Anda di halaman 1dari 50

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN

MENGGUNAKAN METODE BENEDICT DAN CARIK CELUP


PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :
SANTI NOVRILIA
P00341016037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama :Santi Novrilia

Nim : P00341016037

Tempat Tanggal Lahir : Laloumera, 19 November 1999

Pendidikan : Mahasiswi Politeknik Kesehatan Kendari


Jurusan Analis Kesehatan sejak Tahun 2016
Sampai Sekarang

Kendari, Agustus 2019

Santi Novrilia
NIM.P00341016037

ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Santi Novrilia
Nim : P00341016037
Tempat Tgl Lahir : Laloumera, 19 November 1999
Suku/Bahasa : Tolaki/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. Sd Negeri 1 Laloumera, Tahun Tamat 2010
2. Smp Negeri 2 Besulutu, Tahun Tamat 2013
3. Sma Negeri 1 Sampara, Tahun Tamat 2016
4. Sejak Tahun 2016 Melanjutkan Pendidikan Di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

v
MOTTO

“Pantang mundur sebelum melangkah, jalani hidup dengan cara terbaik,


serta berjuang tanpa batas untuk memetik buah manis dikemudian hari”

vi
ABSTRAK

Santi Novrilia (P00341016037)”Gambaran Hasil Pemeriksaan Glukosa Urin


Menggunakan Metode Benedict dan Carik celup pada Pasien Diabetes Melitus Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari”. Dibimbing oleh Tuty Yuniarti dan
Satya Darayani
Latar Belakang : Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karasteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin terganggu,
sehingga menimbulkan gejala hyperglikemia (kadar glukosa didalam darah
meningkat) atau terdapat gula didalam urin (glukosauria). Tes glukosa urin dapat
dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi baik dengan fehling maupun
benedict dan luff shcorl, ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis
pemeriksaan semi kuantitatif. Adapun pemeriksaan lainnya yaitu dengan reaksi
enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang mengandung reagen
spesifik, skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian semi
kuantitatif
Tujuan Penelitian :.Untuk mengetahui hasil pemeriksaan glukosa urine
menggunakan metode benedict dan carik celup pada pasien diabetes melitus
(DM).
Metode Penelitian : metode deskriptif kualitatif, dengan populasi sebanyak 168
orang dengan besar sampel sebanyak 34 pasien diabetes melitus. Dengan
menggunakan tehnik Accidental sampling.
Hasil : menunjukan bahwa pasien penderita diabetes melitus adalah 34 sampel
dan didapatkan hasil pada pemeriksaan metode benedict hasil positif (+) sebanyak
22(65%) , positif (++) sebanyk 4(12%) dan hasil negatif sebanyak 8 (24%).
Metode carik celup didapatkan hasil positif (+) sebanyak 26(76%) dan hasil
negatif sebayak 8(24%).
Kesimpulan: Setelah dilakukan penelitian gambaran hasil pemeriksaan glukosa
urin maka didapatkan hasil dengan menggunakan metode benedict positif (+)
sebanyak 22(65%) , positif (++) sebanyk 4(12%) dan hasil negatif sebanyak 8
(24%). Metode carik celup didapatkan hasil positif (+) sebanyak 26(76%) dan
hasil negatif sebayak 8(24%).

Kata kunci : Diabetes Melitus,Glukosa urin, Carik celup & Benedict


Daftar Pustaka : 33 buah (1997- 2018)

vii
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamban-
Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan
Glukosa Urine Menggunakan Metode Benedict dan Carik celup pada Pasien
Diabetes Melitus di RSUD Kota kendari” dapat terselesikan dengan baik.
Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari.

Rasa hormat, terimaksih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada


ayahanda Agusalim Labana dan Ibunda Sumarni Laenggeno tercinta atas
semua bantuan moral ataupun materi, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang
tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut
ilmu sampai selesainya karya tulis ini.

Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,
dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghanturkan rasa
terimakasih kepada ibu Tuty Yuniarty S.Si.,M.Kes selaku pembimbing I dan ibu
Satya Darmayani S.Si.M.Eng selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala
pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini.

Ucapan terimakasih penulis juga tujukan kepada ;

1. Ibu Askrening,SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Kendari
2. Kepala Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam melakukan penelitian.

viii
3. Ibu Hj. Anita Rosanty,S.ST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan
4. Kepala Laboratorium RSUD Kota Kendari Ibu Tuty Dwiyana
Amd.Anakes.,SKM
5. Ibu Ruth Mongan BSC.,S.Pd.,M.Pd dan Ibu Supiati STP.,MPH
Selaku penguji dalam karya tulis ini
6. Bapak dan ibu dosen poltekkes kemenkes kendari jurusan analis
kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
7. Terima kasih kepada seluruh teman-teman angkatan ke VI Jurusan
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah banyak
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan


keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi karya tulis ilmiah masih
jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan kekurangan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
menambah khasanah ilmu khususnya ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, Juni 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS. ..................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN. .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN. .................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP. .................................................................................... v
MOTTO. ...................................................................................................... vi
ABSTRAK. .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR. ................................................................................ viii
DAFTAR ISI. ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL. ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR. .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang. ..................................................................................... 1
B. RumusanMasalah. ................................................................................ 2
C. TujuanPenelitian. ................................................................................. 3
D. ManfaatPenelitian. ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.Tinjauan Umum Diabetes Melitus. ..................................................... 5
B. TinjauanUmumTentang Glukosa Urine. ............................................ 8
C. TinjauanUmumTentang Metode Benedict. ........................................ 9
D. TinjauanUmumTentang Metode Carik Celup. ................................... 11

