Anda di halaman 1dari 3

Materi presentasi biologi

Proses Augmentasi
Urin sekunder dari proses reabsorbsi sebelumnya akan diubah menjadi urin
sebenarnya di proses Augmentasi. Dimulai dari Tubulus kontortus distal, urin
akan memasuki tubulus pengumpul. Di tubulus ini, masih terjadi proses
penyaringan kembali air, garam NaCl, dan urea. Membentuk urin sebenarnya
yang akan dikeluarkan dari tubuh manusia. Melewati tubulus pengumpul, urin
akan menuju pelvis renalis, lalu mengalir melalui ureter menuju kandung kemih.
Setelah tiba di kandung kemih dan terkumpul dengan penuh, orang akan
merasakan keinginan untuk buang air kecil. Urine Akan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra. Sedikit pengetahuan buat kamu, ada beberapa hal yang bisa
mempengaruhi volume urin, beberapa diantaranya adalah zat-zat diuretik, suhu,
konsentrasi darah, dan emosi. Zat diuretik (kafein) yang bisa didapatkan jika
kamu banyak mengkonsumsi teh atau kopi, akan menghambat reabsorpsi air. Yang
menyebabkan naiknya volume dari urin. Peningkatan suhu akan menyebabkan
kapiler di kulit melebar dan air berdifusi keluar serta kelenjar keringat menjadi
aktif. Saat volume air turun, penyerapan air di dalam ginjal berkurang sehingga
volume urin akan menurun begitu pula dengan sebaliknya, ketika konsentrasi
darah meningkat, atau ketika darah menjadi lebih cair karena banyak
mengonsumsi cairan, maka volume urin akan meningkat juga. Ada beberapa
emosi yang bisa merangsang peningkatan atau pengurangan volume urin,
contohnya orang menjadi lebih sering buang air kecil pada saat gugup, tegang,
atau takut. Tidak heran jika kita akan selalu ingin ke kamar kecil ketika berada di
situasi yang membuat kita gugup.

Hasil Augmentasi
Setelah melewati berbagai macam proses, hasil dari proses augmentasi ini adalah
berupa urine sesungguhnya yang mengandung urea, asam urine, amonia, sisa-sisa
pembongkaran protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin,
obat-obatan, hormon, serta garam mineral.

Kesimpulan
Augmentasi adalah proses terakhir dalam pembentukan urine, dimana akan terjadi
penyaringan kembali air, garam NaCl, dan urea. Proses ini terjadi di tubulus
kontortus distal dan tubulus kolektivus (pengumpul). Hasil akhir dari proses ini
adalah urine sesungguhnya yang mengandung urea, asam urine, amonia, sisa-sisa
pembongkaran protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah.
Reabsorpsi tubulus adalah proses di mana zat-zat yang bermanfaat, seperti air,
glukosa, elektrolit, dan zat-zat lainnya, diserap kembali ke dalam darah melalui
dinding tubulus ginjal. Proses ini terjadi di tubulus ginjal, yang merupakan bagian
dari sistem filtrasi ginjal. Setelah filtrasi awal terjadi di glomerulus, cairan yang
terbentuk, yang disebut urin primer, mengalir melalui tubulus ginjal. Selama
perjalanan melalui tubulus, sejumlah zat yang masih diperlukan oleh tubuh dapat
diserap kembali ke dalam darah melalui proses reabsorpsi. Reabsorpsi terjadi
melalui mekanisme transport aktif dan pasif. Transport aktif melibatkan
penggunaan energi untuk mengangkut zat melawan gradien konsentrasi,
sedangkan transport pasif terjadi melalui difusi atau osmosis tanpa memerlukan
energi tambahan. Reabsorpsi tubulus penting untuk menjaga keseimbangan air
dan elektrolit dalam tubuh. Misalnya, air yang diserap kembali melalui reabsorpsi
tubulus membantu menjaga volume darah dan tekanan darah yang tepat. Glukosa
yang diserap kembali mencegah kehilangan energi yang berlebihan melalui urin.
Proses reabsorpsi tubulus sangat penting dalam fungsi ginjal yang normal.
Gangguan dalam reabsorpsi tubulus dapat menyebabkan masalah kesehatan
seperti diabetes insipidus, sindrom Fanconi, atau gangguan ginjal lainnya.
Jalur reabsorpsi tubulus melibatkan berbagai mekanisme transport yang terjadi di
dinding tubulus ginjal untuk mengembalikan zat-zat tertentu ke dalam darah.
Berikut adalah beberapa jalur reabsorpsi tubulus yang penting:
Reabsorpsi Air (Reabsorpsi Osmosis): Air diserap kembali ke dalam darah
melalui proses osmosis. Ini terjadi di sepanjang tubulus, terutama di tubulus
proksimal, di mana air mengikuti gradien konsentrasi zat-zat terlarut yang diserap
kembali.
Reabsorpsi Glukosa: Glukosa yang terfiltrasi di glomerulus seharusnya tidak
muncul dalam urin. Tubulus proksimal memiliki transport aktif yang mengangkut
kembali glukosa ke dalam darah. Namun, kapasitas reabsorpsi glukosa tubulus
memiliki batas, dan jika kadar glukosa di dalam urin melebihi ambang batas
tertentu, fenomena yang dikenal sebagai glukosuria dapat terjadi.
Reabsorpsi Natrium (Na+): Natrium merupakan ion utama dalam reabsorpsi
tubulus. Proses ini melibatkan transport aktif natrium melalui membran sel
tubulus, yang menciptakan gradien elektrokimia yang memfasilitasi reabsorpsi
berbagai zat lain, seperti air dan ion lainnya.

