Anda di halaman 1dari 4

Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 302

Konferensi Internasional Kebudayaan dan Bahasa ke-2 di Asia Tenggara (ICCLAS 2018)

Tradisi Makan Ketupat di Hari


Lebaran Ketupat di Jawa
M. Ma ‟ruf Misbah
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Indonesia
mm.misbah@uinjkt.ac.id

Ketupat menandakan adanya kebahagiaan dalam sebuah hajatan


Abstrak--Artikel ini membahas studi antropologi tentang kekuatan
dengan melayani ketupat makanan sebagai bahan utamanya.
budaya yang terkandung di dalam ketupat tradisi makan (ketupat
adalah nama makanan) di antara banyak keluarga Muslim Jawa di Perayaan ini terjadi setiap tahun di antara banyak keluarga Muslim
Lebaran Ketupat hari, diadakan setiap tahun pada tanggal 8 Syawal, bulan kesepuluh Jawa, sehingga menjadi tradisi. Mereka menyampaikan keinginannya
dalam kalender Hijriah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan budaya dalam bentuk kegiatan hajatan pada tanggal tersebut.
yang membentukketupat tradisi makan di Lebaran
Sebagai tradisi yang sangat populer di kalangan masyarakat Jawa, tradisi
Ketupat hari dalam perspektif antropologi. Dalam mencapai tujuan tersebut,
tersebut Ketupat Lebaran, tentunya merupakan obyek yang sangat menarik
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
untuk diteliti. Sampai saat ini objek tersebut masih memberikan peluang untuk
antropologi budaya. Sebagai tradisi yang terkait dengan perilaku manusia, maka
dikaji dari aspek-aspek yang belum dibahas dalam berbagai tulisan yang ada.
ketupat tradisi makan di Lebaran Ketupat hari pasti
Artikel sebelumnya berfokus pada aspek naratif dari tradisi ini. Namun, artikel ini
sangat tepat untuk dibahas dari aspek antropologi budaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pola pikir yang membentuk perilaku banyak berfokus pada aspek antropologis. Ada artikel yang hanya menginformasikan

keluarga muslim Jawa dalam menjalankan tradisi tersebut. Kekuatan pola secara singkatLebaran Ketupat sebagai bagian yang sangat kecil dari
pikir tersebut telah berhasil menempatkan aktivitasketupat makan di pembahasan dan tidak menganalisanya dari segi antropologi [3, hal. 209]. Ada
Lebaran juga artikel lain yang bikinketupat makanan
Ketupat hari dalam kriteria tradisi. Kesimpulannya adalah bahwa
ketupat tradisi makan di Lebaran Ketupat hari telah kuat sebagai inti pembahasan dan menganalisanya dengan pendekatan sejarah
Akar di antara banyak keluarga Muslim Jawa, sehingga tradisi ini bisa dan filosofi, serta mengaitkan pembahasannya dengan fungsi makanan
dilakukan setiap tahun di bulan Syawal. Dampak penerapanketupat yang biasa disajikan pada hari raya Idul Fitri, dan bukan membuat Lebaran
tradisi makan di Lebaran Ketupat Ketupat sebagai objek inti diskusi [4, hlm. 4--8]. Selain artikel
Hari ini semakin ramai perdagangan daun kelapa di tersebut, ada juga artikel lain yang membahas tentang tradisi
berbagai pasar tradisional di sekitar keluarga muslim Lebaran Ketupat di luar Jawa karena pengaruh orang Jawa [5,
Jawa menjelang kedatanganLebaran Ketupat hari dan hlm. 217--226]. Ada berbagai artikel lain yang membahas
munculnya kesesuaian persepsi budaya di antara mereka dalam
terkaitLebaran Ketupat.
menentukan menu makanan di hari itu.
Meski demikian, masih ada masalah lain yang belum dibahas. Dengan
membatasi pembahasan hanya padaketupat tradisi makan, ini
Kata kunci — ketupat, Lebaran Ketupat, Syawal, Artikel akan memperkaya pembahasan yang ada sekaligus menunjukkan
antropologi budaya keunikannya diantara pembahasan lainnya.

