Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MAULIDIA RAHMA

NO.BP : 1911012034

TUGAS OBAT BCS DAN KINETIKA PELEPASAN OBAT


A. KLASIFIKASI DISPOSISI OBAT (BCS)
Pada tahun 2005, Wu dan Benet memperkenalkan sistem klasifikasi disposisi obat biofarmasi
atau dikenal dengan BDDCS (Biopharmaceutics Drug Disposition Classification System) yang
dapat digunakan untuk memprediksi metabolisme enzim dan efek transporter pada disposisi obat
untuk menentukan ketersediaan hayati obat di dalam tubuh.Selain itu, BDDCS juga berguna
dalam memprediksi: rute eliminasi obat; absorpsi pada penyerapan oral; dan interaksi obatobat
Benet et.al pada tahu 2011 mengklasifikasikan 927 obat pada kelas BDDCS, yang mencakup 30
metabolit aktif. Sebanyak 897 obat dari obat induk, 23 artikel. Pada tahun 2016, Hosey et.al
mengklasifikasikan sebanyak 175 obat ke dalam system BDDCS dan mengubah klasifikasi 13
obat (Hosey et.al., 2016).

Banyak faktor yang dapat memengaruhi proses disposisi obat diantaranya: substrat endogen,
farmakogenomik, makanan, efek transporter dan enzim metabolisme yang dapat diekspresikan
dalam banyak organ, oleh karena itu penting mempertimbangkan interaksi transporter dan enzim
secara klinis. Hal ini dapat dilakukan dengan memprediksi tingkat kelarutan dan metabolisme
melalui table berikut :
Tingkat metabolisme secararutin diperoleh selama uji klinis fase I, sedangkan kelarutan dapat
diukur di laboratorium. senyawa yang sangat permeabel, akan dimetabolisme secara luas.
Sementara obat yang kurang permeabelnya memiliki metabolisme yang buruk. Hosey et. al
menyatakan bahwa hubungan antara tingkat permeabilitas tinggi dan tingkat metabolisme yang
tinggi adalah hasil dari reabsorpsi obat yang sangat permeabel dari empedu atau lumen ginjal
Kelarutan ditentukan oleh standar FDA. Kelarutan diklasifikasikan berdasarkan jumlah dosis
kelarutan minimum dari kekuatan dosis tertinggi dari obat yang diformulasikan pada 37°C pada
kisaran pH 1-7,5 pada awalnya, namun kisaran pH baru-baru ini telah disesuaikan menjadi 1
sampai 6,8 yang lebih akurat mencerminkan fisiologi dari usus. Ketika jumlah dosis ≤1, at
dianggap angat larut, dan ketika jumlah dosis > 1, obat dianggap kurang larut (Rinaki et al.,
2003).
Kegunaan dari BDDCS disebutkan dalam berbagai publikasi (Wu and Benet, 2005, Benet, 2013,
Shugarts and Benet, 2009). BDDCS dapat digunakan dalam penemuan dan pengembangan obat.
Prediksi termasuk interaksi obat-obat (DDI), efek farmakogenomik, efek makanan, efek substrat
endogen, distribusi, dan rute eliminasi. Sebagaimana pemahaman tentang transporter obat dan
metabolisme enzim, demikian juga aplikasi sistem ini. BDDCS diperkirakan mampu
memprediksi toksisitas, resistensi obat yang dimediasi oleh transporter, dan juga dapat
menginformasikan mengenai pemberian obat dan dosis. Sehingga BDDCS bisa menjadi alat
prediksi yang kuat ssetiap kali transporter obat terlibat dalam proses fisiologis.

B. KINETIKA PELEPASAN OBAT


1. Orde Nol
Pada sistem orde nol ini pelepasan obat terjadi dengan kecepatan konstan, tidak bergantung pada
konsentrasi. Sistem pelepasan orde nol merupakan sistem pelepasan yang ideal untuk sediaan
sustained release. Kinetika orde nol diperoleh dengan cara memplotkan persen kumulatif
pelepasan obat terhadap waktu. Persamaan kinetika orde nol adalah
C= k0t
Keterangan:
C = konsentrasi obat (mg)
ko = tetapan orde nol (mg/jam)
t = waktu (jam)
2. Orde Satu
Kecepatan pelepasan pada sistem ini bergantung pada konsentrasi. Kecepatan pada waktu
tertentu sebanding dengan konsentrasi obat yang tersisa dalam sediaan pada saat itu. Kinetika
pelepasan orde satu dapat diperoleh dengan cara memplotkan logaritma persen kumulatif obat
yang tersisa terhadap waktu yang akan menghasilkan garis lurus terhadap –k/2,303. Persamaan
kinetika pelepasan obat orde satu sebagai berikut :
LogC = LogCo – k/2,303
Keterangan:
C = konsentrasi obat pada waktu
tertentu (mg)
Co = konsentrasi awal obat (mg)
k = tetapan orde satu
3. Model Higuchi
Laju pelepasan obat dari matriks yang tidak larut umumnya akan mengikuti sistem pelepasan
Higuchi. Kinetika pelepasan model Higuchi dapat diperoleh dengan cara memplotkan persen
kumulatif pelepasan obat terhadap akar waktu. Persamaan dari pelepasan orde Higuchi, yaitu:
Qt = kH√t
Keterangan:
Qt =jumlah obat (mg)
kH = tetapan orde higuchi (mg/jam1/2)
t = waktu (jam)
4. Model Hixson-Crowell
Hixson dan Crowell menyatakan bahwa area reguler partikel sebanding dengan cube root
volumenya. Persamaan dari pelepasan obat model Hixson-Crowell yaitu :
W0 1/3 – Wt 1/3 = k t
Keterangan :
Wo : jumlah awal obat dalam sediaan farmasi,
Wt : jumlah obat yang tersisa dalam sediaan farmasi pada waktu t,
k (Kappa) : konstanta hubungan volume - permukaan.
Persamaan tersebut menggambarkan pelepasan dari system dimana ada perubahan pada area
permukaan dan diameter patrikel atau tablet.
Aplikasi : Ekspresi ini berlaku untuk bentuk sediaan farmasi seperti tablet, dimana disolusi
terjadi pada bidang yang sejajar dengan permukaan obat jika dimensi tablet berkurang secara
proporsional.
5. Model Korsmeyer-Peppas
Korsmeyer memperoleh hubungan semi-emperikal sederhana yang menghubungkan pelepasan
obat secara eksponensial dari sistem polimerik berkenaan dengan waktu kambuh. Untuk
mengetahui mekanisme pelepasan obat, data pelepasan obat pertama 60% digunakan dalam
Korsmeyer-Peppas model. Persamaan dari pelepasan obat model Korsmeyer-Peppas yaitu :
Mt / M∞ = K * tn
Keterangan :
Mt / M∞ : pelepasan-pelepasan obat pada waktu t
K : laju pelepasan konstan
n : eksponen pelepasan
6. Model Langenbucher
Pelepasan obat terjadi dengan difusi dan erosi pada granul kemudian terjadi akumulasi dalam
fraksi larutan yang berarti tidak ada lag time atau pelepasan di awal yang lambat. Nilai b < 1
menunjukkan bhawa kurva berbentuk parabola dengan kemiringan (slope) awal yang tinggi dan
kemudian membentuk grafik konsisten terhadap eksponensial. Hal ini menunjukkan tidak adanya
lag time di awal yang lambat (b < 1)

Anda mungkin juga menyukai