Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PERCOBAAN ALAT PERAGA SISTEM

EKSKRESI GINJAL

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD RIFA’I 6. MUHAMAD KARDINAL

2. I KETUT RYAN PUJANGGA 7. RAHMAT

3. I MADE SWASTIKE 8. RICARDO YONATAN

4. I PUTU ANDRE KUSUMA 9. SINARIO APRILIANTO

5. I WAYAN CANDRA IRAWAN

GURU PEMBIMBING : MADE PUJANGGA, S.Pd

SMAN 1 BASARANG

TAHUN 2019
I. Tujuan Percobaan
Menganalisis penerapan tekanan zat cair dalam alat peraga proses
jalannya urin

II. Dasar Teori


Hati mendapatkan kebutuhan darah dari pembuluh nadi hati dan
pembuluh vena porta yang membawa sari makan dari usus. Perombakan
eritrosit yang telah dilakukan oleh sel-sel khusus disebut histiosit.
Hemoglobin diuraikan menjadi Fe + hemin + globin. Fe disimpan dalam
hati untuk kemudian kembali ke sumsum tulang. Hemin diubah menjadi
zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin) dikeluarkan ke usus lalu
keluar tubuh bersama feses. Bilirubin (hijau biru) diosidasi menjadi
urobilin (kuning coklat) yang memberi warna pada feses dan urine.
Penyumbatan empedu (duktus koledokus) oleh batu empedu
menyebabkan empedu tidak dapat ke usus, tapi masuk ke dalam darah
sehingga warna darah menjadi kekuningan. Gangguan pada sistem
ekskresi :
a. Albuminuria yaitu terdapat albumin dan protein di dalam urine suatu
gejala kerusakan alat filtrasi dalam ginjal.
b. Diabetes melitus (kencing manis) yaitu adanya gula dalam urine hal
ini disebabkan kekurangan hormon insulin.
c. Diabetes insipidus yaitu jumlah urine menjadi berlipat ganda karena
gangguan ormon Antidiuretika (ADH). Pemeriksaan urin (urinalisis)
secara umum dapat dikerjakan dengan cara manual dan otomatik.
Cara manual: carik celup atau reaksi kimia dengan tabung (praktikum)
Cara otomatik: carik celup, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan di
alat secara otomatis Karakteristik normal di lihat dengan adanya :
1. Mikroskopik urin : dilihat dari jumlah/volume yang menggambarkan
cairan dan fungsi ginjal. Faktor yang mempengaruhi terhadap volume
urin antara lain suhu, temperatur, jumlah perspirasi, faktor hormonal
seperti ADH.
2. Warna dan kejernihan :
Warna kuning pada urin disebabkan oleh pigmen urokrom yang
merupakan hasil metabolime secara konstan di dalam tubuh.
Peningkatan urokrom biasanya disebabkan oleh kondisi tiroid.
Warna urin sebagai bahan pemeriksaan sangat bervariasi. Warna
kuning berkaitan dengan keadaan hidrasi tubuh, sedangkan warna
yang lebih gelap biasanya berkaitan erat dengan konsentrasi urin dan
Bobot Jenis yang tinggi.
3. Variasi warna urin :
Normal berwarna kuning muda sampai kecoklatan
Kuning kecoklatan atau kuning kehijauan: oksidasi bilirubin
Hijau :
pseudomonas, indikan, khlorofil
Merah muda/merah :
eritrosit, Hb, mioglobin, porfirin
Coklat hitam:oksidasi eritrosit, alkaptonuria, melanin,
keracunan feno.
4. Berat Jenis :
Berat jenis urin menggambarkan kemampuan ginjal untuk
memekatkan urin. Pengukuran BJ dipengaruhi oleh baik jumlah
partikel maupun ukuran partikel di dalam urin Rentang nilai BJ:
1.005-1030, urin yang pekat (1.025-1.030+) sedangkan urin yang
encer (1.001-1.010), anak <2 tahun (1.001-1.013)
5. Bau :
Urin normal dan segar mempunyai karakteristik bau aromatik. Cara
dengan membaui urin dan dicatat persepsinya dalam pelaporan
Implikasi :
a. Bau aseton (fruity) karena ketosis terdpt pada penderita.
b. Bau busuk akibat pemecahan urea menjadi amoniak oleh bakteri.
c. Bau seperti sirup maple/karamel
pada “maple syrup urine disease” (bayi dengan
kelainan metabolisme asam amino bawaan).
d. Bau sulfur pada sistinuria dan homosistinuria.
e. Bau yang dipengaruhi oleh makanan.
Di dalam tubuh kita terdapat suatu system pengaturan suhu dan
kadar air di dalam sel yang disebut homeostasis. Homeostasis adalah
mekanisme pengaturan untuk mempertahankan kondisi suhu tubuh yang
konstan terhsdsp lingkungsn luar, misalnya pengaturan suhu tubuh. Suhu
tubuh kita umumnya tetap sekitar 36°-37° C bila kita dalam
keadaansehat. Yang terjadi bila suhu tubuh naik, karena kepanasan atau
setelah berolah raga adalah bila kepanasan maka suhu tubuh meningkat,
lalu berkeringat, berkeringat sama dengan penguapan. Berkeringat
menyebabakan kita menjadi haus, lalu banyak minum agar suhu kita
menjadi normal kembali. Bila kita banyak berkeringat maka pengeluaran
urine meningkat.
Kelainan-kelainan dalam urin :
a. Gula Jika urin mengandung gula berlebih atau lebih dari normal ini
dapat disebabkan darah mengandung gula lebih dari normal ataupun
adanya kekurangan insulin, dengan kata lain ini lah yang disebut
dengan penyakit diabetes melitus.
b. Albumin Albuminuria adalah penyakit pada sistem ekskresi yang
ditandai dengan urine penderita mengandung albumin. Albumin
merupakan protein yang bermanfaat
bagi manusia karena berfungsi untuk mencegah agar cairan tidak
terlalu banyak keluar dari darah. Penyakit ini rnenyebabkan terlalu
banyak albumin yang lolos dari saringan ginjal dan terbuang bersama
urine. Penyakit ini antara lain disebabkan oleh kekurangan protein.
penyakit ginjal. dan penyakit hati.
c. Keton
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan
asam β
-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan
asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika
karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang
disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes
mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat
(kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak

rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. Peningkatan kadar
keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat
menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh
dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum
meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl. Keton memiliki
struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun,
kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum,
kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat
ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton
dan asam asetoasetat.
d. Urea Pengukuran kadar urea darah dan plasma telah bertahun-tahun
digunakan sebagai indikator fungsi ginjal. Akan tetapi, sekarang ini
umumnya disepakati bahwa pengukuran kreatinin memberikan
informasi yang lebih baik dalam hal ini. Meskipun demikian,
pengukuran urea plasma dan urin mungkin masih memberikan
informasi klinis yang bermanfaat pada kondisi-kondisi tertentu, dan
pengukuran urea dalam cairan-cairan dialisis banyak digunakan dalam
menilai kelayakan terapi penggantian ginjal. Beberapa faktor eksternal
mempengaruhi konsentrasi urea yang bersirkulasi, sehingga
membatasi manfaatnya sebagai sebuah uji fungsi ginjal. Sebagai
contoh, konsentrasi urea plasma meningkat dengan diet berprotein
tinggi, katabolisme protein yang meningkat, reabsorpsi protein darah
setelah perdarahan gastrointestinal, pengobatan dengan kortisol atau

analog-analog sintetiknya, dehidrasi, dan dengan perfusi ginjal yang


menurun (seperti gagal jantung). Pada kondisi-kondisi pra-renal ini,
konsentrasi kreatinin plasma bisa normal. Pada kondisi pasca-renal
obstruktif (seperti tumor ganas, nefrolithiasis, dan prostatisme),
kreatinin plasma dan konsentrasi urea akan meningkat, walaupun pada
situasi-situasi ini sering terdapat peningkatan urea plasma yang lebih
besar dibanding kreatinin karena difusi balik yang meningkat.

III. Alat dan Bahan


 Gunting
 Gergaji
 Palu
 Kuas
 Papan triplek
 Corong
 Selang kecil
 Klem kabel
 Double tip
 Botol bekas
 Cat
 Spidol
 Kertas cover warna kuning / HVS

IV. Langkah Kerja


1. Menyiapkan papan triplek dan mengecatnya
2. Memasang selang dan corong di atas triplek
3. Memasang klem kabel pada triplek sehingga membentuk saluran ginjal
4. Menyatukan selang pada triplek dengan bantuan lem tembak agar
selangnya tidak tergoyang
5. Menggambar bagian ginjal pada Kertas HVS dengan spidol
6. Memotong kertas sesuai bentuk bagian ginjal
7. Menempelkan kertas yang berisi gambar bagian ginjal pada selang
dengan double tip
8. Memasang nama bagian-bagian ginjal

V. Hasil Pengamatan Percobaan


VI. Simpulan
Dari percobaan ini, kami dapat menyimpulkan bahwa alat peraga
dibutuhkan agar dapat memahami sistem ekskresi ginjal dalam
pembentukan urine yang memerlukan nefron. Bagian dalam nefron itulah
yang akan menyaring darah menjadi urine.

VII. Referensi
https://www.academia.edu/34730593/Laporan_Sistem_Ekskresi_Urinari
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=
8&ved=2ahUKEwip0s64vtngAhXSinAKHQlvD8kQjRx6BAgBEAU&ur
l=http%3A%2F%2Fhedisasrawan.blogspot.com%2F2013%2F07%2Fbag
ian-bagian-
nefron.html&psig=AOvVaw36uMJFnBTpeDUAjChUaOeY&ust=15512
73520244398
VIII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai