KELOMPOK 4
BAGIAN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
T.A. 2014/2015
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN URIN NORMAL
Prinsip Percobaan:
Pada urin normal mengandung beberapa zat yang dapat dijadikan indikasi
pemeriksaan urin seseorang mengalami kelainan atau tidak, diantaranya: urea,
amonia, kreatinin, kreatin, asam urat, dll.
Dasar Teori:
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Ekskresi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan
homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan
cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Komposisi zat-zat dalam urin
bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urin normal
berwarna kuning jernih transparan. Urin normal pada manusia terdiri dari air,
urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida,
garam-garam terutama garam dapur dan zat-zat yang berlebihan dalam darah.
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat
(augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses
reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.
Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap
nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem
kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.
Secara fisiologis urin yang normal adalah bebas dari protein dimana urin
dihasilkan oleh nefron ginjal. Selama 24 jam komposisi dan konsentrasi urin dapat
berubah secara terus menerus dimana variasi konsentrasi urin dapat ditentukan
oleh waktu pengambilan dan aktivitas sebelum pengambilan urin.
Bersama-sama dengan urin, diekskresikan juga air dan senyawa-senyawa
yang larut dalam air. Jumlah dan komposisi urin sangat berubah-ubah dan
tergantung pemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan
lingkungan hidup seperti temperature, kelembaban, aktivitas tubuh dan keadaan
kesehatan. Karena ekskresi urin menjunjukkan irama siang dan malam yang jelas,
maka jumlah urin dan komposisinya kebanyakan dihubungkan dengan waktu 24
jam.
Seorang dewasa memproduksi 0,5-2,0 liter urin setiap hari. Yang terdiri
atas kurang lebih 90% air. Urin mempunyai suatu nilai pH yang asam (kira-kira
5,8). Tentu saja nilai pH urin sangat dipengaruhi oleh keadaan metabolism.
Setelah makan sejumlah besar bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan, nilai pH
urin dapat meningkat hingga diatas 7.
Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03
g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin
dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012,
dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di
waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga
tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang
memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau
mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari.
Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua
substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH
urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi
kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat
lebih asam.
Warna kuning urin disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat warna
empedu, yang terbentuk pada pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara
terbuka, urokrom dapat teroksidari, sehingga urin dapat berubah warna menjadi
kuning tua.
Alat dan Bahan:
1. Indikator pH universal
2. Kertas Lakmus
3. Rak Tabung Reaksi
4. Tabung Reaksi
5. Urin Segar
6. Urinometer
Prosedur Kerja:
a. pH Urin
1. Masukkan urin sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi.
2. Celupkan kertas lakmus kedalam urin selama 3-5 detik.
3. Cocokkan perubahan warna kertas indikator dengan kertas standar
warna pH.
4. Catat hasil pengamatan anda.
b. Berat Jenis
1. Isi sebuah tabung hidrometer dengan urin dan letakkan hidrometer
didalamnya.
2. Hidrometer tidak boleh menyentuh dinding tabung.
3. Perhatikan meniskus skala berat jenis yang terbaca di urinometer.
4. Catat suhu urin tersebut, tiap urinometer sudah di tera pada suhu
tertentu.
5. Rumus BJ = BJ terbaca ± Angka koreksi.
Hasil Percobaan:
Dari percobaan yang dilakukan pada sampel urin pasien yang bernama Marina
Rizki didapatkan bahwa:
Daftar Pustaka:
Ganong, WF 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 19, EGC: Jakarta.
Murray, RK, Granner, DK & Rodwell, VW 2009, Biokimia Harper, edisi 27,
EGC: Jakarta.
Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and
Sons Ltd. London.
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN URIN ABNORMAL
Prinsip Percobaan:
Proses reduksi ion cupri (Cu²⁺) menjadi ion cupro (Cu) oleh karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid dan keton bebas dan dengan pemanasan akan terbentuk
endapan Cu₂O berwarna merah bata.
Tujuan Praktikum: untuk melihat ada tidaknya karbohidrat atau zat yang bisa
mereduksi benedict dalam urin.
Dasar Teori:
1. Tabung Reaksi
2. Pipet Tetes
3. Pipet Ukur
4. Waterbath
5. Urin Normal
6. Urin DM dari kelompok dan dari kampus
7. Larutan Benedict
Prosedur Kerja:
Hasil Percobaan:
a. Pada urin normal tidak terdapat perubahan warna dan tetap berwarna
biru serta tidak terjadi pengendapan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan tabel penafsiran untuk penilaian yaitu negatif (-)
dengan kadar – (%).
b. Pada urin pasien diabetes mellitus dari kelompok terdapat perubahan
warna. Sebelum pemanasan berwarna biru, dan setelah pemanasan ±5
menit berubah menjadi warna hijau kekuningan dan terdapat endapan,
sehingga dapat disimpulkan berdasarkan tabel penafsiran untuk
penilaian yaitu positif satu (+) dengan kadar glukosa <0,5%.
c. Pada urin pasien diabetes mellitus dari kampus terdapat perubahan
warna. Sebelum pemanasan berwarna biru dan setelah pemanasan ±5
menit berubah menjadi warna jingga dan terdapat endapan, sehingga
dapat disimpulkan berdasarkan tabel penafsiran untuk penilaian yaitu
positif tiga (+++) dengan kadar glukosa 1-2%.
Pembahasan:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi VI, 2014. Interna Publishing:
Jakarta Pusat.
Tujuan Praktikum: melihat ada tidaknya endapan (presipitat) dalam urin akibat
pemanasan.
Dasar Teori:
Prosedur Kerja:
Hasil percobaan:
Pembahasan:
1. Pada urin normal tidak terdapat endapan ataupun tidak terjadi kekeruhan
dikarenakan tidak terdapatnya protein dalam urin tersebut.
2. Pada urin penderita diabetes mellitus dari kelompok tidak terdapat
endapan. Setelah dibeikan asam asetat encer, masih tetap tidak terdapat
endapan (presipitat) yang berupa protein.
3. Pada urin penderita diabetes mellitus dari kampus terdapat endapan yang
disebabkan oleh protein yang menggumpal akibat proses pemanasan.
Setelah diberikan asam asetat encer, endapan yang terdapat dalam urin
sedikit berkurang tetapi menambah gumpalan awan dikarenakan asam
asetat encer akan melarutkan presipitat selain protein.
Kesimpulan: pada uji koagulasi protein dapat disimpulkan bahwa protein yang
terdapat dalam urin abnormal akan mengalami koagulasi/penggumpalan ketika
dipanaskan, kemudian penambahan asam asetat encer akan melarutkan presipitat
yang bukan protein sehingga hasilnya lebih akurat.
Daftar Pustaka:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi VI, 2014. Interna Publishing:
Jakarta Pusat.