Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)


MAHASISWA PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG
POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : RISKA FITRIANI

NIM : P17220194052

Tingkat : 3

Kelompok : 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan....................................................................................
dan Asuhan Keperawatan Anak ....................................................................
.....................................................................................................................
ini telah diperiksa dan disetujui pada

Hari : ……………………………
Tanggal : ……………………………

Mengetahui,
Mahasiswa

(____________________)

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(____________________) (____________________)

Kepala Ruangan

(____________________)
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis merupakan peradangan yang terjadi pada daerah
lambung dan usus yang disertai dengan gejala diare terus menerus, dengan
konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau bercampur dengan lendir
atau darah yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan patogen
paralitik (Bolon, 2021).

Gastroenteritis akut atau (GEA) adalah suatu keadaan dimana terjadi


inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan yang ditandai dengan
diare dan muntah. GEA jua dapat didefinisikan sebagai peningkatan
frekuensi, volume dan kandungan fluida dari feses penyebab umumnya
adalah infeksi, malabsorpsi, obat, alergi dan penyakit sistemik (Arfiyah,
2020)

B. ETIOLOGI
Cara penularan Gastroenteritis akut melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan
penderita atau tidak langsung melalui lalat.
GEA dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu agen infeksius dan agen
non-infeksius :
a. Faktor infeksi
- Virus, penyebab tersering dari gastroenteritis di negara berkembang
seperti jenis virus :
1. Rotavirus : GEA akibat rotavirus biasanya derajat keparahannya
diatas rata – rata diare pada umumnya dan dapat menyebabkan
dehidrasi.
2. Norovirius dan Sapoviruses : Norovirius merupakan penyebab
tersering pada orang dewasa dan juga dapat menginfeksi semua
umur. Sedangkan Sapoviruses umumnya menginfeksi anak –
anak.
3. Adenovirus : pada umumnya menyerang anak – anak dan dapat
menyebabkan penyakit pada sistem respiratori.

- Bakteri, infeksi bakteri juga dapat menjadi penyebab gastroenteritis


dan diare yaitu :
1. Diarrheagenic Escherichia – Coli
2. Camphylobacter, bakteri jenis ini biasanya ditemukan pada
orang yang sering berhubungan dengan peternakan dan bisa
menginfeksi akibat makanan yang tidak matang yang dapat
menimbulkan gejala feses sangat cair dan disentri.
3. Shigella Specis : gejala yang ditimbulkan pada infeksi bakteri ini
adalah hipoglikemia dan tingkat kematian yang tinggi.
4. Vibrio Cholera : gejala yang ditumbulkan oleh bakteri ini yang
paling sering yaitu muntah tidak dengan panas dan feses yang
konsistensinya sangat berair, bila pasien tidak terhidrasi dengan
baik dapat menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 – 18 jam
dari timbulnya gejala awal.
5. Salmonella : salmonella menyebabkan diare melalui beberapa
mekanisme.
b. Fakor Non-infeksius
- Malabsorpsi, kurangnya penyerapan seperti :
a. Karbohidrat : monosakarida (glukosa), disakarida (sakarosa)
b. Lemak
c. Asam amino
d. Protein
e. Vitamin dan mineral
- Imunodefisiensi seperti : hipogamaglobulinemia dan defisiensi IgA
- Terapi obat, orang yang mengonsumsi obat – obatan seperti
antibiotik, antasida dan masih kemoterapi dapat menyebabkan diare
akut.
- Status gizi, pada penderita diare sering terjadi diare diduga karena
mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi karena
daya tahan tubuh yang kurang.
- Perilaku hidup bersih dan sehat, seperti :
a. Kebiasaan cuci tangan
b. Kebiasaan membuang tinja
c. Menggunakan air bersih yang cukup
- Lingkungan : Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar
mikroorganisme serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat maka akan menimbulkan kejadian penyakit GEA
(Ruminem. Tandirogang, 2020)

C. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor
penyebab antara lain :
1) Faktor Kelainan pada Saluran Makanan
Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan
untuk penyakit antara lain akilia gastrika, Tumor, pasca gastrektomi,
vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis,
kolitis ulserosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan
perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding usus
menurun (normal 5 – 30x menit) hal ini menyebabkan perkembang
biakan bakteri bertambah dalam rongga usus atau jika pergerakan
dinding usus meningkat, peristaltik usus juga meningkat, sehingga
terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus, makanan
lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan kolon, kolon bereaksi cepat
untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi hipersekresi yang
menambah keenceran tinja.
2) Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa
mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan
masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus
akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat
meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan
elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare.
3) Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi, masuk
melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan akan
dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang
mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan
bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi
peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan diare.
PATHWAY

Faktor Faktor Faktor


infeksi makanan malabsorpsi

Mikroorganisme dinetralkan Makanan terkontaminasi Pergerakan dinding usus


HCL masuk ke lambung dan usus meningkat

MO yang hidup masuk ke Makanan sulit diserap usus Percepatan kontak makanan
usus halus dan mengeluarkan halus dan merusak vili dengan permukaan usus
toksin
Makanan lebih cepat masuk
Peristaltik usus meningkat
lumen
inflamasi Merusak villi usus halus

Peningkatan jumlah cairan


Hipersekresi
dalam usus
Melepasan pirogen sitokin Peristaltik usus meningkat

Merangsang SPP dan


Diare
Refleks spasme otot dinding
membentuk prostaglandin perut

Merangsang hipotalamus Bab sering Mual muntah


sehingga suhu meningkat Nyeri akut

Kehillangan cairan tubuh Intake tidak adekuatt


Hipertermi

Perubahan pola makan


Risiko hipovolemia

Defisit Nutrisi
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari gastroenteritits akut biasanya bervariasi seperti :
- Mual dan muntah
- Diare
- Nyeri abdomen
- Demam
- Dehidrasi sedang hingga berat
- Membran mukosa yang kering
- Penurunan turgor kulit
- Perubahan status mental
- Gejala pernafasan seperti : radang tenggorokan, batuk, dan rinorea
(Wedayanti et al., 2017)
Sedangkan menurut (Supriasi, 2019) tanda gejala yang muncul pada anak
yaitu :
- Anak menjadi rewel dan cengeng
- Lemas
- Gelisah
- Suhu tubuh meningkat
- Nafsu makan menurun
- Mual dan muntah
- Terdapat gejala dehidrasi

E. KOMPLIKASI
- Kehilangan cairan dan elektrolit
- Kolera
- Syok hipovolemik
- Hipokalemia dan asidosis metabolik
- Risiko haemolityc uremic syndrome (HUS) (Amin, 2015)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
- Darah
Pada pemeriksaan darah yang perlu diperiksa adalah darah lengkap
yaitu serum elektrolit berupa Na+, K+, Cl-, analisa gas darah apabila
didapatkan dengan tanda – tanda gangguan keseimbangan asam
basa.
- Feses
Pemeriksaan feses yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan feses
lengkap, pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan mikroskopis
untuk mengetahui jumlah leuosit di feses.
- Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi seperti igmoidoskopi dan kolonoskopi,
biasanya tidak embantu evaluasi diare akut (Amin, 2015)

G. PENATALAKSANAAN
 Rehidrasi Oral atau Intravena
(1) Cairan per oral: Cairan yang diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl, dan Na, HCO, Kal dan Glukosa
(2) Cairan Parentral
- Dehidrasi Ringan:
1 jam pertama 25 – 50 ml/kgBB/hari, kemudian 125 ml/kgBB/oral.
- Dehidrasi sedang: 1 jam pertama 50 – 100 ml/kgBB/oral kemudian
125ml/kgBB/hari.
- Dehidrasi berat: 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5
tetes/kgBB/menit, 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral.
b) Pemasangan NGT bila kehilangan cairan berat, gagal terapi dehidrasi
oral dan gagal mencoba berulang kali saat akses intra vena.
c) Medikamentosa
Obat yang perlu diberikan adalah obat anti sekresi, obat anti
spasmolitik dan obat antibiotik (Ruminem. Tandirogang, 2020)
Sedangkan menurut (Amin, 2015) tata laksana yang perlu dilakukan
pada pasien dengan diare yaitu :
1. Penggantian cairan dan elektrolit
Hal ini dilakukan agar menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan
rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali jika
tidak dapat minum atau diare hebat membahayakan jiwa yang
memerlukan hidrasi intavena. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus
terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat,
1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti
dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok
teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula per liter air.
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar.
2. Antibiotik
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan tanda dan gejala diare
infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan.
Pilihan obat antibiotik untuk diare infeksi akut
3. Obat Anti Diare
- Kelompok Anti-sekresi Selektif
Racecadotril bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase,
sehingga enkephalin dapat bekerja secara normal kembali.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan.
- Kelompok Opiat
Yang tergolong kelompok ini yaitu kodein fosfat 15 – 60 mg 3x
sehari, loperamid HCl 2-4 mg/ 3-4 kali dan kombinasi difenoksilat
dan atropin sulfat. Efek dari kelompok obat ini yaitu menghambatt
propulsi, penngkatan absorpi cairan, sehingga dapat memperbaiki
konistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan
dengan benar cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi
sampai 80%. Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri.
- Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin atau
smektit diberikan bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau
toksin. Melalui efek terebut sel mukosa usus terhindar kontak
langsungg dengan zat – zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit
(Amin, 2015)