BAB III KERANGKA PIKIR


A.DasarPemikiran. .................................................................................. 13
B. Kerangka Pikir. ................................................................................... 14
C. Variabel Penelitian. ............................................................................ 15

x
C.DefinisiOperasional Dan KriteriaObjektif. ......................................... 15

BAB IV METODE PENELITIAN


A.JenisPenelitian ................................................................................... 18
B.Tempat DanWaktuPenelitian ............................................................ 18
C.Subjek Dan ObjekPenelitian .............................................................. 18
D. ProsedurPengumpulan Data.............................................................. 18
E. Jenis Data .......................................................................................... 19
F. ProsedurKerja .................................................................................... 19
G. Pengelohan Data ............................................................................... 20
H.Analisis Data ...................................................................................... 20
I. Penyajian Data.................................................................................... 21
J. Etika Penelitian ……………………………………………………...21

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. GambaranUmumLokasiPenelitian .................................................... 22
B. HasilPenelitian .................................................................................. 23
C. Pembahasan ....................................................................................... 24

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Distribusi frekuensi glukosa urin Menggunakan metode benedict …..24

Tabel 1.2.Distribusi frekuensi glukosa urin Menggunakan metode carik celup ..24

Tabel 1.3. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Glukosa urin menggunakan


metode benedict dan carik celup ………………………………….. 25

xii
DAFTAR GAMBAR
1.1. Gambar Interpretasi Hasil Metode Benedict. ......................................... 10
1.2. Gambar Interpretasi Hasil Metode Carik Celup..................................... 12
1.3. Gambar Hasil Dokumentasi Penelitian .................................................. 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari

Lampiran 2 : Surat Izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah


Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 5 : Dokumentasi penelitian

Lampiran 6 : Lembar Hasil Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik yang paling banyak
dialami oleh penduduk di dunia. Menurut World Healt Orhanization (WHO),
memperkirakan bahwa secara global 422 juta orang dewasa berusia 18 tahun yang
hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Hal ini juga didukung oleh data dari
International Diabetes Federation (IDF) yang menyatakan bahwa terdapat 382
juta orang (175 diperkirakan belum terdiagnosis) didunia yang menderita diabetes
mellitus dari tahun 2013 diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang
ditahun 2035 (World Healt Orhanization, 2016).
Negara Indonesia merupakan salah satu penduduk yang semakin
berubah pola hidupnya. Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar
negara dengan diabetes melitus tertinggi. Populasi penderita diabetes melitus di
Indonesia pada tahun 2015 mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta orang. Laporan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Departemen Kesehatan,
menunjukan bahwa prevalensi yang terdiagnosis diabetes melitus tertinggi di
Indonesia terdapat di Yogyakarta yaitu (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi
Utara(2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%), Hal ini menunjukan bahwa Sulawesi
Utara merupakan salah satu provinsi dengan angka prevalensi DM yang tertinggi
di Indonesia (Mohammad, 2015).
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan bahwa
penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 2015
penyakit diabetes mellitus berada diperingkat kelima dengan jumlah 2.377 kasus
dan pada tahun 2016 penyakit diabetes mellitus menempati urutan ke 4, dengan
jumlah kasus sebesar 2.983. Hal tersebut menunjukan bahwa meningkatnya
jumlah penderita diabetes melitus dalam setiap tahunnya yang diakibatkan adanya
fenomena global yang timbul akibat pola makan dan gaya hidup masyarakat yang
semakin berubah (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2015).

1
Berdasarkan data yang ada di RSUD Kota Kendari, sejak tahun 2016
sampai 2018 mengalami peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus dimana
pada tahun 2016 terdapat 119 kasus, pada tahun 2017 terdapat 155 kasus dan pada
tahun 2018 terdapat 168 kasus. Sehingga dengan melihat terjadinya peningkatan
dari setiap tahunnya berdasarkan data yang ada, maka hal ini perlu dijadikan
pertimbangan untuk pelayanan kesehatan (RSUD Kota Kendari, 2018).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi
baik dengan fehling maupun benedict dan luff shcorl, ketiga jenis tes ini dapat
digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi kuantitatif. Adapun pemeriksaan
lainnya yaitu dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang
mengandung reagen spesifik, skala warna yang menyertai carik celup
memungkinkan penilaian semi kuantitatif (Zamanzad B, 2009).
Priadi dan Santoso, 2016 dalam penelitiannya tentang “Kesesuaian hasil
pemeriksaan glukosa urin menggunakan metode luff shoorl dan metode benedict”
terdapat kesesuaian antara hasil pemeriksaan glukosa urin. Dalam penelitian lain
oleh (Idranila KS dan Puspito, 2012) tentang “Akurasi pemeriksaan carik celup
pada urinalisis proteinuria dan glukosauria” menyatakan bahwa metode carik
celup pemeriksaan glukosa dapat digunakan sebagai skrining karena memiliki
sensitivitas yang tinggi sementara pemeriksaan protein dengan metode carik celup
kurang spesifik terhadap protein eksresi ginjal dan kerusakan ginjal.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksut untuk melakukan
penelitian mengenai perbandingan hasil pemeriksaan glukosa urin menggunakan
reaksi reduksi atau metode benedict dan reaksi enzimatik atau metode carik celup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut “Bagaimanaka gambaran perbandingan hasil pemeriksaan glukosa
urin menggunakan metode benedict dan carik celup pada pasien diabetes
mellitus?”