Sesuai dengan keunikan tersebut di atas, tulisan ini bertujuan


I. SayaPENDAHULUAN untuk mengidentifikasi kekuatan budaya yang menjadi akar dari
Di antara keluarga Muslim Jawa, ada a ketupat memakan ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat hari ke 8
tradisi Lebaran Ketupat hari yang diadakan pada tanggal 8 Syawal, Syawal di kalangan keluarga muslim Jawa dengan pendekatan antropologi
bulan ke 10 dalam kalender Hijriah atau bulan setelah Ramadhan. budaya. Tulisan ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bacaan
Lebaran Ketupat adalah tradisi pembuatan ketupat makanan sebagai dalam hal-hal yang berkaitan dengan tradisi diLebaran Ketupat
hidangan dalam perayaan yang disebut Lebaran Ketupat. Makanan ini terbuat hari.
dari bahan dasar beras yang merupakan makanan pokok masyarakat jawa.
Bahan dasar ini direbus dalam aketupat kulit II. METHOD
terbuat dari anyaman daun kelapa yang biasa disebut dengan janur.
Sebagai pelengkap ini ketupat hidangan makanan, mereka biasanya Itu ketupat makan Lebaran Ketupat Hari merupakan tradisi dan tingkah laku
membuat opor ayam (ayam direbus dengan santan) dan sayur manusia dalam mengungkapkan keinginan dan pola pikir untuk membangun tatanan
ketupat (sup ketupat) [1, hal. 456], [2, hal. 124]. Keduanya disajikan hidup yang harmonis dan akomodatif. Mereka memiliki kecenderungan budaya untuk
dan disantap bersama dengan makanan ketupat. Karena dibuatketupat makanan untuk dimakan Lebaran
makanan inti dalam hajatan tanggal 8 syawal iniketupat, perayaan Ketupat hari. Pembahasan terkait dengan tradisiLebaran
dikenal sebagai Lebaran Ketupat. Jadi, istilahnya Lebaran Ketupat dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan, tetapi dalam format

Hak Cipta © 2019, Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press.


Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).
8
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 302

menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan perilaku manusia yang membentuk (ayam direbus dalam santan) [1, hal. 456], [2, hal. 124]. Selain
ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat hari di antara membuatketupat makanan, sayur ketupat, dan opor ayam,
Pada keluarga muslim Jawa, penggunaan pendekatan antropologi budaya dinilai sangat banyak keluarga muslim juga membuatnya lepet (makanan yang terbuat dari ketan,
tepat. Antropologi merupakan ilmu yang sangat memperhatikan dalam menganalisis parutan kelapa, dibungkus dengan daun kelapa, kemudian direbus) sebagai pelengkap
tingkah laku manusia dalam membangun tatanan kehidupan masyarakat, serta disajikan dan dimakan diatasnya. Lebaran Ketupat
menganalisis tradisi yang merupakan salah satu bentuk budaya yang berkembang di
hari [3, hal. 209].
masyarakat [6,
Tradisi ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat
p. 193], [7, hal. 35]. Oleh karena itu, dalam antropologi terdapat suatu cabang
Hari di antara keluarga Muslim Jawa tampaknya memiliki akar yang kuat. Ada kekuatan
kajian yang disebut antropologi budaya [8, hlm. 95--96]. Dengan demikian,
budaya yang menggerakkan mereka untuk meramaikanLebaran
antropologi budaya digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisis topik-
Ketupat hari dengan makan ketupat sebagai hidangan utama.
topik dalam artikel ini.
Kekuatan budaya iniaku s terkait dengan set utama dan perilaku
Tradisi makan ketupat di Lebaran Ketupat hari adalah, a komunitas. Pola pikir tersebut diimplementasikan dalam bentuk
bentuk peradaban dan budaya. Istilah budaya memiliki arti luas tingkah laku dan diwujudkan dalam kegiatan khas yang menjadi
yang mencakup semua manusia [9, hal. 103], [10, hlm. 50-51]. Arti ciri khas LebaranKetupat. Kegiatan ini dilakukan secara serentak
cakupan dalam istilah budaya lebih luas daripada istilah dalam oleh banyak keluarga muslim Jawa.
peradaban. Dalam hal ini istilah peradaban dapat diartikan Karena sudah menjadi tradisi, orang termotivasi untuk bisa
sebagai karya manusia yang bersifat smooth, progress, dan membuatnya ketupat untuk dimakan pada hari Lebaran
beauty [6, hal. 196], [11, hal. 2]. Definisi lain menghubungkan
Ketupat. Motivasi ini muncul dari keinginan yang kuat untuk mampu
peradaban dengan sistem politik, ekonomi, dan teknologi [7, hal.
melakukan tindakan terpuji dengan berbagi makanan dengan keluarga
31], [12, hal. 5].
kerabat dekat [3, hal. 209]. Jadi, serunya aktivitas pembuatanketupat
Jika dikaitkan dengan definisi peradaban seperti yang disebutkan dalam makanan untuk disajikan dan dimakan di Lebaran
studi antropologi oleh Koentjaraningrat [6, hal. 196], tradisi pembuatan Ketupat Hari tetap dipertahankan dan selalu dilaksanakan setiap tahun
ketupat makanan dan mengonsumsinya sebagai wujud kontribusinya kepada masyarakat. Sepatu inilah yang
Lebaran Ketupat hari, bisa dikategorikan sebagai bentuk peradaban. menjadi eksistensi kekuatan budaya dalam pelaksanaan tradisi.
Sedangkan jika dikaitkan dengan definisi kebudayaan menurut Taylor
B. Diskusi
seperti yang dikemukakan oleh Effat al-Sharqawi [12, hal. 1], ituketupat
tradisi makan Lebaran Ketupat hari Itu ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat hari di antara
bisa dikategorikan sebagai bentuk budaya yang dikelola oleh masyarakat Banyaknya keluarga muslim Jawa merupakan fenomena yang muncul dari

