URINALISIS
Disusun oleh:
Kelompok 3
Dosen Pengampu :
Drs. Refirman DJ, M.Kes.
Sri Rahayu, M.Biomed.
C. Metodologi
1. Penentuan Derajat Keasaman
Alat
1. Tabung Reaksi
2. Rak tabung reaksi
Bahan
1. Sampel urin
2. Indikator universal
Cara Kerja
1. Meamasukan sampel urin sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi
2. Menyelupkan kertas indicator universal kedalam tabung reaksi berisi sampel
urin
3. Mencocokan perubahan warna kertas indicator dengan standar pH
4. Mencatat hasil pengamatan pH sampel urin
D. Hasil Pengamatan
Sampel A
Sampel B
Sampel A
Sampel B
Sampel A
Sampel B
Sampel A
Sampel B
E. Pembahasan
Pada prkatiku yang dilakukan pada senin, 23 November 2020 praktikan
melakuakan uji urinalisis lewat virtual laboratorium. Pada praktikum ini praktikan
melekukan pemeriksaan kimia pada urin yaitu dengan melakukan pengujian untuk
penentuan derajat keasaman (pH) urin, pengujian glukosa urin, pengujian protein
urin dan pengujian keton urin.
Pada pengujian pertama yaitu uji pH urin, dilakukan dengan memasukkan
kertas indicator pH universal ke dalam urin dan mengamati perubahan warnanya.
Pada praktikum ini terdapat dua sampel uri yaitu urin sampel A dan sampel B. Pada
urin sampel A ternyata urin yang diuji mempunyai pH=6 yang artinya asam dan
pada urin sampel B ternyata memiliki PH=9 yang artinya basa. Karena jika pH
asam, pH=7 =>netral, pH>7 =>basa. Dari pemeriksaan sampel urin A didapat pH
urin 6. Dan ini berarti urin masih nomal. Hala ini dikareanakan pH urin nomal
berkisar antara 4,7-7,5 pada pemeriksaan pembacaan pH hendaknya segera
dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi
alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Sedangkan pada pemerikasaan
sampel urin B didapatkan hasil urin yang terlalu basa. Kingkat pH urn yang terlalu
basa tersebut dapat disebabkan adanya urea, amoniak dan beberapa zat lainnya
yang terkandung dalam urin yang mempunyai sifat basa. Seharusnya urin normal
memiliki pH berkisar 4,7-7,5.
Pada pengujian ke dua yaitu pengujian glukosa pada urin. Pada pengujian
ini adanya kandungan glukosa dalam urin dapat diketahui melalui perubahan warna
yang terjadi setelah urin ditetesi benedict dan berubah warna menjadi merah bata.
Namun, data yang didapatkan setelah urin ditetesi benedict pada dua sampel urin
menghasilkan data yang berbeda. Pada sampel urine A ternyata hasil setelah
ditetesi benedict berwarna hijau kebiruan, artinya urin yang diuji tidak mengandung
glukosa. Sementara pada sampel urin B setelah ditetesi benedict warnanya berubah
menjadi warna merah bata. Dari dua percobaan ini mengartikan bahwa sampel A
negative glukosa dan sampel B positif terdapat glukosa.
Pereaksi yang dapat digunakan untuk pengujian ini yaitu pereaksi benedict
yang mengandung kupri sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Gula
pereduksi akan mereduksi cu2+ yang berupa CU(OH)2 menjadi cu2+ sebagai CUOH
yang selanjutnya akan menjadi CU2O yang tidak larut dan berwarna merah atau
kuning (Poedjiadi A. 1994). reaksi yang terjadi pada analisis gula pereduksimetode
benedict, yaitu :