Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Hari/Tgl : Selasa/15 April 2014

Kimia Klinis Waktu : 13.00-17.00 WIB


Dosen asisten : drh. Septina Aryani
Asisten : drh. Fajar Sakti H SKH
Lusiana Kresnawati H, S. Si

URINALISIS I
Kelompok 6

Disusun Oleh:

1. Agus Kurnelius (J3L112158) 1.


2. Ekawisudawati (J3L112185) 2.
3. Liani Aprilya (J3L212199) 3.
4. Siti Rahma Agustriyani (J3L112123) 4.
5. Monica C Sitanggang (J3L112008) 5.

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Pendahuluan
Urinalisis (tes urin) atau analisis urin adalah pemeriksaan sampel urin
secara fisik (makroskopik), mikroskopik dan kimia.Tes urin terbagi atas Tes urin
rutin; makroskopik, mikroskopik,dan kimia. Tes urin khusus biakan urin
(mengetahui adanya kuman atau tidak dalam urin) dan Protein kuantatif
(mengetahui jumlah protein). Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,
kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat
mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar
protein dalam urin (proteinuria). Tujuan Urinalis (tes urin ) adalah membantu
tegakan diagnosis, mendapatkan informasi tentang fungsi organ dan metabolisme
tubuh, mendeteksi kelainan asimtomatik dan mengikuti perjalanan penyakit dan
hasil pengobatan (Poedjiadji 2009).

Tujuan Percobaan
Percobaan bertujuan menjelaskan komposisi urin dengan mempelajari sifat
fisik urin yaitu berat jenis dan mengidentifikasi berbagai senyawa organik
maupun anorganik yang menunjukan suatu kondisi abnormal manusia atau hewan
yang bersangkutan.

Metode
Alat-alat yang digunakan yaitu refraktometer, urinometer, dipstick
combur test, gelas piala 100 ml, gelas ukur 100 ml, thermometer, tabung reaksi,
timer, pipet tetes, pipet volumetric 10 ml, mikroskop, tabung sentrifuse, kaca
preparat dan penutup, sentrifuse, penangas air, tissue dan label data.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu, sampel urin contoh dari Agus
Kurnelius dan sampel kasus, asam asetat, pereaksi bang (Buffer asaetat pH 4.7),
asam nitrat pekat, dan akuades.
Penentuan sifat fisik urin dilakukan dengan cara sampel urin disiapkan
sampel urin kemudian diukur volume awalnya kemudian uji warna, uji bau, uji
kejernihan, uji pH, dan konsistensinya.
Penentuan berat jenis dan total padatan urin dengan metode
urinometer dilakukan dengan cara suhu yang tertera pada urinometer
diperhatikan. Sampel urin dituangkan kedalam tabung urinometer sampai terisi
kira-kira ¾ tabung. Kemudian urinometer dicelupkan kedalam tabung urinometer
yang telah berisi urin dan alat dilepaskan sehingga benar-benar terapung atau
bebas tidak menempel pada dinding tabung. Bila urin berbusa dapat digunakan
kertas saring untuk menghilangkannya. Selanjutnya BJ dibaca pada skala, angka
yang terdapat pada batas antara bagian urinometer yang tenggelam dan yang
muncul dari permukaan urin.
Penentuan berat jenis dengan metode refraktometer dilakukan dengan
cara alat refraktometer disiapkan dengan hati-hati dan permukaan prisma
dibersihkan dengan kertas tisu. Temperatur disamping alat diperhatikan. Alat
difokuskan sampai garis indeks terlihat jelas. Kemudian aquades diteteskan keatas
kaca prisma refraktometer sebanyak 1 tetes dab BJ air diamati.
Penentuan Total Solid dilakukan dengan cara metode carik celup urine
(combur test) yaitu urin disiapkan kemudian dicelupkan carik celup urine. Amati
perubahan warna pada kertas strip. Hasil pengamatan tidak lebih dari 30 detik
kemudian bandingkan dengan standar kemudian dicatat hasilnya.
Uji Koagulasi dilakukan dengan cara dipipet ke dalam tabung reaksi 2.5
mL urine jernih (bila perlu disaring lebih dahulu). Didihkan,. Endapan yang
terbentuk adalah protein atau fosfat. Kemudian, tambahkan 3 tetes asam asetat.
Bila endapan tetap ada menandakan adanya protein, sebab fosfat akan larut dalam
suasana asam, begitu juga pada urine kasus.
Uji Bang dilakukan dengan cara dipipet urine 2.5 ml, tambahkan pereaksi
bang 2 ml, dan dipanaskan, jika berubah warna menjadi keruh berarti positif
protein pada urine, begitu juga pada urine kasus.
Uji Heller dilakukan dengan cara dipipet 2.5 ml HNO3 Pekat ke dalam
tabung reaksi.  Miringkan tabung reaksi, dan tambahkan perlahan-lahan 2.5 mL
urine jernih (normal/ patologis). Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin
putih diatas lapisan HNO3 pekat, begitu juga pada urine kasus.
Penentuan sedimentasi urin dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
Urin sampel pertama-tama dipipet sebanyak 5 ml ke dalam tabung sentrifuse, lalu
disentrifuse selama 5-10 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Sedangkan untuk
sampel kasus tidak perlu disentrifuse kembali. Kemudian suspensi sedimen yang
tertinggal diambil dengan pipet tetes dan diletakkan diatas kaca preparat yang
kemudian ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan dilakukan dibawah
mikroskop dan kristal yang ditemukan digambar pada lembar kerja.

