Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN SAMPEL URINE


ORGANOLEPTIS, pH, DAN UJI GLUKOSA (METODE
FEHLING)

Oleh:
KELOMPOK
GOLONGAN II

Luh Putu Mia Meliani Manik (1308505062)


A.A. Sagung Dewi Trisna Damayanti (1308505063)
Ni Putu Puri (1308505064)
Ni Luh Gede Juliantari Dewi (1308505065)
I Made Wiracana (1308505066)
Setiawati (1308505067)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
I. TUJUAN
1.1 Untuk mengetahui organoleptis (warna, bau, kekeruhan, buih) dari
sampel urine.
1.2 Untuk mengetahui pH urine dari sampel.
1.3 Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine.
1.4 Untuk mengetahui cara pemeriksaan urine dengan menggunakan metode
Fehling.
1.5 Dapat melakukan interpretasi hasil yang diperoleh dari pemeriksaan
sampel urine dengan metode Fehling.

II. PRINSIP DASAR PERCOBAAN


Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal
menyaring limbah yang tidak diinginkan dari darah dan mengatur kandungan air
dan bahan kimia dalam tubuh. Rata-rata orang dewasa memiliki curah jantung
sekitar 1200 mL per menit, dan sekitar 25% dari yang diterima oleh ginjal per
menit. Sekitar 99% dari cairan yang beredar melalui ginjal diserap ke dalam darah
dengan sisanya diekskresikan sebagai urin. Sekitar 1000 liter darah disaring
melalui ginjal menghasilkan satu liter urine (Lockwood, 2015).
Urinalisis merupakan analisis kimia terhadap urin yang dapat berupa
identifikasi atau pemisahan komponen-komponen urin. Urinalisis digunakan
untuk mengevaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
hematologi, infeksi saluran kemih, dan diabetes mellitus. Urinalisis meliputi
pengujian kimia terhadap pH, protein, glukosa, keton, sel darah, bilirubin, nitrit,
leukosit esterase dan tes strip untuk spesifik gravity (Mundt and Shanahan. 2011).
Pemeriksaan awal terhadap urin, yaitu pemeriksaan organoleptis yang terdiri
dari pemeriksaan warna urin, dan bau urin. Urin memiliki warna yang bervariasi,
dari tidak berwarna menjadi kuning. Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi
urochrome atau kromofor dalam urin. Warna yang tidak normal menunjukkan
adanya suatu penyakit. Makanan, obat, konsentrasi, dan pH juga dapat
menyebabkan perubahan warna pada urin. Kekeruhan urin dapat disebabkan
karena adanya posfat yang cenderung normal, tetapi juga dapat disebabkan oleh
adanya leukosit dan bakteri. Busa pada urin disebabkan oleh adanya kandungan
protein atau asam empedu (Abirami and Tiwari, 2001). Bau urin seharusnya tidak
terlalu berbau. Beberapa makanan, obat dan gangguan metabolisme dapat
mempengaruhi bau urin. Beberapa bakteri juga dapat memberikan bau terhadap
urin tergantung pada jenis bakterinya (Lockwood, 2015).
Ginjal merupakan salah satu organ dalam sistem urinaria yang berfungsi
untuk memelihara asam-basa atau pH dalam tubuh. pH urin ditentukan oleh ion
H+ yang bebas. Apabila konsentrasi ion H+ meningkat, maka terjadi penurunan
pH dan menjadi lebih asam. Apabila konsentrasi ion H+ menurun, maka pH
meningkat dan menjadi lebih basa. pH urin berkisar antara 4,6 ampai 8,0 dengan
rata-rata pH sekitar 6.0. Hal yang penting adalah menghubungkan informasi
mengenai pH urin untuk melihat kemungkinan adanya ganggguan metabolisme
tubuh dan ganggun ginjal (Mundt and Shanahan. 2011).
Pembacaan pH urin dapat menggunakan strip yang sensitif pada perubahan
pH. Strip tersebut mengandung dua indikator, yaitu methyl red dan bromthymol
blue yang akan memberikan perubahan warna pH yang berbeda, dan diukur pada
rentang pH 5,0 sampai 8,5. Pembacaan pH dapat dilakukan dengan hanya
menggunakan spesimen urin, kertas lakmus atau kertas Nitrazin untuk mengetahui
pH dari spesimen urin tersebut (Abirami and Tiwari, 2001).
pH Urin dapat dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam
sangat rendah sehingga membuat urin menjadi alkali. pH alkalin juga disebabkan
oleh adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti proteus,
Klebsiella atau E. Coli ginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisi, Penyakit
ginjal kronik, Intoksikasi salisilat. Sebaliknya, pada urin yang bersifat asam dan
peningkatan spesific gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat.
pH asam dapat pula disebabkan oleh emfisema pulmonal, diare, dehidrasi,
kelaparan (starvation), asidosis diabetik (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Volume urin untuk orang dewasa yang sehat adalah 750-2500 mL urin
selama 24 jam. Volume urin sangat bervariasi dipengaruhi oleh cairan yang
masuk dan cairan yang hilang, seperti tingginya penguapan cairan tubuh. Selain
itu, volume urin juga dipengaruhi oleh luas permukan tubuh. Volume urin yang
tidak normal, seperti poliuria, oliguria dan anuria (Lockwood, 2015).
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah:
insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan
mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai
gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan
Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan
Cu++. Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan
aktif (aldehid/keton bebas). Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah
yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka (Evelin C. pearce, 2006).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi,
dikerjakandengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes
ini dapatdigolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes
glukosa denganreaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang
tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif. (Sudarmo, 2006).
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A
adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH
dankalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutantersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksifehling, ion Cu2+terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat
dianggapsebagai larutan CuO (Evelin C. pearce, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut, urinalisis sangat bermanfaat untuk
menentukan adanya gangguan atau penyakit serta juga bermanfaat dalam
mengidentifikasi adanya kandungan obat maupun metabolitnya dalam urin. Oleh
karena itu, penulis sebagai seorang farmasis melaksanakan praktikum urinalisis
sebagai upaya untuk memahami patofisiologis dari pasien sehingga dapat
melaksanakan terapi yang sesuai untuk pasien.
III. BAHAN DAN ALAT
3.1 Uji Organoleptis dan pH Urine
3.1.1 Bahan
- Spesimen urine
3.1.2 Alat
- Pot penampung urine
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Kertas lakmus
- Penjepit buaya
3.2 Uji Glukosa Urine (Metode Fehling)
3.2.1 Bahan
- Sampel urine
- Reagen Fehling A dan Fehling B
3.2.2 Alat
- Tabung reaksi
- Api bunsen
- Pipet ukur
- Ballfiller
- Penjepit buaya