setempat. Demikian pula jika dikaitkan dengan definisi budaya dalam kajian kesamaan persepsi dalam membentuk tingkah laku di masa itu. Tradisi ini

antropologi seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat [6, hal. 193], dilakukan pada tanggal 8th hari bulan Syawal setelah keluarga Muslim berpuasa

tradisi pembuatanketupat makanan untuk disajikan dan dimakan Lebaran selama enam hari setelah Idul Fitri. Lebaran Ketupat dilakukan seminggu setelah

Ketupat Hari dimana manusia sebagai pembuat tradisi dalam Idul Fitri [15, hal. 102]. Artinya ituLebaran Ketupat akan dilaksanakan pada hari

masyarakatnya dapat diidentifikasikan sebagai suatu bentuk budaya. yang sama dengan Idul Fitri, dengan tanggal yang berbeda. Misalnya, jika 1
Syawal yang merupakan tanggal Idul Fitri jatuh pada hari Jumat,
AKU AKU AKU. HASIL DAN DISKUSI
Lebaran Ketupat akan diadakan pada hari Jumat juga, pada tanggal 8
Hasilnya Syawal. Dengan demikian, maka tanggal 2,3,4,5,6, dan 7 Syawal (enam
Sana adalah ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat hari hari) merupakan waktu pelaksanaan puasa Syawal yang dikategorikan
di antara keluarga Muslim Jawa. Tradisi ini memiliki pengaruh yang sangat besar sebagaisunnah.
dalam kehidupan mereka di masyarakat, sehingga mereka sangat memperhatikan Sunnah merupakan bagian dari berbagai bentuk ketetapan hukum dalam Islam.