2
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan glukosa urine
menggunakan metode benedict dan carik celup pada pasien diabetes melitus
(DM).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan glukosa urine menggunakan metode
benedict.
b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan glukosa urine menggunakan metode
carik celup..
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah khasanah bagi almamater Program studi DIII Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari tentang Gambaran Hasil Pemeriksaan
Glukosa Urin Menggunakan Metode Benedict dan Carik Celup Pada Penderita
Diabetes Mellitus Di RSUD Kota Kendari. Serta dapat menambah pengetahuan
penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan pada
bidang laboratorium.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah dalam khasanah keilmuan
peneliti.
b. BagiInstitusi
Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
c. Bagi masyarakat
Sebagai masukan dan informasi bagi masyarakat agar lebih memahami tentang
penyakit diabetes mellitus.

3
d. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai sarana tahap-tahap perkembangan kehidupan manusia, khususnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Diabetes Melitus


1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karasteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembulu darah (American Diabetes Association,
2017).
Diabetes melitus (DM) yaang dikenal dengan kencing manis adalah
keadaan hiperglikemik kronik yang disertai dengan berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal. Kadar glukosa dalam darah biasanya
berfluktuasi, artinya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada
makanan yang masuk aktivitas fisik seseorang (Mistra, 2005).
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu
mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah, ini
menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah
membahayakan (Smeltzer, 2002).
Faktor utama pada diabetes melitus ialah insulin, suatu hormn yang
dihasilkan oleh kelompok sel ß pangkreas. Insulin memberi sinyal kepada sel
tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pangkeas lain
yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah.
Apabila tubuh menghasilkan terlampaui sedikit insulin atau jika sel tubuh
tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes. Diabetes biasanya
dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang
diminum, atau suntikan insulin secara teratur (Setiabudi, 2008).

5
2. Faktor penyebab
Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu :
a. Pola makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus (DM). Hal
ini disebabkan oleh jumlah atau kadar insulin sel pangkreas mempunyai
kapasitas maksimum untuk dieksresikan.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang diabetes melitus (DM),
dibadingkan dengan orang yang tidak gemuk.
c. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus (DM)
dari orang tua biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus (DM)
mempunyai anggota keluarga yag terkena juga.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pangkreas. Peradangan pada pangkreas dapat
menyebabkan pangkreas tidak berfungsi secra optimal dalam mensekresikan
hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termaksud hormon
insulin.
e. Penyakit dan infeksi pada pangkreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pangkreas sehingga menimbulkan radang pangkreas. Hal ini menyebabkan sel
pada pangkreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresikan insulin.
3. Gejala klinis diabetes mellitus
Gejala klinis diabetes melitus dpat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu
gejala akut dan gejala kronik (Perkeni, 2011).
a. Gejala akut penyakit diabetes melitus
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita kependerita yang
lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukan gejala apapun sampai saat

6
tertentu. Biasanya akan menunjukan gejala awal yaitu banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (poliuria).
Keadaan tersebut jika tidak cepat diobati maka akan timbul gejala
banyak minum, banyak berkemih, nafsu makan mulai berkurang/berat badan
turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 3-4 minggu), mudah lelah dan
bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, dan penderita akan jath koma
yang disebut dengan koma diabetik.
b. Gejala kronik diabetes melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus
adalah kesemutan, kulit terasa panas atau tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal
dikulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan
terutama pada wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuasn
seksual menurun, bahkan impotensi dan para ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat
badan 4 kg (Perkeni, 2011).
4. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (2014), diabetes dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu :
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1.
Diabetes melitus (DM) tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang
disebabkan adanya kehancuran selektif sel ß pangkreas yang memproduksi
insulin. Kondisi ini ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi
sel dalam darah. Pada diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya terjadi sebelum
umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar.
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2.
Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah diabetes yang tidak
bergantung pada insulin. Hal ini disebabkan karena diabetes mellitus tipe 2
masih mampu mensekresi insulin namun dalam kondisi yang kurang
sempurna karena adanya resistensi insulin dan keadaan hiperglikemia.
c. Diabetes melitus dengan kehamilan
Diabetes melitus dengan kehamilan atau diabetes melitus
gestasional (DMG), merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada

