Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM URINALISA DAN CAIRAN TUBUH

PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN BENDA KETON PADA URIN

ARMUNDHITA WAHYU PRESTIAN MAHARANI

NIM. P071341223

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2023
I. Hari/Tanggal
Selasa, 22 Agustus 2023
II. No Praktikum
Praktikum ke 4
III. Judul Praktikum
Pemeriksaan Bilirubin Dan Benda Keton Pada Urin.
IV. Tujuan
Untuk mengetahui adanya bilirubin dan benda keton pada urin.
V. Metode
1. Pemeriksaan Benda Keton
a. Rohtera
b. Gerhardt
2. Pemeriksaan Urobilinogen
a. Ehrlich
b. Schlesinger
VI. Prinsip
A. Pemeriksaan Benda Keton
1. Rohtera
Reaksi antara nitroprusida dan asam aseto asetat atau aceton
menyusun suatu zat berwarna ungu.
2. Gerhardt
Reaksi antara asam aseto asetat dan ferri klorida yang menyusun zat
berwarna merah coklat.
B. Pemeriksaan Urobilinogen
1. Ehrlich
Urobilinogen dan zat lain (chromogen) yang terdapat dalam urine
akan bereaksi dengan reagen ehrlich membentuk warna merah.
2. Schlesinger
Urobilin bereaksi dengan Zink Acetat dalam larutan amoniak
membentuk garam Zink yang memberikan flouresensi hijau.
VII. Dasar Teori
Urine merupakan salah satu ekskretant yang dikeluarkan oleh ginjal. Urine
juga biasa disebut dengan air kencing atau air mani. Kandungan utama dari
terbentuknya urin yaitu urea. Selain urea, urine juga mengandung air, zat warna
empedu dan garam – garaman. Kenormalan urin dari seseorang tergantung pada
kandungan dalam urin itu sendiri. Oleh karena itu, urin dapat dikatakan sebagai
indicator kondisi tubuh seseorang. Umumnya seseorang mengeluarkan urin
sebanyak 1 – 2 liter dalam sehari. Tetapi terdapat beberapa kondisi dimana
seseorang hanya mampu memproduksi urin sebanyak 400 ml dalam sehari. Ada
pula yang dapat memproduksi urin lebih dari 2 liter. Urin memiliki fungsi utama
untuk melarutkan zat – zat sisa metabolism yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh (Sabir, dkk. 2021)
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan produk utama
darihasil perombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akibat perombakan
sel darah merah oleh sel retikuloendotel. Selain sebagai hasil pemecahan
eritrosit, juga di hasilkan dari perombakan zat-zat lain. Bilirubin disaring dari
darah oleh hati, dan dikeluarkan melalui cairan empedu. Tingkat kelebihan nya
dalam darah (hiperbilirubinemia) dapat mengindikasikan kerusakan hati.
Tingkat bilirubin normal adalah di bawah 1.3 mg. Bilirubin terbentuk saat sel-
sel darah merah tua dilepaskan dalam tubuh, sebuah proses alami sepanjang
hidup. Setelah itu, bilirubin bergerak ke usus dan ginjal, menyebar ke seluruh
tubuh. Jika bayi melepaskan terlalu banyak bilirubin, dapat menyebabkan kulit
kuning yang disebut hiperbilirubinemia. Ini terjadi ketika kadar bilirubin darah
melampaui 1 mg/dL. Jika melebihi 2 mg/dL, bilirubin menyebar ke jaringan
dan mengakibatkan ikterus, di mana jaringan berwarna kuning. Bilirubin bisa
dideteksi dengan cara pemeriksaan urin, terdapat 2 metode yaitu metode Ehrlich
dan metode Schlesinger
Keton merupakan senyawa organik yang diidentikkan dengan gugus
karbonil yang terikat oleh 2 atom karbon. Atom karbon yang diikat gugus
karbonil dinamakan karbon a. Atom hidrogen yang diikat karbon ɑ dinamakan
hidrogen a. Dengan katalis asam, keton bertautomeri keto-enol. Reaksi dengan
basa, keton menghasilkan enolat. Gugus karbonil bersifat polar sehingga keton
merupakan senyawa polar sehingga dapat larut dalam air. Hidrogen a dari keton
lebih asam dari hidrogen pada alkana. Aseton, asetoasetat, dan ẞ hidroksibutirat
adalah keton yang terdapat dalam karbohidrat, asam lemak, dan asam amino
sehingga terdapat dalam tubuh manusia.
Keton dapat dideteksi dengan cara pemeriksaan menggunakan sampel urin
yaitu dengan metode Rothera dan Gerhardt. Sesuai dengan namanya,
pemeriksaan ketonuria adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya keton di
dalam urin. Keton merupakan hasil metabolism lemak, terdiri dari aseton, asam
asetoasetat, dan asam betahidroksibutirat. Pada orang normal, keton tidak dapat
dideteksi dalam urin karena semua hasil metabolism lemak ini dipecah menjadi
air dan karbon dioksida