pelaksanaan tradisi tersebut. Mereka melaksanakan tradisi ini pada tanggal 8 Dalam Ushul al-Fiqh, istilahnyasunnah juga disebut mandub dengan

bulan Syawal. Banyak Muslim Jawa menggunakan enam hari sebelum hariLebaran tidak ada perbedaan arti [16, hal. 172], [17, hal. 94]. Saat suatu aktivitas
dipertimbangkansunnah Artinya umat Islam yang melaksanakannya akan diberi
Ketupat dan setelah Idul Fitri 1 Syawal untuk melaksanakan sunnah pahala oleh Allah, dan jika umat Islam tidak melaksanakannya maka tidak akan
puasa. Dalam Fiqh, enam hari puasa Syawal termasuk dalam ada sanksi dan pahala bagi mereka [17, hal. 94], [18, hal. 34]. Karena puasa enam
kategorisunnah puasa, dan sebaiknya dilakukan tepat setelah Idul hari syawalsunnah, orang-orang yang
Fitri [13, hal. 215]. Literatur fiqh lainnya menyebutkan bahwa melakukan itu akan mendapat pahala dari Allah.
puasa enam hari Syawal sebaiknya dilaksanakan secara berurutan Waktu tutup antara implementasi ketupat
tepat setelah IdulFitri yang artinya dilaksanakan pada tanggal 2, 3, tradisi makan Lebaran Ketupat hari dan Idul Fitri mempengaruhi
4, 5, 6, dan 7 Syawal [14, hal. 304]. Oleh karena itu, banyak Muslim tradisi permintaan maaf dan pengampunan yang dilakukan pada
Jawa yang memilih waktu itu untuk melakukan enam hari Idul Fitri, dan pada Lebaran KetupatBeberapa masyarakat memiliki
sunnah puasa di bulan Syawal. Pada tanggal 8 Syawal, mereka persepsi tertentu dalam menafsirkan ketupat makanan sebagai
menyelesaikan puasa enam hari dan merayakannya sebagai simbol. Dalam bahasa Jawa, "ketupat " disebut "kupat "[2, hal. 125].
Lebaran Ketupat hari yang diwarnai dengan tradisi makan ketupat. Ada pemahaman yang populer di kalangan sebagian orang Jawa
Umumnya, padaLebaran Ketupat hari, itu ketupat makanan dari aspek semiotik kata "kupat ". Kata "kupat " dianggap sebagai
dilengkapi dengan sayur ketupat (ketupat sup) dan opor ayam akronim dari kombinasi dua kata dalam bahasa Jawa, "ngaku