7
saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu
normal. Diabetes jenis tipe ini akan kembali normal setelah melahirkan.
Faktor resiko pada diabetes mellitus dengan kehamilan ini dengan umur lebih
dri 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan diabetes melitus, infeksi
yang berulang , melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg.
d. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel ß pangkreas
defek genetik fungsi insulin, penyakit eksorin pangkreas, endokrinopati,
karena obat atau zat kimia, infeksi sindrom genetik lain yang berhubungan
dengan diabetes melitus.
B. Tinjauan Umum Glukosa Urine
1. Devinisi Glukosa Urine
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masi ada diurine
setelah melewati proses diginjal, yang disebakan karena kekurangan hormon
insulin yaitu yang mengubah glukosa menjadi glikogen. Glukosauria
(Kelebihan gula didalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui
atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Untuk pengukuran glukosa urine,
reagen strip, dan enzim glukosa oksidase (GOD), Peroksidase (POD), dan zat
warna (Pedjiadi, 2007).
2. Mekanisme terbentuknya glukosa urine
Glukosa urin adalah eksresi glukosa didalam urin, dimana terjadi
peningkatan pengeluaran glukosa atau gula darah melalui urin (air kemih).
apabila kadar glukosa itu meningkat sementara telah diketahui bahwa ginjal
hanya dapat menfiltrasi dalam jumlah tertentu maka ginjal tidak dapat
menyaring semuanya dan diketahui bahwa sifat glukosa banyak menyerap air
sehingga sebagian glukosa akan keluar bersama dengan urin. Dalam urin yang
normal tidak ditemukan glukosa karena pada tubulus ginjal akan dilakukan
proses reabsorpsi molekul glukosa untuk kembali masuk ke dalam sirkulasi
darah (Wilson, 2005).
3. Metabolisme Glukosa Urin
Didalam tubuh glukosa didapat dari hasil pencernaan amilum, sukrosa,
maltosa dan lactosa. Sebagai sumber energi, glukosa ditransfor dari sirkulasi
darah kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk dimetabolisme. Sebagian glukosa

8
yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses glikolisis dan
sebagian besar lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi glikogen,
dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan. Jika
kadar urine terlalu besar dalam darah maka dibuang melalui urine, padahal
kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul
dalam urine (130 mg/24 jam) (Fischer, 2014).
4. Faktor Penyebab
Terdapat dua penyebab glukosa urin :
a. Kadar gula darah yang terlalu tinggi. karena jika kadar gula tinggi pada
darah akan berakibat pada saluran ginjal. Saluran ginjal tidak akan mampu
menyerap seluruh gula tersebut sehingga akibat gula yang keluar melalui
air kemih atau glukosa urin akan meningkat.
b. Kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan tersebut berakibat pada
menurunya kemampuan ginjal untuk menyerap kembali gula. akibatnya
akan ditemukan glukosa didalam urin pada saat berkemih.
5. Gejala
Gula/glukosa bersifat menyerap banyak air. dengan demikian, penderita
glukosauria akan terjadi peningkatan volume air kemih. sehingga penderita
tersebut akan mengalami sering buang air kecil, bahkan sering terbangun
malam hari untuk berkemih. jika kondisi ini terus terjadi maka penderita
dapat mengalami dehidrasi, lemas, sering merasa haus, dan kekurangan cairan
(Hasdiana, 2014).

C. Tinjauan Metode Benedict


1. Devinisi metode benedict
Metode benedict adalah metode yang memanfaatkan sifat glukosa
sebagai zat pereduksi dimana reagen benedict mengandung garam cupri
yang jika ditambakan urine yang mengandung glukosa dan kemudian
dipanaskan maka akan menjadi cupro yang ditandai dengan adanya
perubahan warna an kekeruhan pada reagen benedict. Metode ini adalah
metode yang standar pada pemeriksaan glukosuria. Prinsip dari
pemeriksaan ini adalah glukosa dalam urin akan mereduksi cuprisulfat

9
menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan terjadinya perubahan warna
(Zamanzad B, 2009).
Kelemahan metode ini antara lain yaitu reagaen yang dibutuhkan lebih
banyak, untuk memperoleh hasil diperlukan waktu yang cukup lama.
Metode ini juga tidak spesifik u tuk mendeteksi glukosa urin saja. Adapun
kelebihan metode ini adalah biaya pemeriksaannya lebih murah dan
membutuhkan urin yang lebih sedikit (Mayangsari, C. 2008).
2. Mekanisme metode benedict

Pada prinsipnya, glukosa dalam urine akan mereduksi cuprisulfat


(dalam benedict) menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan
warna dari larutan benedict tersebut. Tes reduksi ini tidak spesifik karena
ada zat lain yang juga mempunyai sifat pereduksi seperti halnya glukosa
sehingga dapat memberikan reaksi positif palsu untuk glukosuria misalnya
fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dan beberapa zat bukan gula
seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat, serta karena
pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C. Selain itu
hasil yang diperoleh masih bersifat semi kuantitatif untuk menafsir kadar
glukosa urin secara kasar (Gandasoebrata, 2007).
3. Interpretasi hasil
Metode benedict biasanya ditandai dengan interpretasi hasil sebagai
berikut :
Negatif (-) : Tetap biru jernih
Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan
Positif (++) : Kuning keruh (1 – 1,5% glukosa).
Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5% glukosa).
Positif (++++) : Merah keruh (> 3,5% glukosa).