H. PROGNOSIS
Prognosis pada gastroenteritis akut umumnya baik bila diatasi dengan
benar. Kematian yang banyak terjadi pada anak disebabkan karena
dehidrasi. Namun, dengan penatalaksanaan yan cepat dan tepat srta edukasi
yang baik kepada orang tua dapat mencegah prognosis yang buruk pada
pasien (Fadli & Mutiara, 2016)
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dan paling penting dalam menyusun
proses keperawatan. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi,
dan klasifikasi data. Pengkajian keperawatan terdiri atas data subjektif dan data
objektif yang keduanya di dapatkan dari pemeriksaan diagnostik,pengkajian
individu terdiri atas riwayat kesehatan ( data subjektif) dan pemeriksaan fisik
(data objektif). ( Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut Wijaya putri (2013) pengkajian yang akan di dapat pada pasien
gastroenteritis adalah :
a. Identitas klien Pengkajian meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama, suku,
pendidikan,status perkawinan,pekerjaan,alamat,tanggal masuk Rs,tanggal
pengkajian
b. Keluhan utama
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang :
Mula – mula anak menjadi cengeng atau gelisah, kemungkinan suhu
tubuh meningkat, nafsu makan berkurang dan kemungkinan timbul
gastroenteritis. Kemudian feses makin cair, mungkin disertai lendir
atau darah. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
gastroenteritis. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak pada anak.
- Riwayat penyakit sebelumnya : Apakah sebelumnya anak pernah
mengalami penyakit yang sama.
- Riwayat kesehatan keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang
menderita gastroenteritis.
d. Lingkungan Rumah dan Komunitas : Lingkungan yang kotor dan kumuh
serta personal hygine yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare
e. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Bak/Bab di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang baik,
sehingga mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral
f. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan
Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada
tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan keluarga
g. Pola Nutrisi
Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh terhadap
diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi dan
dapat menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan
dehidrasi.
h. Pola Eleminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan darah
atau lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap
kehilangan cairan lewat urin
i. Pola Iatirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
j. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang
lemah, sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya
k. Pemeriksaan Fisik (Robert Prihajo,1995)

Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow Coma Skale),
(composmentis,apatis,somnolen,delirium,sopor atau koma ).
1) Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat pertama
pengkajian
2) Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia
3) Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika terdengar
timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar
pekak,berarti mengenai organ padat
4) Auskultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area perut selama
beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif,
atau tidak ada bising usus, serta perhatikan frekuensi dan karakternya.

Sistem Penginderaan
1) Subyektif, klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan berkunang
kunang
2) Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan kebersihan kepala.
3) Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah anemis,sklera
adakah ikterus,reflek mata dan pupil terhadap cahaya,pada keadaan diare yang
lebih lanjut atau syock hipovolemik reflek pupil (-)

4) Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis


metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, nampak adanya pernafasan cuping
hidung.

Sistem Integumen
1) Subjektif : kulit kering
2) Inspeksi : kulit kering,sekresi sedikit, selaput mukosa kering, turgor kulit buruk

Sistem pernafasan
1) Subjektif : Adakah sesak atau tidak
2) Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi,irama, dan tingkat kedalaman
pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
3) Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan
4) Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vaskuler, adakan
suara nafas tambahan .

