Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM URINALISA CT PEMERIKSAAN BENDA


KETON DAN UROBILINOGEN

SADHEVA MUKTI DHANISWARA


NIM.P07134122084

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI DIPLOMA TIGA
TAHUN 2023
1

Praktikum Pemeriksaan Benda Keton dan Urobilinogen Urine

I. Hari,Tanggal

II. No. Praktikum

III. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah utuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
urobilinogen dan benda keton dalam urine.

IV. Dasar Teori


Benda keton merupakan produk metabolisme yang terbentuk saat tubuh
menguraikan lemak dan protein dalam keadaan ketosis. Ketosis terjadi ketika tubuh
menghadapi gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga tubuh mulai
memanfaatkan simpanan lemak dan protein sebagai sumber energi. Ketika
karbohidrat yang tersedia dalam makanan kurang, tubuh mengubah lemak menjadi
asam lemak dan kemudian menjadi benda keton seperti asam asetoasetat, aseton,
dan asam beta-hidroksibutirat. Ini adalah cara tubuh beradaptasi dengan
kekurangan karbohidrat dan memproduksi energi alternatif dari sumber lain.
Uji Rothera adalah suatu reaksi kimia antara natrium nitroprusid dengan
asam asetoasetat dan aseton yang menghasilkan senyawa dengan warna ungu atau
terbentuknya cincin ungu jika hasil tes menunjukkan adanya keton dalam urin
(positif). Jika hasil tes menunjukkan keton urin negatif, maka larutan akan berubah
menjadi warna ungu kemerahan. Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya keton
dalam urin dan memberikan indikasi tentang ketosis atau gangguan metabolisme.
Uji Gerhardt adalah suatu reaksi kimia antara besi klorida dan asam diasetat
yang menghasilkan senyawa dengan warna merah anggur atau merah Bordeaux.
Tingkat sensitivitas uji ini sangat rendah, yaitu sekitar 25-50 mg/dL asam diasetat.
Hasil dari uji ini umumnya dilaporkan secara kualitatif, artinya hasilnya dinyatakan
2

sebagai positif atau negatif tanpa memberikan informasi kuantitatif tentang jumlah
asam diasetat yang hadir dalam sampel.
Pemeriksaan urobilin dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan warna
urin, yang biasanya menjadi cokelat karena urobilinogen mengalami oksidasi
menjadi urobilin. Pemeriksaan ini pada dasarnya bertujuan untuk mendeteksi
kerusakan pada hati, baik itu penurunan fungsi hati atau kelainan bentuk yang dapat
menyebabkan gejala klinis. Dengan memeriksa kadar urobilin dalam urin, dokter
dapat memperoleh informasi tentang kondisi kesehatan hati pasien.
Urobilinogen yang mungkin terdapat dalam urin dapat bereaksi dengan
reagen Ehrlich, membentuk zat warna merah. Dalam pemeriksaan urobilinogen,
penting untuk menggunakan urin segar atau urin yang diawetkan dengan natrium
bikarbonat. Hal ini karena urobilinogen mudah teroksidasi oleh udara, terutama jika
terkena sinar matahari, yang mengubahnya menjadi urobilin yang tidak dapat
bereaksi dengan reagen Ehrlich. Oleh karena itu, penggunaan urin segar atau yang
diawetkan dengan benar diperlukan agar hasil pemeriksaan urobilinogen akurat dan
valid.
Urobilin tidak terdapat dalam urin segar, melainkan terbentuk melalui
oksidasi urobilinogen. Dalam pemeriksaan urobilin, sering kali larutan lugol
ditambahkan untuk menginduksi reaksi oksidasi. Selanjutnya, reagen Schlesinger
digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan urobilin dalam urin. Reagen
Schlesinger membantu menghasilkan perubahan warna yang menunjukkan
kehadiran urobilin dalam sampel urin.

V. Alat dan Bahan


A. Pemeriksaan Benda Keton
1. Metode Rothera
a. Sampel urin
b.Rak
c. Pipet
d.Tabung Reaksi
e. Pereaksi Rothera
3

f. NH4OH pekat (18%)

2. Metode Gerhardt
a. Sampel urin
b.Rak
c. Pipet
d.Tabung Reaksi
e. FeCl 10%

B. Pemeriksaan Urobilinogen dan Urobilin


1. Metode Ehrlich (Urobilinogen)
a. Sampel urin
b.Rak
c. Pipet
d.Tabung Reaksi
e. Pereaksi Ehrlich
f. Aquadest

2. Metode Schlesinger (Urobilin)


a. Sampel urin
b.Rak
c. Pipet
d.Tabung Reaksi
e. Pereaksi Schlesinger
f. Pereaksi Lugol
g.Kertas Saring
h.Latar Belakang Gelap
i. Corong
4

VI. Cara kerja


A. Pemeriksaan Benda Keton
1. Metode Rothera
a. Tabung Reaksi diisi 5 ml urin
b.Tambah kira kira 1 gram reagen rothera dan homogenkan
c. Tambah 1 ml NH4OH pekat melalui dinding tabung sehingga
Menyusun lapisan didalam tabung
d.Letakkan tabung dengan tegak lurus
e. Amati perbatasan kedua larutan

2. Metode Gerhardt
a. Tabung Reaksi diisi 5 ml urin
b.Tambah beberapa tetes FeCl 10% lalu homogenkan
c. Amati perubahan yang terjadi

B. Pemeriksaan Urobilinogen dan Urobilin


1. Metode Ehrlich (Urobilinogen)
a. Tabung Reaksi diisi 5 ml urin
b.Tambah 3 tetes reagen Ehrlich

2. Metode Schlesinger (Urobilin)


a. Tabung Reaksi diisi 5 ml urin
b.Tambah 2 tetes pereaksi lugol
c. Tambah 5 ml reagen Schlesinger lalu homogenkan
d.Saring dengan kertas saring dan corong dan tunggu selama 5 menit
e. Periksa hasil dengan latar belakang hitam
5

VII. Hasil pengamatan


A. Pemeriksaan Benda Keton
1. Metode Rothera

2. Metode Gerhardt

B. Pemeriksaan Urobilinogen dan Urobilin


1. Metode Ehrlich (Urobilinogen)

2. Metode Schlesinger (Urobilin)


6

VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum pemeriksaan benda keton dan
urobilinogen adalah didapatkannya hasil positif pada pemeriksaan benda keton
dikarenakan muncul warna cincin ungu pada sampel tersebut. Pada pemeriksaan
urobilinogen didapatkan hasil positif pula dikarenakan pada metode erlich di
dapatkan endapan berwarna merah anggur.

Dosen Praktikan

Subrata Triwidada. SKM, M.Sc Sadheva Mukti D


P07134122084

Anda mungkin juga menyukai