9
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 302

lepat "[2, hal. 125], [19, hlm. 81--82]. Kombinasi kata "ngaku lepat " terjadi karena daun kelapa merupakan bahan baku pembuatannya ketupat
berarti "mengakui kesalahan" [2, hal. 125]. Dalam hal ini, makanan kulit. Pembuatanketupat kulit dengan berbagai macam
ketupat (kupat) Dalam tafsir budaya yang populer di kalangan model membutuhkan keterampilan t. Oleh karena itu, untuk mensukseskan
masyarakat tertentu dianggap sebagai pengakuan perbuatan salah Ketupat Lebaran, pedagang tidak hanya menjual daun kelapa tetapi juga
yang mungkin dilakukan, dan juga sebagai simbol permintaan maaf menjualnya ketupat kulit yang siap diisi nasi [22], [24],
atas perbuatan tersebut, meskipun pada kenyataannya orang tersebut [25]. Demikianlah seorang pedagang yang memiliki keahlian menganyam daun kelapa
tidak melakukan kesalahan [19, hal. 81], [20]. Hal ini merupakan salah menjadi aketupat kulit dapat memanfaatkan keahliannya untuk menghasilkan barang
satu bentuk perilaku kesantunan yang muncul dari persepsi dagangan ketupat kulit. Dengan menjualketupat Kulit, pedagang mendapat untung lebih
kesantunan. Demikianlah tradisi berbagiketupat makanan dibuat untuk dari sekedar menjual daun kelapa. Maraknya perdagangan daun kelapa danketupat kulit,
Keluarga atau kerabat lainnya bukan berarti telah terjadi tentunya telah menggambarkan tingkah laku masyarakat sebelum adanya tradisi makan
perbuatan salah antara kedua belah pihak, melainkan hanya ketupat di hari
sikap kesopanan. Hal ini sesuai dengan sikap kesopanan dalam Lebaran Ketupat.
tradisi saling meminta maaf dan memaafkan pada saat Idul Kebiasaan ketupat Makan di kalangan keluarga muslim Jawa
Fitri, meski di antara dua pihak tidak ada perbuatan salah atau juga berdampak pada pemilihan menu makanan pada hari itu dan
terpuji. Pemahaman filosofis dariketupat tradisi makan Lebaran memperkuat tradisi pada hari itu Lebaran Ketupat. Ini memiliki
berdampak pada penguatan keberlangsungan tradisi itu di tahun-tahun
Ketupat hari menjadi pangkal dan berkontribusi dalam menjaga berikutnya. Mereka menjadikan tradisi sebagai bagian dari berbagai cara
kelangsungan implementasinya setiap tahun [21, hal. 285]. membangun tradisi lain di kalangan masyarakat. Dengan demikian, selain
Tradisi berbagi ketupat makanan dengan keluarga atau kerabat lain kekuatan kontinuitasketupat tradisi makan di
yang bertujuan untuk membuat kerabat lain menikmati hidangan tersebut Lebaran Ketupat hari di tahun-tahun berikutnya, ada juga
[3, hal. 209]. Tradisi ini bisa menjadi sarana untuk mempererat tali kekuatan keberlangsungan tradisi ini di generasi selanjutnya [2,
silaturahmi (keluarga atau pertemanan) dan ikatan kekeluargaan. Mereka hal. 124]. Tradisi ini sesuai dengan pola pikir mereka sehingga
bisa saling berbagi kebahagiaan pada hari ituLebaran Ketupat. Ini berarti keberadaan dan keberlangsungannya di masyarakat mendapat
agar setiap keluarga dapat merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan oleh perhatian yang besar.
keluarga lainnya. Fenomena ini tentunya dapat menambah keakraban dan
keharmonisan yang kuat dalam tatanan kehidupan di masyarakat. Itu juga bisa
IV. KESIMPULAN
dianggap sebagai akar yang dapat memperkuat tradisi pembuatanketupat untuk Pembahasan dalam artikel ini dapat disimpulkan bahwa di
dimakan di Lebaran Ketupat hari. antara keluarga Muslim Jawa terdapat a ketupat tradisi makan
Di kalangan masyarakat Jawa, banyak keluarga Muslim yang memiliki cara di Lebaran Ketupat hari yang diadakan pada tanggal 8 Syawal setiap tahun.
untuk mengisi hari ke-8 Syawal dengan berbagai aktivitas yang mereka lakukan Initradisi dilakukan setelah enam hari puasa Syawal enam hari yang
ketupat untuk disajikan dan dimakan pada pagi hari pada tanggal itu Tradisi itulah dikategorikan sebagai sunnah puasa [13, hal. 215], [14, hal. 304]. Sebelum
yang mereka isi Lebaran Ketupat hari. Ini kedatanganLebaran Ketupat hari, mereka
Hal ini tentunya sesuai dengan bidang kajian antropologi budaya membuat ketupat makanan agar semua anggota keluarga bisa makan ketupat
yang menjadikan cara hidup manusia sebagai objek penelitian [7, pada hari itu. Selain itu, sebagianketupat makanan dibuat adalah
hal. 35], [10, hal. 52]. Makna kegiatan tersebut sesuai dengan pola diberikan kepada keluarga atau kerabat lain [3, hal. 209]. Keluarga yang menerima
pikir mereka sehingga diwujudkan dalam bentuk perilaku ketupat makanan, karena juga dibuat ketupat makanan, lakukan
masyarakat muslim Jawa yang dilakukan di lingkungannya. hal yang sama, yaitu memberi sebagian dari ketupat makanan dibuat
Kegiatan tersebut dilakukan setiap tahun sehingga menjadi tradisi kepada keluarga atau kerabat lain yang memiliki hubungan dekat di
masyarakat setempat. Kesamaan cara mereka menyelesaikan lingkungannya, termasuk keluarga yang telah memberinya ketupat
aktivitas pada 8thHari Syawal merupakan akar yang kuat bagi makanan, sehingga mereka bisa merasakan ketupat makanan yang
kelangsungan tradisi itu setiap tahunnya. dibuat oleh keluarga lain di lingkungannya [3, hal. 209]. Tingkah laku
Itu ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat hari mereka dalam melakukan kegiatan ini diLebaran Ketupat hari telah
tentu berdampak di kalangan masyarakat. Diantara berbagai menjadi tradisi. Sebagai tradisi, aktivitas pembuatanketupat makanan
dampak tersebut, terdapat dampak berupa meningkatnya untuk disajikan dan dimakan di Lebaran Ketupat hari pasti bisa
aktivitas perdagangan daun kelapa di berbagai pasar dilakukan setiap tahun di antara mereka.
tradisional di sekitar keluarga muslim Jawa. DekatLebaran Ada beberapa faktor yang dapat memperkuat
Ketupat Saat ini banyak pasar tradisional yang menjual daun kelapa. Di keberlanjutan ketupat tradisi makan Lebaran Ketupat
2018, fenomena meningkatnya aktivitas perdagangan daun kelapa hari, jadi bisa dilakukan setiap tahun. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut.
menjelang hari raya Lebaran Ketupat terjadi di Lamongan Faktor pertama adalah faktor kemampuan mereka dalam mengimplementasikan pola
daerah [22]. Fenomena yang sama juga terjadi pada tahun 2016 di wilayah pikir tersebut ke dalam bentuk tingkah laku yang sudah menjadi tradisi. Faktor kedua
Kediri [23]. Pada tahun 2018, di wilayah Kudus juga terdapat fenomena adalah faktor keinginan yang kuat untuk dapat melakukan tindakan terpuji dengan
perdagangan daun kelapa yang semakin meningkat sebelumnya memberi beberapaketupat makanan yang dibuat untuk keluarga atau kerabat lain yang
Lebaran Ketupat hari [24]. Pada tahun 2018, fenomena tersebut juga terjadi memiliki hubungan dekat di lingkungannya [3, hal. 209]. Ketiga, faktor kesesuaian
di wilayah Blora [25]. Pasar tradisional di sekitar masyarakat Jawa di daerah persepsi dan pola pikir mereka dalam membangun tradisi. Keempat, faktor pemahaman
lain umumnya menunjukkan fenomena yang sama sebelumnyaLebaran budaya yang populer di kalangan
Ketupat. Fenomena perdagangan ini