Sistem Pencernaan
1) Subjektif, merasa lapar atau haus
2) Inspeksi, buang air besar, konsistensi,bau,warna, frekuensi lebih dari 3 kali
dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
3) Auskultasi, bising usus meningkat >20 detik dengan durasi 1 menit
4) Perkusi : mendengar adanya gas,cairan atau massa (-),hepar dan lkien tidak
membesar suara tymphani.
5) Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan

Sistem perkemihan
1) Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya,dengan warna kuning pekat,dan bau
khas urin
2) Ispeksi : observasi output tiap 24 jam

Sistem Muskoloskeletal
1) Subjektif : lemah
2) Isnpeksi, klien tampak lemah,aktivitas menurun
3) Palpasi, hipotoni,kulit kering,turgor kulit
 Diagnosa Keperawatan

a. Diare b.d proses infeksi d.d BAB lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi feses lembek atau cair.

b. Risiko hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif

c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien


mengatakan nyeri pada bagian perut, nadi meningkat,
tekanan darah meningkat.

d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mnegabsorpsi nutrien d.d


berat badan menurun, nafsu makan menurun, nyeri abdomen.

 Intervensi Keperawatan
e. Intervensi diagnosa diare
Dengan kriteria hasil :
- Konsistensi feses membaik
- Frekuensi defekasi membaik
- Peristaltik usus membaik
- Nyeri abdomen membaik
Intervensi Keperawatan :
- Identifikasi penyebab diare
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

f. Intervensi diagnosa risiko hipovolemia


Dengan kriteria hasil :
- Turgor kulit meningkat
- Intake cairan membaik
- Suhu tubuh membaik
Intervensi Keperawatan :
- Periksa tanda gejala hipovolemia
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

g. Intervensi diagnosa nyeri akut


Dengan kriteria hasil :
- Keluuhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi Keperawatan :
- Identifikasi karakteristik, skala, intensitas, kualitas dan lokasi nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik

h. Intervensi diagnosa defisit nutrisi


Dengan kriteria hasil ;
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat
- Nyeri abdomen menurun
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi Keperawatan :
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Berikan suplemen makanan bila perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA

Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana diare akut. Cermin Dunia Kedokteran, 42(7),


504–508.
Arfiyah, A. (2020). Studi penggunaan antibiotik pada pasien Gastroenteritis akut
di RS Syuhada’Haji Kota Blitar tahun 2019. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Bolon, C. M. T. (2021). Gastroenteritis pada Balita dan Peran Pola Asuh Orang
Tua. Yayasan Kita Menulis.
Fadli, M. Y., & Mutiara, H. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DIARE AKUT PADA BALITA. Medical Profession
Journal of Lampung University, 6(1), 97–100.
Ruminem. Tandirogang, N. B. R. dkk. (2020). MODUL PENYAKIT TROPIS.
Gunawana Lestari.
Supriasi, A. (2019). KEJADIAN DIARE PADA BALITA. Journal of Holistic
and Traditional Medicine, 3(04), 327–330.
Wedayanti, D. P. K., Putrawan, I. B. P., & PD, S. (2017). KEPANITERAAN
KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/RSUP SANGLAH DESEMBER
2017.
KPSP An. K Usia 18 Bulan

No KPSP Ya Tidak
1. Anak bisa bertepuk tangan atau melambaikan tangan ✔
2. Anak bisa memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu dengan ✔
kata “mama”
3. Anak bisa berdiri sendiri 5 detik ✔
4. Anak bisa berdiri sendiri 30 detik ✔
5. Anak bisa memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk ✔
6. Anak bisa menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis / merengek, ✔
anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik
tangan ibu
7. Anak bisa berjalan tanpa terhuyung-huyung ✔
8. Anak bisa mengambil benda kecil seperti kacang ✔
9. Anak bisa menggelindingkan bola kearah sasaran ✔
10. Anak bisa memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri ✔

Total 9 1

 S: Sesuai = 9-10
 M: Meragukan = 7-8
 P: Penyimpangan = >6

KESIMPULAN :
An. K dengan total nilai KPSP 9 = Sesuai

Anda mungkin juga menyukai