10
D. Tinjauan Metode Carik Celup
1. Devinisi carik celup
Carik celup/dipstik adalah alat diagnostik dasar yang
digunakan untuk menentukan perubahan patologis dalam urin pada
urinalisis standar. Carik celup berupa carik plastik yang tipis kaku
yang pada sebelah sisinya dilekati dengan sembilan kertas isap atau
bahan penyerap lain yang masing-masing mengandung reagen-reagen
spesifik terhadap satu zat. Skala warna yang menyertai carik celup
memungkinkan penilaian semi kuantitatif (Sriretno, 2007).
Pemeriksaan yang menggunakan carik celup memiliki
kelebihan biasanya sangat cepat, mudah dan spesifik. Tes ini dapat
dibaca antara 60 sampai 120 detik setelah pencelupan Adapun
kelemahannya adalah urin yang dibutuhkan sangat banyak
(Gandasoebrata, R, 2007; Insert kit).
2. Kegunaan metode carik celup
Carik celup dapat digunakan dalam berbagai bidang kesehatan
diantaranya skrining untuk pemeriksaan rutin, pemantauan
pengobatan, self monitoring oleh pasien dan pengobatan pencegahan
umum.
3. Prosedur pemeriksaan metode carik celup
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan
segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya kedalam urin
selama 2 detik, setelah itu dilakukan pembacaan hasil dengan
perubahan warna yang diinterpretasikan dengan membandingkan skala
warna rujukan yang ada pada botol reagen. Pembacaan dipstik dengan
instrumen otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan
dalam melakukan pembacaan secara visual (Gandasoebrata R, 2004).
4. Prinsip pemeriksaan carik celup.
Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu D-glukosa oleh enzim
glukosa oksidase diubah menjadi Dglukonolakton dan H2O2. H2O2
yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen membentuk senyawa
berwarna coklat.

11
5. Interpretasi hasil pemeriksaan carik celup
Positif (+) : Hijau kekuningan pada strip urin
Positif (++) : Coklat kekuningan pada strip urin
Positif (+++) : Coklat mudah pada strip urin
Positif (++++) : Coklat tua pada strip urin
Negatif (-) : Biru pada strip urin
6. Faktor yang mempengaruhi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji carik
celup/dipstick adalah :
a) Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi
(hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel
urine, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4)
(Gandasoebrata, R, 2007).
b) Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin
C, asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam
hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila
disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat
mengurangi sensitivitas pemeriksaan (Gandasoebrata, R, 2007).

12
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran
Diabetes melitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis adalah keadaan
hiperglikemik kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal. Kadar glukosa dalam darah umumnya mengalami fluktuasi,
artinya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada makanan yang
masuk didalam tubuh seseorang. Karena masalah kesehatan yang terjadi, maka perlu
dilakukan pemeriksaan glukosa urin.
Glukosa urin adalah keadaan abnormal dimana gula (glukosa) diekskresikan
ke dalam urin. Sehingga untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
glukosa urin yang pada umumnya digunakan metode benedict dan carik celup.
Metode benedict adalah metode yang memanfaatkan sifat glukosa sebagai zat
pereduksi yang pada prinsipnya, glukosa dalam urine akan mereduksi cuprisulfat
(dalam benedict) menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari
larutan Benedict tersebut. Sehingga pada interpretasi hasil akan didapatkan hasil yang
positif (+) apabila terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau, dan akan
didaptkan hasil yang negatif (-) apabilah tidak terjadi perubahan warna/tetap
berwarna biru. Sedangkan metode carik celup/dipstik adalah alat diagnostik dasar
yang digunakan untuk menentukan perubahan patologis dalam urin pada urinalisis
standar. Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase
diubah menjadi Dglukonolaktondan H2O2. H2O2 yang terbentuk akan mengoksidasi
kromogen membentuk senyawa berwarna coklat. Pada interpretasi hasil akan
didapatkan hasil yang positif (+) apabila terjadi perbahan warna coklat pada strip tes,
dan akan didapatkan hasil yang negatif (-) jika berwarna biru pada strip reagen.

13
B. Kerangka Pikir

Pasien Diabetes
Melitus

Glukosa Urine

Metode Pemeriksaan

Metode Metode Metode luff Metode


Benedict Fehling schrool Carik celup

Neg (-) : Biru Neg (-) : Biru


(+) : Hijau keruh (+) : Hijau kekuningan
(++) : Hijau kekuningan keruh (++) : Coklat kekuningan
(+++) : Jingga/warna lumpur keruh (+++) : Coklat mudah
(++++) : Merah bata keruh (++++) : Coklat tua

Hasil Perbandingan

Ket :
= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

14
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent), adalah variabel yang mempengaruhi variabel
yang terikat, dimana variabel bebas yang diteliti adalah gambaran hasil
pemeriksaan glukosa urine.
2. Variabel Terikat (Dependent), adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas atau variabel independent. Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu
pemeriksaan Glukosa urine dengan metode benedict dan Carik celup.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai
dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal.
b. Pemeriksaan glukosa urine adalah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
Diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan di laboratorium RSUD Kota
Kendari, yang dilakukan terhadap dua perlakuan uji yaitu metode benedict
dan carik celup.
c. Metode benedict adalah metode yang memanfaatkan sifat glukosa sebagai zat
pereduksi.
d. Metode carik celup/dipstik adalah alat diagnostik dasar yang digunakan
untuk menentukan perubahan patologis dalam urin pada urinalisis standar.
2. Kriteria objektif
Kriteria objektif dalam penelitian ini meliputi interpretasi hasil yang akan
didapatkan pada hasil penelitian yaitu:
1. Metode benedict
Neg (-) : Biru
Positif (+) : Hijau keruh
Posiif (++) : Hijau kekuningan keruh
Posiif (+++) : Jingga/warna lumpur keruh
Positif(++++) : Merah bata keruh

