir. Namun, jika tidak, sudah sewajarnya Anda memeriksakan diri ke dokter. Itu karena warna kemerahan dalam urine bisa menunjukkan adanya infeksi, darah, masalah prostat, atau penyakit ginjal. 10. Berbusa atau berbuih Bagi Anda yang mengalami urine berbusa atau berbuih, mungkin ada masalah pada ginjal atau hanya kelebihan protein. Meski begitu, jika hal ini terjadi terus-menerus, sebaiknya segera temui dokter. 11. Warna lain Masih banyak warna yang mungkin terjadi pada urine seseorang. Misalnya warna ungu atau warna yang lainnya. Meski mungkin aneh, tak perlu takut dengan warna-warna ini. Bisa jadi itu hanya karena pewarna makanan, obat-obatan, atau obat kemoterapi. Pada saat musim hujan atau pada cuaca dingin sering kali BAK keadaan ini disebabkan karena tubuh berusaha untuk menjaga suhu hangat dengan cara menyempitkan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah di kulit. Proses ini disebut vasokontriksi, penyempitan pembuluh darah menyebabkan tekanan darah meningkat karena darah dengan jumlah yang sama memiliki ruang yang lebih sempit untuk mengatur tekanan darah. Ginjal menyaring kelebihan cairan dari darah untuk mengurangi volumenya. Saat kandung kemih penuh dengan cairan. Signal tubuh tanda ingin buang air kecil pun muncul. Hal inilah yang menyebabkan BAK menjadi semakin sering ketika musim dingin tiba, sebaliknya ketika musim panas semua proses ini akan terjadi sebaliknya dan disebut dengan vasodilatasi. b. Sistem Pembuangan Metabolik Dalam Urine Pembuangan metabolik urine adalah pembuangan sisa metabolisme dari dalam tubuh yang diekskresikan oleh ginjal, lalu dikeluarkan oleh tubuh melalui sistem urinaria, urine tersebut harus dikeluarkan dari tubuh karena mengandung zat – zat berbahaya yang dapat meracuni tubuh. Sisa zat metabolik biasanya berupa urea dan sodium. Urea sendiri berasal dari protein, sedangkan sodium berasal dari zat sisa metabolisme makanan yang telah dikonsumsi tubuh. c. Mekanisme Ginjal Dalam Menjaga pH Darah Menjaga keseimbangan pH dalam darah sangat diperlukan agar fungsi tubuh berjalan normal dan kuat untuk melawan berbagai penyakit. Derajat pH darah yang tidak seimbang atau terlalu asam (asidosis) dapat meningkatkan kinerja sistem pencernaan, selain itu juga dapat meracuni darah dan menyempitkan saluran peredaran darah. Ginjal membebaskan pH darah dengan cara mengeluarkan kelebihan asam melalui basa dan dengan ekskresi urine dimana zat – zat yang dapat mengganggu pH darah dikeluarkan sesuai dengan porsinya. pH normal dalam darah berkisar antara 7,35 – 7,45.
d. Mekanisme Ginjal Dalam Menjaga Perfusi Jaringan (Aldosteron,
Renin- Angiostensin, ADH, dan NAP) Ginjal dalam menjaga perfusi jaringan melibatkan hormon aldosteron, renin – angiostensin, ADH dan NAP, berperan penting dalam keseimbangan NaCl, volume CES dan tekanan darah arteri. Aldosteron juga merangsang transport Na+ , meningkatkan sekresi K H+ dan nhK4+, mempengaruhi transpor ion termasuk kelenjar keringat mukosa intestinal, serta kelenjar saliva aldosteron juga mempengaruhi sintesis RNA dan protein. Vasopresin berfungsi dalam mengatur reabsorpsi air di ginjal dalam proses kandung kemih. e. Menjelaskan Tanda dan Gejala Ginjal Mengalami Kerusakan (Gagal Ginjal) Gejala awal penyakit ginjal : 1. Jumlah urine sedikit. 2. Kulit pucat, gatal, dan sangat kering. 3. Mual, muntah, dan nafsu makan menurun. 4. Bengkak dibeberapa bagian tubuh, seperti mata dan pergelangan kaki. 5. Terjadinya kram otot, khususnya otot bagian kaki. 6. Napas pendek atau munculnya rasa lelah yang terus menerus. 7. Bau napas tidak enak dan tercium seperti bau urine. 8. Mengalami hipertensi. Jika terjadi pada anak – anak , biasanya gejala awal penyakit ginjal meliputi sering mengantuk, nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat dan mudah merasa lelah. Gagal ginjal kronis adalah penyakit dengan kondisi fungsi ginjal menurun secara bertahap, kerusakan ginjal bisa berupa kelainan jaringan, komposisi darah, dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan. Gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit interstisial tubulus akan menyebabkan kerusakan primer pada tubulus renal, yaitu nefron dalam medula renal akan mendahului gagal ginjal sebagaimana permasalahan yang ditemukan pada asidosis tubulus renal, yaitu deplesi garam dan gangguan pengenceran serta pemekatan urine. Jika penyebab primernya adalah kerusakan vaskuler atau glomerulus maka gejala proteinuria, hematuria dan sindrom nefrotik akan lebih menonjol . Ginjal bocor atau dalam medis disebut dengan sindrom nefrotik yaitu dimana ginjal terlalu banyak mengeluarkan protein dalam urine, kebocoran ini disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah kecil (glomerulus) pada ginjal, sehingga tidak dapat menyaring darah dengan baik. Beda kasus lagi dengan batu ginjal, batu ginjal adalah suatu kejadian ketika pada ginjal atau saluran kemih terdapat struktur kristal keras yang berasal dari kalsium, kolestrol, atau asam urat, batu ginjal lebih sering diidap oleh pria daripada wanita. Sedangkan, batu empedu terjadi karena penumpukan komponen dari cairan empedu pada kandung empedu yang mengkristal sehingga membentuk batu. Kebalikan dari batu ginjal, batu empedu sendiri sering dialami oleh wanita. Batu ginjal dan batu empedu memiliki risiko dan gejala yang sama
Cara Mencegah Kerusakan Pada Ginjal :
- Menerapkan pola hidup sehat. - Mengonsumsi banyak air putih. - Kurangi konsumsi garam. - Mengontrol kadar gula darah. - Memperbanyak aktifitas fisik. - Mengendalikan emosi. - Menjaga tekanan darah.