Anda di halaman 1dari 2

Nama: Jauharah Az Zahra

NPM: 09402011016

Penatalaksanaan Impetigo Krustosa

Sebagai penyakit ringan dengan prognosis yang baik dan potensi penyembuhan diri, impetigo
ditangani dalam perawatan primer, tetapi karena beban penyakit yang signifikan dan sifatnya
yang sangat menular, perlu direkomendasikan pengobatan antibiotik empiris.

Pasien impetigo nonbulosa/impetigo krustosa dapat berobat rawat jalan. Terapi


nonmedikamentosa berupa menjaga higiene (mandi 2 kali sehari dengan sabun) serta
megidentifikasi faktor komorbiditas dan faktor predisposisi yang ada. Impetigo dapat
menyebabkan infeksi sekunder dan dalam kasus yang jarang terjadi dapat berkembang menjadi
kondisi yang lebih serius. Saat ini, mupirocin topikal biasanya merupakan terapi lini pertama,
sedangkan pasien dengan banyak lesi atau yang gagal merespon pengobatan topikal harus diobati
dengan antibiotik oral/sistemik.

Pada kasus yang berat, diperlukan antibiotik sistemik. Antibiotik yang sesuai disertai dengan
terapi suportif berupa perawatan kulit, serta evaluasi terhadap gangguan cairan dan elektrolit
(pada kasus yang berat/luas) akibat kerusakan fungsi barier yang rusak dapat mempercepat
penyembuhan. Impetigo yang disebabkan oleh Staphylococcus memberikan respons terapi yang
baik dengan pemberian antibiotik yang sesuai. Antibiotik sistemik diberikan minimal selama 7
hari.

Medikasi:

1. Jika krusta sedikit: dipecahkan lalu dibersihkan dengan cairan antiseptik, dan diberi
antibiotik topikal seperti salep/krim Basitrasin, Neomisin, Mupirosin, Asam fusidat 2-3
kali sehari selama 7-10 hari)
2. Jika krusta banyak: diberi tambahan obat antibiotik sistemik
3. Kompres terbuka 30-60 menit dengan Permanganas kalikus 1/5000, Asam salisilat 0,1%,
Rivanol 1%, larutan Povidone iodine 1% diberikan 3 kali sehari selama keadaan akut

Terapi antibiotik sistemik yang dapat diberikan berupa:

1. Terapi lini pertama


a. Cloxacillin/dicloxacillin untuk dewasa dengan dosis 4x250-500mg/hari peroral,
sedangkan untuk anak-anak dengan dosis 25-50mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis;
b. Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan erythromycin 4x250-500 mg, oxycillin
dan clavulanic acid untuk dewasa dengan dosis 3 x 250-500 mg/hari, sedangkan
untuk anak-anak dengan dosis 2 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis; dan
c. Cephalexin 25-0 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
2. Terapi lini kedua
a. Azythromycin 1 x 500 mg (pada hari pertama), dilanjutkan 1 x 250 mg (pada hari ke-
2 sampai ke-5);
b. Clindamycin 15 g/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis; dan
c. Erythromycin untuk dewasa dengan dosis 4 x 250–500 mg/hari, sedangkan untuk
anak-anak dengan dosis 25–50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
3. Pada kasus dengan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
a. Trimethroprim-sulfamethoxazole 160/800 mg, 2 kali sehari;
b. Doxycyclin, mynocyclin 1 x 100 mg/hari (tidak direkomendasikan untuk anak-
anak dibawah 8 tahun); dan
C. Clindamycin 15 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis.

Sumber:
- Buku Infeksi Bakteri di Kulit, Universitas Airlangga. 2019.
- Buku Edukasi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Universitas Tarumanagara. 2021.
- Jurnal Medika Utama (Antibiotik Topikal Pada Tatalaksana Impetigo). 2021.

Anda mungkin juga menyukai