Data dan Hasil Pengamatan


Tabel 1 Hasil pengamatan pada uji urin
Parameter Kelompok Sampel kasus
Uji Fisik:
Volume 70 ml -
Warna Kuning muda Kuning
Konsistensi Encer Encer
Bau Amoniak Amoniak
pH Asam Asam
Bobot jenis:
Refraktometer 1,011 g/ml 1,035 g/ml
Urinometer 1,0043 g/ml -
Protein :
Koagulasi Negatif Positif
Uji Bang Negatif Positif
Uji Heller Negatif Positif
Penentuan sedimentasi urin: Negatif Positif (Gambar 2)
Combur Test:
SG (Spesifik Grafitik) 1.0200 -
pH 5 -
Leu (Leukosit) Negatif (-) -
Nit (Nitrit) Positif (+) -
Pro (Protein) Negatif (-) -
Glu (Glukosa) Positif (+) 1 -
Ket (Keton) Negatif (-) -
Ugb (Urobilinogen) Normal -
Bil (Bilirubin) Negatif (-) -
Ery (Eritrosit) Negatif (-) -
Hb (Hemoglobin Negatif (-) -

(a) (b) (c)


Gambar 1 Hasil uji protein sampel kelompok (a) uji koagulasi, (b) uji bang, (c) uji
Heller

(a) (b) (c)


Gambar 2 Hasil uji protein sampel kasus (a) uji koagulasi, (b) uji bang, (c) uji
Heller

