Anda di halaman 1dari 5

Definisi Urine

Faktor yang mempengaruhi jumlah Produksi urine

 Proses biokimia(Warna dan komposisi) urine

Urine adalah produk sampingan cair dari tubuh yang disekresikan oleh ginjal melalui
proses yang disebut buang air kecil dan dikeluarkan melalui uretra. Komposisi kimiawi normal
urin sebagian besar adalah kandungan air, tetapi juga termasuk molekul nitrogen, seperti urea,
serta kreatinin dan komponen limbah metabolik lainnya.

Komposisi urine normal sekitar 91-96% urin terdiri dari air. Urine juga mengandung
bermacam-macam garam anorganik dan senyawa organik, termasuk protein, hormon, dan
berbagai macam metabolit, yang bervariasi berdasarkan apa yang dimasukkan atau dikonsumsi
ke dalam tubuh. Bahan organik membentuk antara 65% dan 85% dari padatan kering urin,
dengan padatan yang mudah menguap terdiri dari 75-85% dari total padatan. Urea adalah
konstituen terbesar dari padatan, yang jumlahnya lebih dari 50% dari total. Pada tingkat unsur,
urin manusia mengandung 6,87 g / L karbon, 8,12 g / L nitrogen, 8,25 g / L oksigen, dan 1,51 g /
L hidrogen. Proporsi yang tepat bervariasi pada setiap individu dan dengan faktor-faktor seperti
diet dan kesehatan. (Guyton Dan Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12)

pH urine normal berada di angka 4,5- 8,0 dengan nilai rata-rata 6,0. Sedangkan nilai pH
urine netral adalah 7,0. pH urine dinyatakan asam saat berada di bawah angka 5,0, dan
dinyatakan basa saat berada di atas angka 8,0. Pola makan yang tinggi protein dari daging dan
susu, serta konsumsi alkohol dapat menurunkan pH urin, sedangkan kalium dan asam organik,
seperti dari makanan tinggi buah dan sayuran, dapat meningkatkan pH dan membuatnya lebih
basa. Beberapa obat juga dapat meningkatkan pH urin, termasuk acetazolamide, potassium
citrate, dan sodium bicarbonate. Kadar pH tubuh harus selalu berada di rentang yang ideal. Jika
kondisi cairan tubuh terlalu asam atau terlalu basa, hal ini akan berdampak pada fungsi organ
tubuh dan kerja metabolisme tubuh. karena, organ-organ tubuh hanya bisa berfungsi pada
kondisi pH tertentu.
Pemeriksaan pH urin perlu dilakukan guna melihat tingkat asam dan basa dalam cairan
urine. Tes pH urine juga dilakukan guna mendeteksi adanya penyakit yang berhubungan dengan
kelainan kadar asam dalam tubuh. Jika pH-nya di bawah normal, seseorang akan memiliki risiko
tinggi mengidap batu ginjal. Jika pH urine berada di angka yang tidak normal, hal tersebut
menunjukkan adanya penyakit seperti, Asidosis, yaitu yaitu kondisi yang terjadi saat kadar asam
dalam tubuh sangat tinggi, Dehidrasi, yaitu kondisi yang terjadi saat tubuh kekurangan cairan di
dalamnya. Diabetes ketoasidosis, yaitu komplikasi diabetes yang disebabkan oleh tingginya
produksi asam darah tubuh, diare, gagal ginjal, dan infeksi saluran kemih. (Jurnal ilmu
kedokteran dan kesehatan, vol 5, no 2, april 2018 oleh Dita Fitriani)

 Proses pembentukan Urine(Fitrasi,reabsobsi,dan augmentasi)

Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan dalam system ekskresi. Ekskresi adalah
pengeluaran zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh. Ginjal merupakan tempat yang
digunakan untuk membuang zat sisa metabolism dalam bentuk urine. Urine adalah cairan sisa
hasil metabolisme yang dieksresikan oleh ginjal. Sebagai sisa hasil metabolisme urine harus
dikeluarkan dari tubuh karena apabila tidak maka akan mengakibatkan keracunan. Kandungan
urine terdiri dari bahan terlarut yang merupakan sisa metabolism seperti urea, garam terlarut, dan
materi organik. Pembentukan urine terdiri dari tiga proses yaitu Filtrasi, Reabsorbsi, dan
Augmentasi, berikut ini adalah pemaparan nya :
1. Filtrasi (Penyaringan)

Tahap filtrasi merupakan tahapan pertama pembentukan urine. Proses filtasi terjadi ketika darah
memasuki glomerulus sampai ke kapsula bowman dengan menembus membran-membran
filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari lapisan selendotelium glomerulus, membrane basiler, dan
epitel kapsula bowman. Sel-sel kapiler glomerulus memiliki struktur yang berpori, bertekanan
dan permeabilitas yang tinggi sehingga akan mempermudah proses filtrasi. Darah dari arteriol
akan memasuki glomerulus melewati membrane filtrasi hingga akhirnya sampai kekapsula
bowman. Proses filtrasi tersebut menyebabkan keeping darah dan protein plasma akan tertahan
dan tidak dapat melewati membrane filtrasi. Namun, komponen-komponen dengan ukuran lebih
kecil yang terlarut di dalam plasma darah seperti glukosa, asam amiono, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati membrane filtrasi tersebut Hasil dari filtrasi di
glomerulus di sebut urine primer atau filtrate glomerulus. Urine primer atau filtrat glomerulus
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

2. Reabsorbsi (Penyerapan Kembali)

Setelah mengalami tahap filtrasi, selanjutnya filtrat glomerulus atauurine primer akan memasuki
tahap reabsorbsi. Reabsorbsi merupakan suatu tahap dimana zat-zat yang masih berguna untuk
tubuh diserap kembali. Zat-zat yang masih diperlukan di dalam filtrat glomerulus atau urin
primer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal sampai lengkung henle. Diserapnya
kembali zat-zat yang masih dibutuhkan pada tubulus ini melalui dua cara; gula dan asam amino
akan diserap kembali melalui proses difusi, sedangkan air akan diserap kembali melalui proses
osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Sehingga dengan itu
dapat diketahui, zat-zat yang masih berguna pada urine primer dan akan diserap kembali pada
tahap reabsorsi adalah glukosa, asam amino, dan air. Glukosa dan asam amino akan
dikembalikan ke darah. Setelah dilakukan penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna, maka
akan menghasilkan urine skunder atau filtrate tubulus.

3. Augmentasi (Sekresi)
Augmentasi merupakan tahapan akhir dalam pembentukan urine dimana terjadinya proses
penambahan zat sisa dan urea. Urine skunder atau filtrate tubulus yang telah melewati lengkung
henle menuju tubulus kontortus distal dan mengalami tahapan augmentasi. Pada proses
augmentasi akan terjadi penambahan zat-zat sisa oleh darah yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh seperti ion H+, K+, NH3, dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ dilakukan untuk menjaga pH
darah. Proses augmentasi menghasilkan urine sesungguhnya dan mengandung sedikit air. Urine
sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia, sisa pembongkaran protein, dan zat-zat
berlebihan dalam darah (vitamin, obat-obatan, hormon, garam mineral). Dari tubulus kontortus
distal, urine akan menuju tubulus kolektivus untuk dibawa menuju pelvis, selanjutnya menuju
vesikaurinaria melalui ureter. Apabila vesikaurinaria telah penuh terisi urin, dinding
vesikaurinaria akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil.

 Proses pemekatan urine

Apabila permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui
interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam
kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya
apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus
pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin, urin akan encer.
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormone hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari
hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau
peningkatan osmolalitas ekstrasel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus
pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau
osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke
dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel
berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer,
maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui
urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.

Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan
terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan
darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi
atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak
air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas
ekstrasel meningkat.

Anda mungkin juga menyukai