10
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 302

masyarakat tentang kata "kupat ", sebuah kata dalam bahasa jawa [7] JT Prasetya, Drs, dkk, Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991.
yang artinya "ketupat ", Dalam konteks semiotika, sebagai lambang
[8] S. Gazalba, Pengantar Sejarah sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya
pengakuan perbuatan salah dan sebagai lambang permintaan maaf
Aksara, 1981.
atas perbuatan salah tersebut, walaupun pada kenyataannya kedua
[9] ES Anshari H. .. MA, Wawasan Islam. Jakarta: CV. Rajawali, 1986.
belah pihak tidak boleh berbuat salah [2, hal. 125], [19, hlm. 81--82],
[10] A. Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
[20]. Kelima, faktor perlunya keluarga muslim mempererat tali
[11] B. Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
silaturahim (silaturahmi)dengan keluarga lain di lingkungan mereka. 1995.
Keenam, faktor kesamaan cara mengisi sebagian kegiatanLebaran [12] Dr. E. al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit
Pustaka, 1986.
Ketupat hari di antara mereka. Berbagai faktor tersebut dapat menjadi [13] al-Anȿȃri, Fatḫ al-Wahhȃb Bi Syarḫ Minhaj al-Ṯullȃb, vol. 1. Beirut: Dȃr

akar yang dapat memperkuat kelangsungan tradisi tersebut, sehingga al-Kutub al-Ilmiah, 1998.