Reabsorpsi Zat Elektrolit Lainnya: Beberapa elektrolit seperti klorida, kalium,


bikarbonat, dan kalsium juga mengalami reabsorpsi di berbagai segmen tubulus
ginjal.
Reabsorpsi Asam Amino: Tubulus ginjal juga dapat menyerap kembali asam
amino yang telah terfiltrasi, memastikan bahwa zat-zat ini tidak hilang melalui
urin.
Jalur reabsorpsi tubulus ini bekerja bersama untuk menjaga keseimbangan cairan,
elektrolit, dan zat-zat penting lainnya dalam tubuh. Dengan mengembalikan zat-
zat ini ke dalam darah, tubulus ginjal membantu mencegah kehilangan berlebihan
dan mempertahankan kondisi fisiologis yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang
optimal.

Urine sekunder adalah istilah yang tidak umum digunakan dalam konteks ilmu
kedokteran atau biologi. Namun, jika kita berasumsi bahwa Anda merujuk pada
komposisi urin setelah melalui proses reabsorpsi tubulus di ginjal, kita dapat
membahas beberapa komponen utama dalam urin yang telah mengalami filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi.
Air: Urin mengandung sebagian besar air, dan jumlahnya dapat bervariasi
tergantung pada status hidrasi tubuh.
Urea: Urea adalah produk samping metabolisme protein dalam tubuh. Ginjal
mengeluarkan urea dari darah ke dalam urin.
Kreatinin: Kreatinin adalah produk samping metabolisme otot yang
diekskresikan oleh ginjal.
Asam Urik: Asam urik juga merupakan produk samping metabolisme, terutama
dari pemecahan nukleotida.
Elektrolit: Urin mengandung elektrolit seperti natrium, kalium, klorida, kalsium,
dan fosfat. Konsentrasi elektrolit dapat berubah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Zat Sisa dan Toksin: Beberapa zat sisa, seperti obat-obatan atau toksin yang
masuk ke dalam tubuh, dapat diekskresikan melalui urin.
Urin dapat mengandung berbagai senyawa larut lainnya, seperti amonia,
katekolamin, dan berbagai zat yang diekskresikan oleh ginjal untuk menjaga
keseimbangan dalam tubuh.
Penting untuk dicatat bahwa komposisi urin dipengaruhi oleh berbagai faktor,
termasuk diet, status hidrasi, dan kondisi kesehatan individu. Jika Anda memiliki
pertanyaan lebih spesifik tentang komposisi urin atau ingin mengetahui lebih
lanjut tentang aspek tertentu, silakan beri tahu saya agar saya dapat memberikan
informasi yang lebih rinci.

Anda mungkin juga menyukai