15
2. Metode carik celup
Neg (-) : Biru pada strip
Positif (+) : Hijau kekuningan pada strip
Positif(++) : Coklat kekuningan pada strip
Positif(+++) : Coklat mudah pada strip
Positif(++++) : Coklat tua pada strip

16
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif jika
ditinjau dari permasalahannya bersifat komparatif yaitu jenis penelitian yang
ingin melihat perbedaan atau perbandingan dari hasil pemeriksaan glukosa urine
menggunakan metode benedict dan carik celup pada pasien diabetes mellitus di
RSUD Kota Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium RSUD Kota Kendari
2. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 juli – 02 agustus
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri-
cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus di RSUD Kota Kendari pada
periode tahun 2018 yang berjumlah 168 orang.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya diungkapkan dan
akan digunakan untuk menaksirkan ciri-ciri populasi (Nasir, 2011). Jumlah
populasi > 100 maka besar sampel yang diambil adalah:
Jumlah sampel = 20 % x Jumlah populasi
= 20% / 100 x 168 = 34
D. Prosedur Pengumpulan Data
Data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena
berhubungan dengan data yang akan diperoleh selama penelitian di RSUD.
Kota Kendari. Prosedur yang digunakan dalam prosedur pengumpulan data
adalah dimulai dari pengumpulan data, penafsiran dari data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya.

17
E. Instrumen Penelitian
a) Metode Bennedict
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksan glukosa urine
metode benedict adalah sebagai berikut :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Lampu spirtus
4. Reagen benedict
b) Metode Cerik Celup
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan glukosa urin
metode Carik Celup adalah :
1. Wadah carik celup (sebagai standar warna)
2. Strip urin
3. Reagen carik celup, 7 indikator
4. Sampel urin (pasien diabetes mellitus)
F. Prosedur Penelitian
1. Pra Analitik
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Gunakan alat pelindung diri (APD)
c. Persiapan sampel
1) Sampel urin harus terhindar dari kontaminasi, wadah penampung
hendaknya bersih dan kering.
2) Identifikasi sampel : nama, nomor, alamat, umur, dan penggunaan
pengawet urin
3) Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu
d. Prinsip pemeriksaan
1. Metode benedict
Glukosa dalam urine akan mereduksi cuprisulfat (dalam benedict)
menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari
larutan Benedict.

18
2. Metode carik celup
D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase diubah menjadi
Dglukonolaktondan H2O2. H2O2 yang terbentuk akan mengoksidasi
kromogen membentuk senyawa berwarna coklat.
2. Analitik
a. Metode Benedict
1) Dimasukkan reagen benedict kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml
2) Ditambahkan sampel urine sebanyak 5-8 tetes kedalam tabung reaksi
3) Dipanaskan menggunakan lampu spirtus selama 2 menit
4) Dikocok kemudian dilakukan pembacaan hasil reduksi dengan
menggunakan cara semi kuantitatif
b. Metode Carik Celup
1) Dicelupkan strip reagen pada sampel urine
2) Kelebihan urine pada bagian carik dihilangkan dengan cara
menyimpan carik tersebut pada kertas agar menyerap urine dibagian
tersebut
3) Dipegang strip reagen secara horizontal dan bandingkan dengan
standar warna yang terdapat pada label wadah strip reagen, catat hasil
mdan dokumntasikan.
3. Pasca Analitik
a. Metode benedict
Neg (-) : Biru
Positif (+) : Hijau keruh
Posiif (++) : Hijau kekuningan keruh
Posiif (+++) : Jingga/warna lumpur keruh
Positif(++++) : Merah bata keruh
b. Metode Carik celup
Neg (-) : Biru pada strip
Positif (+) : Hijau kekuningan pada strip
Positif(++) : Coklat kekuningan pada strip
Positif(+++) : Coklat mudah pada strip
Positif(++++) : Coklat tua pada strip

19
G. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan
melalui instrumen pengumpulan data yang digunakan berkaitan dengan objek
berupa perbandingan hasil pemeriksaan glukosa urin menggunkan metode
benedict dan carik celup.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang akan mendukung untuk dilakukannya
penelitian ini. Pada penelitian ini data dikumpulkan dari hasil penelitian
terdahulu , jurnal dan dari buku-buku yang dipublikasikan kemudian dijadikan
landasan teoritis dalam penulisan proposal ini.
H. Pengolahan Data
a) Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.
b) Scoring, yaitu melakukan pengkodean, maka dilanjutkan dengan tahap
pemberian skor atau niai pada masing-masing sampel dan metode yang digun
c) akan dalam bentuk angka.
d) Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam
memasukan data ke program computer.
e) Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian dikumpul dan
dimasukan dalam bentuk tabel.
H. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini yaitu dengan cara menghitung
jumlah presentase variabel yang diteliti dengan rumus sebagai berikut :
X = f/n x k
Keterangan :
X : Jumlah presentase variabel yang diteliti
F : Jumlah presentase berdasarkan variabel
n : Jumlah sampel penelitian
k : Konstata (100 %)