dapat dilakukan setiap tahun di lingkungannya. [14] al-Husaini, Kifâyah al-Akhyâr Fî Ḥalli Ghâyah al-Ikhtisâr. Beirut: Dâr
alMinhâj, 2008.
Ada juga dampak dari keberadaan tradisi itu. Setidaknya
[15] AW Muqoyyidin, “Islam Jawa, Distingsi Tradisi, Transformasi Spirit Profetik, dan
ada dua dampak. Pertama, meningkatnya perdagangan daun Globalisasi,” Akademika, vol. 21, tidak. 01, hlm. 99--116, 2016.
kelapa yang merupakan bahan dasar pembuatannyaketupat [16] AW Khallaf Prof. Dr., Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT.
kulit di berbagai pasar tradisional di berbagai daerah di sekitar RajaGrafindo Persada, 1994.
keluarga Muslim Jawa [22], [24], [25]. Kedua, terbentuknya [17] S. Karim Drs. HA,Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
persepsi budaya di antara sekian banyak keluarga muslim Jawa [18] AI al-Syîrâzi, Al-Luma 'Fî Ușȗl al-Fiqh. Beirut: Dar Ibn Katsir, 1995.
dalam menentukan menu makanan diLebaran [19] A. Kuswaya, “'Badan', Pelestarian Tradisi Bulan Syawal pada Masyarakat
Ketupat hari. Mereka telah berhasil menerapkan pola pikir berupa Muslim Kembangarum Kota Salatiga,” J. Penelit., vol. 13,
tidak. 1, hlm.67--84, 2016.
tingkah laku dalam mengisi beberapa kegiatan pada hari itu
[20] Y. Wijanarko, “Diperkenalkan Sunan Kalijaga, Ternyata Ketupat Adalah
Lebaran Ketupat pada 8 Syawal
Singkatan,”Pikiran Rakyat,21 Juni 2017. [On line]. Tersedia: http://
www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/06/21/diperkenalkansunan-
kalijaga-ternyata-ketupat-adalah-singkatan-403751.
REFERENSI [21] Haniyah, “Relasi Islam terhadap Eksistensi Adat di Indonesia,” di Tahunan
[1] K. Anwar, “Makna Kultural dan Sosial-Ekonomi Tradisi Syawalan,” Konferensi untuk Cendekiawan Muslim, Surabaya, 2018, hlm.280--286.

Walisongo, vol. 21, tidak. 2, hlm.437--467, 2013. [22] “Lamongan Dikepung Pedagang Janur dari Luar,” Realita.co, 20-Jun-
[2] R. Darwis, “Hukum Islam dalamMultikulturalis Pluralitas di Indonesia,” 2018. [Online]. Tersedia: http://www.realita.co/lamongan-
Zawiyah, vol. 3, tidak. 1, hlm.110--129, 2017. dikepungpedagang-janur-dari-luar.
[3] IA Hadi, “Harmonisasi Upacara Keagamaan dan Proses Sosial Kalangan [23] Madani, “Tradisi Kupatan Membawa Berkah bagi Pedagang Janur
Muslim Pedesaan: Kasus Empat Desa di Kecamatan Sumowono Kuning di Kediri,”www.BeritaMadani.co.id, 11 Juli 2016. [On line].
Kabupaten Semarang,” Inspirasi, vol. 1, tidak. 1, hlm.202-- 220, Tersedia: http://beritamadani.co.id/2016/07/11/tradisi-kupatan-
2017. membawa-berkah-bagi-pedagang-janur-kuning-di-kediri /.
[4] A. Rianti, AE Novenia, A. Christopher, D. Lestari, dan EK Parassih, “Ketupat [24] D. Iswanto, “Pedagang Janur Kelapa untuk Ketupat Banjiri Trotoar di
Sebagai Makanan Tradisional Budaya Indonesia”, J. Ethn. Makanan,vol. Kudus,” Akurat, 20 Juni 2018. [On line]. Tersedia:
5, tidak. 1, hlm.4--9, 2018. http://m.akurat.co/id-242798-read-pedagang-janur-kelapa-
untukketupat-banjiri-trotoar-di-kudus.
[5] K. Djojosuroto, “Ikon Tradisi Ba‟ do Katupat sebagai Refleksi Kebudayaan
Masyarakat Jaton di Sulawesi Utara, ” El Harakah, vol. 15, [25] “Warga Blora Berburu Janur Kelapa,” InfoPublik, 19 Juni 2018. [On line].
tidak. 2, hlm.217--227, 2013. Tersedia: http://infopublik.id/read/274884/warga-blora- berburu-
janurkelapa.htm
[6] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru,
1980.

11

Anda mungkin juga menyukai