VIII. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Pipet ukur
2. Tabung reaksi 4 buah
3. Rak tabung reaksi
4. Karet pump
5. Kertas saring
6. Pipet tetes
7. corong
8. Tube urin
B. Bahan
1. Urin
2. Reagen Gerhard atau FeCl3
3. Serbuk Rothera
4. Reagen Ehrlich
5. Reagen Schlesinger
6. Ammonia
IX. Prosedur Kerja
A. Uji Rothera
1. Siapkan tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi
3. Masukkan ± 1 gr serbuk rothera ke dalam tabung reaksi yang berisi
urine tersebut, lalu homogenkan
4. Tambahkan ammonia 1 ml ke tabung tersebut di dalam almari asam
dengan cara pegang tabung reaksi dengan posisi miring, lalu alirkan 1
ml ammonia dengan hati-hati melalui pipet ukur yang ditempelkan
pada dinding tabung reaksi. Amonia akan membentuk lapisan atas dari
cairan di dalam tabung dan terbentuk cincin
5. Letakkan tabung reaksi dalam posisi tegak
6. Aamati perubahan yang terjadiApabila terbentuk cincin berwarna
ungu, artinya sampel urine positif. Namun jika tidak terbentuk warna
ungu pada cincin, maka urine yang diperiksa negatif atau normal
7. Catat dan analisis hasil yang didapatkan
B. Uji Gerhardt
1. Siapkan tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 1 sampai 2 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi urine, tidak dihomogenkan
4. Amati perubahan yang terjadi. Apabila ada endapan berwarna merah
kecoklatan artinya urine positif, namun apabila tidak artinya urine
yang diperiksa negative atau normal
5. Catat dan analisis hasil yang didapatkan
C. Uji Ehrlich (Uribilinogen)
1. Siapkan tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 1-2 tetes Ehrlich ke dalam tabung reaksi yang terlah berisi
urine, lalu homogenkan
4. Tunggu sekitar 3 menit dan amati perubahan yang terjadi
5. Apabila urine berwarna lebih merah artinya positif, namun apabila
urine tidak berubah warna (warna urine semula) artinya negatif
6. Catat dan analisis hasil yang didapatkan
D. Uji Schlesinger (Urobilin)
1. Siapkan tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 5 ml larutan Schlesinger, lalu homogenkan
4. Saring menggunakan kertas saring dan corong hingga jernih
5. Perhatikan adanya fluoresensi dalam filtrat yang diuji dengan cahaya
matahari berpantul dengan latar belakang hitam
6. Adanya fluoresensi hijau menandakan hasil test positif. Kadar urobilin
disebut normal bila hasil + dan abnormal bila hasil –
7. Catat dan analisis hasil yang didapatkan

X. Hasil
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Pemeriksaan Benda Keton

No Metode Warna Hasil Keterangan


1. Rothera Tidak berubah Negatif
atau
Warna coklat
muda pada
cincin
2. Gerhardt Tidak ada Negatif
B. Pemeriksaan Bilirubin

No Metode Warna Hasil Keterangan


1. Erlich kemerahan Positif

2. Schlesinger Terdapat Positif


flouresensi
kehijauan

XI. Pembahasan
Pemeriksaan benda keton dengan metode Gerhardt, akan bernilai positif bila
urine berubah berwarna menjadi merah kecoklatan, hal tersebut menunjukkan
adanya senyawa keton dalam urin. Namun, apabila urine tetap berwarna kuning
maka bernilai negatif. Prinsip uji Gerhardt ini terletak pada reaksi antara asam
aseto asetat dan ferri klorida yang menyusun zat berwarna merah coklat. Dalam
praktikum dengan metode Gerhardt ini sampel urine tetap berwarna kuning. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sampel urin tidak mengandung senyawa keton.
Pemeriksaan urobilinogen dengan metode Ehrlich diperoleh hasil positif
terhadap urobilinogen, karena sampel urine berubah warna menjadi sedikit
kemerahan. Jadi, urobilinogen dan zat lain (chromogen) yang terdapat dalam
urine akan bereaksi dengan reagen Ehrlich sehingga membentuk warna merah.
Sedangkan untuk pemeriksaan urobilin dan urobilinogen dengan metode
Schlessinger, yaitu melihat adanya fluoresens kuning kehijauan dari
pembentukan urobilin seng. Hasil praktikum menunjukkan bahwa sampel urine
tersebut positif terhadap urobilin dan urobilinogen, karena muncul fluoresens
kuning kehijauan ketika dilihat pada latar gelap.
XII. Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan benda keton dengan metode Rohtera dan
Gerhardt, serta pemeriksaan bilirubin dengan metode Ehrlich dan Schlesinger
ini sampel urine dinyatakan NORMAL.

XIII. Referensi
Nuzuel, R. 2012. Pemeriksaan Bilirubin Total Merupakan Pengukuran Jumlah
Total Bilirubin dalam Darah.
Pratama, E., Rusli., Hasan, M., Zuraidawati., Asmilia, N., Roslizawaty.,
Zuhrawati. (2016) Pemeriksaan urinalisis untuk menentukan status
present kambing kacang (Capra sp.) di UPT Hewan Coba Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Jurnal Medika
Veterinaria, 10(1), pp 1-4.
R. Gandosoebrata. 2017. PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK. Jakarta:
Dian Rakyat.
Resmana, R., Hadianti, D.N. 2018 Keton Urin Bersalin Berhubungan dengan
Asupan Nutrisi. Jurnal Care, 6(1), pp 64-70.
Sabir M., Nazarrudin, Iin M., Iqbal M., Rfid N., Nur M., Nidaul I., Rijal M.,
Baso . 2021. Problematika Isu – Isu Hukum Islam Kontemporer di
Indonesia. Jawa Tengah : CV Kaafah Learning Center

Yogyakarta, 27 Agustus 2023


Dosen Pembimbing Praktikan

Subrata Tri Widada, S.KM., M.Sc. Armundhita Wahyu P.M.


NIP. 196311281983031001 NIM. P071341223

Anda mungkin juga menyukai