20
I. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan di narasikan
yang selanjutnya akan didapatkan kesimpulan mengenai gambaran hasil
penelitian.
J. Etika Penelitian
Ketika akan melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak atas, pihak lain dengan mengajukan permohonan izin
kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah
dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :
a. Informad Consent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian,bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan
kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b. Anomality Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
c. Confidentiality Kerahasiaan inform responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneli

21
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari terletak di JL. Brigjen Z.A Sugianto NO: 39 Kel.
Kambu Kota Kendari. Pada ahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari telah
mempunyai lahan seluas 13.000 ha.
Batas wilayah RSUD Kota Kendari
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mokoau
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wua-Wua
2. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung peninggalan
pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927, dan telah
mengalamai beerapa perubahan yaitu dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah Jepang pada tahun 1960-
1989, menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota
Kendari No. 17 Tahun 2001.
Diresmikan penggunaanya sebagai RSUD Kota Kendari oleh bapak
Wali Kota Kendari pada tanggal 23 januari 2003. Pada tanggal 9 Desember
2011 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari resmi menempati gedung
baru yang terletak di JL.Brigjen Z.A.Sugianto No:39 Kel.Kambu Kec.Kambu
Kota Kendari. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TM
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil terakreditasi penuh
sebanyak 5 pelayanan (Administrasi dan Menajemen, Rekam Medik
Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD).

22
B. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian Gambaran Hasil Pemeriksaan Glukosa Urine
Menggunakan Metode Benedict dan Carik Celup pada Pasien Diabetes Melitus di
RSUD Kota Kendari pada tanggal 15 Mei – 20 Juni 2018 yang dilakukan di
Laboratorium RSUD Kota kendari dengan hasil sebagai berikut :
a. Metode benedict
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Glukosa Urine Menggunakan Metode
Benedictpada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Kota Kendari
Hasil Pemeriksaan
No Metode Benedict
Frekuensi (f) Presentase (%)
1 Positif (+) 22 64%
2 Positif (++) 4 12%
3 Negatif 8 24%
Jumlah 34 100%

Sumber: Data Primer 2019


Tabel 1.1 menunjukan hasil pemeriksaan glukosa urine menggunakan
metode benedict didapatkan hasil positif(+) pada 22 sampel dengan presentase
64%, hasil positif (++) pada 4 sampel dengan presentase 12%, dan
didapatkan hasil negatif pada 8 sampel dengan presentase 24%
b. Metode Carik celup
Tabel 1.2Distribusi Frekuensi Glukosa Urine Menggunakan Metode
Carik Celup pada Pasien diabetes Melitus di RSUD Kota Kendari
Hasil Pemeriksaan
No Metode Carik Celup Presentase
Frekuensi (f) (%)
1 Positif 26 76%
2 Negatif 8 24%
Jumlah 34 100%
Sumber: Data Primer 2019

23
Tabel 2.1 Menunjukan hasil pemeriksaan glukosa urine menggunakan
metode carik celup didapatkan hasil positif pada 26 sampel dengan
presentase 76% dan didapatkan hasil negatif pada 8 sampel dengan
presentase 24%.
C. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Kendari, tentang
gambaran hasil pemeriksaan glukosa urin menggunakan metode benedict dan
carik celup pada pasien diabetes melitus maka didapatkan hasil
Berdasarkan tabel 1.1. tentang hasil pemeriksaan glukosa urin menggunakan
metode benedictdidapatkan hasil penelitian dari jumlah sampel sebanyak 34
sampel. Hasil positif (+) sebanyak 22 sampel dengan presentase 64% dan positif
(++) sebanyak 4 sampel dengan presentase 12% dan hasil negatif (-) sebanyak 8
sampel dengan presentase 24%.
Berdasarkan tabel 1.2 tentang hasil pemeriksaan glukosa urin menggunakan
metode carik celup pada pasien diabetes melitus dengan jumlah sampel 34
sampel.Hasil positif (+) sebanyak 26 sampel dengan jumlah presentase 76% dan
didapatakan hasil negatif 8 sampel dengan jumlah presentase 24%. Sehingga
dengan adanya pemeriksaan dengan metode carik celup maka interpretasi hasil
yang akan diperoleh adalah:

Setelah dilakukan penelitian maka didapatkan perbedaan antara metode


benedict dan metode carik celup perbedaan hasil dengan selisih jumlah
presentase 12% didapatkan dari hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode
benedict positif(+) sebanyak 22 sampel dengan presentase 65% sedangkan hasil
pemeriksaan menggunakan metode carik celup didapatkan hasil positif (+)
sebanyak 26 sampel dengan jumlah presentase 76%. Sehingga berdasarkan
jumlah presentase dengan hasil positif (+) rata-rata merupakan penderita diabetes
melitus kategori DM tipe 1, adapun hasil positif (++) yang didapatkan dengan
menggunakan metode benedict rata-rata merupakan penderita diabetes melitus
dengan kategori DM tipe 2. Sedangkan pada hasil negatif yang didapatkan pada 8
sampel juga merupakan penderita diabetes melitus tetapi telah melakukan
suntikan insulin sehingga kadar glukosa darah dan kadar gukosa urin menurun

24
karena insulin dapat mengolah darah menjadi energi dan mencegah hati
memproduksi kadar gula berlebih.