Gambar 3 Hasil uji sedimentasi urin dari sampel kasus

Pembahasan
Pengujian sifat fisik dari urin merupakan uji awal yang dilakukan pada
urin dan merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kondisi urin. Cara
pengambilan sampel yang digunakan pada percobaan adalah midstream.
Berdasarkan percobaan, hasil pengujian sifat fisik untuk sampel kelompok dan
sampel kasus adalah sama untuk parameter uji bau yaitu bau amoniak,
kejernihannya adalah jernih, pH dari urin asam, dan konsistensinya encer.
Perbedaannya pada urin sampel kelompok warnanya kuning muda sedangkan
pada sampel kasus berwarna kuning. Perbedaan ini dapat disebabkan kandungan
zat terlarut didalam urin yang menyebabkan komposisinya berbeda. Volume
sampel dari urin kelompok adalah 70 ml.
Penentuan berat jenis urin menggunakan urinometer, refraktometer, dan
combur test. Urinometer adalah hidrometer untuk penentuan bobot jenis dari urine
dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-
1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60°F atau
15,5°C. Bila temperatur cairan yang akan dikur bukan 15,5°C, maka harus
diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan dengan jalan menambah angka satu
pada angka ketiga dibelakang koma untuk setiap 3° di atas temperatur peneraan.
Sedangkan dengan metode refraktometer prinsip kerjanya memanfaatkan refraksi
cahaya. Pengukurannya didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk
melalui prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma
kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan
oleh sudut batas antara cairan dan alas. Prinsip penentuan SG (specific gravity)
pada combur test yaitu romthymol blue dengan methyl vinyl ether maleic acid
sodium salt akan memberikan warna pada urin sesuai dengan bobot jenisnya (Mc
Pherson dan Sacher 2004).
Berdasarkan percobaan dari ketiga metode tersebut diperoleh bobot jenis
yang berbeda-beda. Berdasarkan percobaan bobot jenis urin dari sampel
kelompok menggunakan urinometer adalah 1,0043 g/ml. Metode refraktometer
bobot jenis dari urin kelompok adalah 1,011 g/ml sedangkan untuk sampel kasus
adalah 1,035 g/ml. Metode combur test diperoleh bobot jenis urin kelompok
adalah 1,0200 g/ml. Kekurangan urinometer adalah apabila urinometer
menyentuh dinding maka akan berpengaruh terhadap pembacaan skala sehingga
BJ terukur tidak sesuai dengan yang seharusnya. Bobot jenis urin dari sampel
kasus dan sampel kelompok berbeda karena benda-benda terlarut maupun yang
tak larut dalam setiap urin berbeda. Berdasarrkan hasil analisis kami dari ketiga
metode tersebut yang akurat adalah combur test lebih spesifik.
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas
seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan
diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai
penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa,
protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit
esterase. Prinsip penentuan pH pada combur test yaitu Kombinasi indikator
methyl red dan bromthymol blue yang terkandung pada carik memungkinkan
perubahan warna carik sesuai dengan pH urin. Prinsip penentuan leukisit yaitu
asam carbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit akan membentuk
indoxyl, indoxyl dioksidasi terbentuk senyawa indigo yang berwarna indigo.
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi.
Prinsip penentuan nitrit pada combur test yaitu nitrit dengan para-arsinilic
acid dan tetrahydrobenzoquinolin membentuk senyawa yang berwarna merah.
Prinsip penentuan protein tetrachlorofenol-tetrabromosulfo-phtalein (bufer)
dengan protein akan membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Prinsip penentuan glukosa yaitu D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase
membentuk senyawa berwarna coklat. Prinsip penetuan keton pada combur test
yaitu natriumnitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam acetoasetat dan
aseton membentuk senyawa yang berwarna violet. Prinsip penetuan urobilinogen
yaitu  urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa azo berwarna merah. Prinsip penentuan bilirubin yaitu
bilirubin dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium floroborat)
dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna merah violet. Prinsip
penentuan hemoglobin yaitu peroksidase yang ada pada Hb membentuk O2 dan
H2O. O2 yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin (kromogen) membentuk
senyawa berwarna hijau biru. Berdasarkan percobaan hasil pengujian combur test
dapat dilihat pada Tabel 1.
Uji koagulasi dilakukan dengan menambahkan CH3COOH 6% ke dalam
contoh urin. Gandasoebrata (2007) mengemukakan bahwa ketikan urin
dididihkan terbentuk kekeruhan, kemungkinan disebabkan oleh protein atau
Ca3(PO4)2/CaCO3. Untuk memastikan hal tersebut, urin diteteskan larutan
CH3COOH 6%. Bila cairan menjadi jernih kembali maka kekeruhan disebabkan
adanya Ca3(PO4)2. Bila kekeruhan semakin jelas maka kekeruhan disebabkan
adanya protein. Berdasarkan percobaan sampel urin kelompok menunjukkan hasil
negatif lihat Gambar 1(a) sedangkan pada sampel kasus hasilnya positif lihat
Gambar 2(a). Hal ini menunjukkan bahwa sampel kasus dalam urinnya terdapat
protein yang membuktikan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus tidak
maksimal.
Prinsip dari uji Bang adalah protein dalam urin akan terdenaturasi oleh
asam karena mendekati titik isolistrik protein dengan bantuan pemanasan
sehingga terbentuk kekeruhan. Reagen yang digunakan adalah buffer asetat
dengan pH 4.7, yaitu titik isolistrik dari protein. Berdasarkan percobaan
menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (Gambar 2) pada sampel kelompok
karena warna urin semakin jernih. Hal ini menunjukkan bahwa urin tersebut tidak
mengandung protein. Sedangkan pada sampel kasus hasilnya positif (Gambar 2).
Uji Heller dilakukan dengan mencampurkan urine dengan HNO3 pekat
sehingga hasilnya akan terbentuk cincin yang berwarna putih pada permukaan
larutan. Hal ini menandakan bahwa di dalam urine terkandung albumin (protein).
Urine pecah kemudian mengalami denaturasi oleh HNO3. Protein albumin jika
terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein di permukaan, tetapi
jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus-menerus sampai cincin
putih menghilang (Poedjiadi 2009). Berdasarkan percobaan dari sampel kelompok
menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-). Hal ini menunjukkan bahwa urin
yang diperiksa tidak menyatakan adanya protein pada urine. Sedangkan pada
sampel kasus hasilnya positif.
Penetuan sedimen urin prinsipnya sampel urin akan disentrifuse agar
sedimen yang ada dalam urin mengendap semua dibagian bawah tabung sentrifuse
dan mudah untuk diambil dan dianalisis dengan mikroskop. Berdasarkan hasil
percobaan pada Tabel 1 didapat bahwa kristal tersebut merupakan kristal kalsium
oksalat dihidrat yang memang umum ditemukan pada manusia (Gambar 3).
Bentuk dari kristal tersebut adalah segiempat dengan sudut diagonal memotong di
dalamnya. Kristal ini ditemukan pada semua pH dan dalam berbagai macam
ukuran. Kristal ditemukan hanya pada sampel kasus yang merupakan urin
manusia dengan perbesaran 4x10, sedangkan sampel kelompok didapati negatif
dari kristal atau organisme lainnya. Pada beberapa kasus gangguan sekunder
pemakaian kalsium meningkat (hiperparatiroidisme) maka terjadi gangguan
metabolisme dan peningkatan ekskresi kalsium oleh tubuh.. Hal ini dapat dilihat
bila dalam urin ditemukan dalam jumlah banyak dengan gagal ginjal akut, perlu
pertimbangan diagnosis karena keracunan etilen glikol (Gandasoebrata 2007).

Simpulan
Berdasarkan percobaan dari sifat fisik urin hasilnya normal untuk pH,
warna, bau, kejernihan, konsistensi maupun volume. Berat jenis urin sampel kasus
lebih besar dibandingkan dari pada sampel kelompok. Penentuan total solid
dilakukan uji Combur test. Sampel kelompok negatif protein sedangkan sampel
kasus positif protein dari uji koagulasi, heller dan uji bang. Sedangkan
sedimentasi yaitu Kristal hanya ditemukan pada sampel kasus.

Daftar Pustaka
Gandasoebrata S. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Mc Pherson, Sacher. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: EGC
Poedjiadi, A. dkk. 2009.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-brio Press.

Anda mungkin juga menyukai