IV. CARA KERJA


4.1 Pemeriksaan Organoleptis Urine
Disiapkan spesimen urine yang akan diamati

Diamati organoleptis urine meliputi warna, bau, kekeruhan, buih

Dicatat hasil pemeriksaan yang dilakukan dan interpretasikan hasil data yang
didapatkan
4.2 Uji pH Urine

Sampel urine disiapkan dan dimasukkan ke dalam pot urine

Kertas lakmus universal dicelupkan ke dalam pot urine

Diamati perubahan warna pada kertas lakmus dengan mencocokkan warna


yang dihasilkan dengan warna pH pada kotak lakmus universal

4.3 Uji Kadar Glukosa (Metode Fehling)

Dipipet masing-masing 4 mL reagen Fehling A dan Fehling B, kemudian


dikocok hingga homogen

Dipipet masing-masing 2 mL reagen campuran yang telah homogen ke dalam


tabung reaksi

Ditambahkan masing-masing 1 mL sampel urine, dicampur homogen

Tabung dipanaskan diatas api bunsen sambil dikocok perlahan hingga


campuran dalam tabung berubah warna dan mengeluarkan buih

Diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat hasilnya

V. HASIL
5.1 Pemeriksaan Organoleptis Urine
5.1.1 Warna
Sampel A = Kuning
Sampel B = Kuning
Sampel C = Kuning
Sampel D = Kuning
5.1.2 Bau
Sampel A = Pesing
Sampel B = Pesing
Sampel C = Pesing
Sampel D = Pesing
5.1.3 Kekeruhan
Sampel A = (+)
Sampel B = (++)
Sampel C = (++)
Sampel D = (++)
5.1.4 Buih
Sampel A = + (lama hilang, tetap)
Sampel B = + (lama hilang, tetap)
Sampel C = + (lama hilang)
Sampel D = + (lama hilang)
5.1.5 pH
Sampel A = 5
Sampel B = 5
Sampel C = 5
Sampel D = 5
5.2 Uji Kadar Glukosa (Metode Fehling)
Hasil pemeriksaan keempat sampel urine terhadap kandungan glukosa
dengan metode Fehling A dan Fehling B :
Sampel Hasil Warna
A + Keruh dan warna hijau agak kuning
B ++ Kuning kehijauan dengan endapan kuning
C +++ Kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
D ++++ Larutan merah bata / merah jingga
DAFTAR PUSTAKA

Abirami, K. and S. C.Tiwari. 2001. Urinalysis in Clinical Practice (Akin to Liquid


Kidney Biopsy). Indian Academy of Clinical Medicine. 2(1): 39-50.

Evelyn C Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk para medist, Jakarta :
Gramedia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data


Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Repiblik Indonesia.
Lockwood, W.. 2015. The Complete Urinalysis and Urine Tests. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2016 dari http:// www.rn.org/courses/coursematerial-
265.pdf.
Mundt, L. A. and K. Shanahan. 2011. Graffs Texbook of Routine Urinalysis and
Body Fluids. Second Edition. Philladhelpia: LIPPINCOTT WILLIAMS
& WILKINS.
Sudarmo, Unggul. 2006. Analisis Kimia. Jakarta: Phibeta.

Anda mungkin juga menyukai