Pada umumnya glukosa urine merupakan gugus gula sederhana yang masih
ada didalam urin setelah melewati proses dalam ginjal, yang disebakan karena
kekurangan hormon insulin yaitu yang mengubah glukosa menjadi glikogen.
Glukosaurin (kelebihan gula didalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal
terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun, sehingga terjadi diabetes
melitus (Subawa, 2010).

Kadar gula yang tinggi dibuang melaui air seni, dengan demikian penderita
diabetes melitus akan kekurangan energi/tenaga, mudah lelah, lemas, gatal-gatal
dan sabagainya. Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus
muncul dengan urin(kurang dari 130 mg/24 jam). Sehingga glukosaurian
(kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau
daya readsorbsi tubulus yang menurun (Nurjannah, 2015).
Normalnya glukosa hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil dalam urin.
Ketika tingkat glukosa sangat kecil didalam urin dan glukosa dalam darah
melebihi ambang batas gula didalam ginjal, maka glukosa dalam urin akan sangat
meningkat. Kehadiran glukosa dalam urin merupakan indikasi terjadinya diabetes
melitus. Adanya glukosa dalam urin pada hakikatnya diatur oleh 2 faktor yaitu
Kadar Zat glukosa dalam urin dan Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat
glukosa dalam urin (Gandasoebrata, 2007).
Ketika kadar glukosa didalam tubuh meningkat kemudian dikeluarkan melalui
urin maka ikatan glukosa pada strip urin dilekati oleh dua enzim yaitu ikatan
gram oksidase(GOD) dan gram peroksidase (POD), juga zat warna (kromogen)
seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru(negatif) jika teroksidasi dan
zat warna iodid jika berubah warna coklat jika (Positif). Pemeriksaan glukosa
dalam urin berdasarkan Ikatan oksidasi dan peroksidasi akan menguraikan gram
menjadi asam glutanoat dan hidrogen peroksida. Kemudian hidrogenperoksida ini
akan mengkatalis antara kalium iodida dan hidrogen peroksidase sehingga
membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat.

25
Adapun kelebihan dari pemeriksaan dengan menggunakan metode benedict
adalah biayanya lebih murah dan membutuhkan urin lebih sedikit sehingga jika
sampel dengan jumlah sedikit masih bisa dilakukan pemeriksaan, sedangkan
kelemahan dari metode ini adalah reagen yang dibutuhkan lebih banyak dan untuk
mendapatkan hasil diperlukan waktu yang cukup lama. Sedangkan metode carik
celup memiliki kelebihan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk meperoleh hasil
lebih cepat dan metode ini spesifik untuk pemeriksaan glukosa urin dan
kekurangan metode carik celup adalah biaya yang dibutuhkan lebih mahal dan
urin yang dbutuhkan lebih banyak(Perkeni, 2011).
Setelah dilakukan penelitian, jumlah hasil presentase tertinggi pada metode
carik celup didapatkan hasil positif (+) dengan jumlah presentase 76%. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh (Indranila KS, 2012) tentang
“Akurasi pemeriksaan carik celup pada urinalisis proteinura dan glukosauria”
menyatakan bahwa metode carik celup sangat spesifik dengan pemeriksaan
glukosa urin dan memiliki sensitivitas keakuratan yang sangat tinggi. Sehingga
dengan adanya hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode carik celup
lebih akurat dibandingkan metode benedict karena dengan menggunakan metode
benedict bisa terjadi kekeliruan dalam proses pembacaan hasil dengan interpretasi
hasil berdasarkan perubahan warna.

26
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gambaran hasil pemeriksaan glukosa urin menggunakan metode
benedict dan carik celup pada pasien diabetes melitus di RSUD Kota Kendari
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil penelitian pemeriksan glukosa urin menggunakan metode benedict
didapatkan hasil positif (+)22 (65%) , positif (++) 4 (12%) dan hasil negatif
sebanyak 8 (24%).
2. Hasil penelitian pemeriksaan glukosa urin menggunakan metode carik celup
didapatkan hasil positif (+) sebanyak 26 (76%) dan hasil negatif sebayak 8
(24%).
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
khasanah keilmuan dalam bidang kimia klinik khususnya pemeriksaan
glukosa urin.
2. Bagi institusi diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang kimia klinik.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi masukan serta ladang informasi
agar lebih memahami tentang penyakit diabetes melitus.
4. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi sarana terhadap proses
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi laboratorium.

27
LAMPIRAN
GAMBAR HASIL PENELITIAN

1. Alat dan Bahan

Reagen Benedict Tabung reaksi

Strip Urin Sampel urin


2. Proses pemeriksaan
2. Gambar Hasil
Metode Benedict

Positif (+) Positif (++) Negatif(-)


Metode Carik celup

Anda mungkin juga menyukai