Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tuberkulosis Paru

1. Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis atau yang lebih terkenal dengan singkatan TBC adalah

suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis,biasanya menyerang paru paru (disebut sebagai TB paru),walau

pun pada beberapa kasus,organ-organ lain ikut terserang(Akhsin;2011,152).

Tuberkulosis(TB)adalah penyakit infeksium,yang terutama

menyerang parenkim paru.Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian

tubuh lainnya,termasuk meninges,ginjal, tulang, dan nodus limfe.

Tuberkulosis paru(TBC) adalah susatu penyakit infeksi yang

menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan

granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan (Yuliati,2003,7).

Berdasarkan pengertian tersebut diatas,maka penulis mengambil

kesimpulan:TBC paru(Tuberkulosis)adalah suatu penyakit infeksi yang

menyerang parenkim paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang menyebar melalui batuk dan dahak.

2. Etiologi

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium

tuberculosis dan Mycobacterium bovis.Kuman tersebut mempunyai ukuran

0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis,lurus atau agak

7
8

bengkok,bergranular atau tidak mempunyai selubung,tetapi mempunyai

lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid(terutama asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa,yaitu dapat bertahan terhadap

pencucian warna dengan asam dan alkohol,sehingga sering disebut basil

tahan asam(BTA),serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.Kuman

tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,bersifat dorman

dan aerob.

Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100 C selama 5-10

menit atau pada pemanasan 60 C selama 30 menit,dan dengan alkohol 70-

95% selama 15-30 detik.Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama

di tempat yang lembab dan gelap(bisa berbulan-bulan),namun tidak tahan

terhadap sinar atau aliran udara.Data tahun 1993 melaporkan bahwa untuk

mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40

kali pertukaran udara per jam.(Widoyono,2008,15)

3. Manifestasi Klinis

Pada stadium dini, penyakit Tuberkulosis tidak menunjukkan adanya

tanda dan gejala yang khas. Gejala TBC yang tampak pada orang dewasa

ialah sebagai berikut:

a. Batuk terus-menerus dengan dahak selama tiga minggu atau lebih

b. Kadang-kadang dahak bercampur dengan darah

c. Sesak nafas dan nyeri di dada

d. Badan lemah, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun

e. Keringat malam hari walau tanpa aktivitas


9

f.Demam meriang (demam ringan) lebih dari sebulansedangkan gejala TBC

yang timbul pada anak-anak ialah sebagai berikut:

a. Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas

b. Tidak ada nafsu makan

c. Demam lama dan berulang

d. Muncul benjolan di daerah leher, ketiak, lipatan paha

e. Batuk lama lebih dari dua bulan dan nyeri dada

f.Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare biasa.

Di samping beberapa gejala yang diatas, masih terdapat gejala

khusus yang bisa kita kenali, yaitu:

a. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-

paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan

menimbulkan suara “mengi” (suara nafas melemah) yang disertai sesak

b. Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang

yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bemuara pada kulit di

atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah

demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang

e. Adanya scrohuloderma atau TBC kulit (seperti koreng yang kronis dan

tak kunjung sembuh)


10

f. Adanya phlycternularconjungtivitis (kadang di mata ada merah, lalu ada

bintik putih)

g. Adanya specific lympadenophaty pembesaran kelenjar getah bening di

leher

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat

terdeteksi kalau adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.Kira – kira 30-

50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan

hasil uji tuberculin positif. Pada anak usia 3 bulan - 5 tahun yang tinggal

serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif dilaporkan

30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan darah.

4. Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi

terinfeksi.Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli,tempat dimana

mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri.Basil juga

dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh

lainnya(ginjal,tulang,korteks serebri),dan area paru-paru lainnya(lobus atas).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi

Fagosit (neutrofil dan makrofag), menelan banyak bakteri limfosit spesifik-

tuberkulosis melisis(menghancurkan) basil dan jaringan normal.Reaksi

jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,menyebakan

bronkopneumonia.Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah

pemanjanan.
11

Massa jaringan baru,yang disebut granulomas,yang merupakan

gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati,dikelilingi oleh

makrofag yang membentuk dinding protektif.Granulomas diubah menjadi

massa jaringan fribosa.Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel

ghon.Bahan(bakteri dan makrofag).(Brunner and Suddart,2002)

5. Klasifikasi penyakit

a. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru

tidak termasuk pleura ( Selaput Paru ). Berdasarkan hasil pemeriksaan

dahak , TBC Paru dibagi dalam :

1) Tuberkulosis Paru BTA Positif

a) Sekurang-kurang 2 dari 3 Spesimendahak SPS hasilnya BTA

Positif

b) 1 Spesimendahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen

dada menujukkan gambar tuberkulosis aktif

2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif

Pemeriksaan 3 spesimendahak SPS hasilnya BTA negatif dan

foto rontgen dada menunjukkan gambar tuberkulosis aktif, TBC paru

BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakit nya, yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila gambar

foto rontgen dada memperlihatkan gambar kerusakan paru yang luas

( misalnya proses “ far advanced “ atau millier ) dan/atau keadaan umum

penderita buruk.
12

b. Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya

pleura selaput otak, selaput jantung ( pericardium )kelenjar lymfe, tulang

persendian, kulit ,usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada stadium

lanjut(Akhsin;2011)Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah)

yang dapat mengakibatkan kematian karena syok,tersumbatnyajalan

napas,kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru,penyebaran infeksi ke

organ lain seperti otak,tulang,persedian,ginjal dan sebagainya.

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap

dirumah sakit.Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah

sembuh(BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah.keadaan ini sering

kali dikelirukan dengan kasus kambuh.Pada kasus seperti ini,pengobatan

dengan OAT(Obat Anti Tuberkulosis)tidak diperlukan,tetapi cukup

diberikan pengobatan simptomatis.Bila perdarahan berat,penderita harus

dirujuk ke unit spesialistik.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Yang menjadi petunjuk awal dari TBC adalah foto rontgen

dada.Penyakitini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur

dengan latar belakang hitam.Hasil foto juga menunjukkan efusi pleura atau
13

pembesaran jantung (perikarditis). Pemeriksaan diagnostik untuk TBC

adalah sebagai berikut :

a. Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal

dari bakteri TBC ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). Dua hari

kemudian dilakukan pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi

pembengkakan dan kemerah-merahan, maka hasilnya adalah positif.

b. Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan

sebuah jarum diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi, atau sekitar

jantung. Mungkin perlu dilakukan biopsi untuk memperoleh contoh

jaringan yang terinfeksi.

Pemeriksaan dahak harus dilakukan selama 3 kali selama 2 hari yang

dikenal dengan istilah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu).Pada sewaktu (hari

pertama), dahak penderita diperiksa di laboratorium.Pada pagi hari (hari

kedua), sehabis bangun tidur pada malam harinya, dahak penderita

ditampung di pot kecil yang diberi oleh petugas laboratorium, ditutup rapat,

dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.Sewaktu (hari ketiga), dahak

penderita dikeluarkan lagi dari laboratorium (penderita datang ke

laboratorium) untuk diperiksa.Jika hasilnya positif, orang tersebut dapat

dipastikan menderita penyakit TBC (Sunaryati, 2011,11).

Untuk menegakkan diagnosis TB di organ lain, biasanya diambil

bahan-bahan tertentu dari organ yang terkena untuk pemeriksaan

laboratorium. Atau dengan foto atau CT-scan.


14

Untuk menegakkan TB kalenjar, secara pasti harus dilakukan biopsi

kalenjar, yang kemudian bahannya dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Tetapi menegakkan TB ektra paru juga dapat dilakukan secara tidak

langsung tanpa biopsi atau operasi, yaitu dengan menggabungkan antara

gejala klinis yang didapat dengan pemeriksaan penunjang lain, misalnya:

Uji tuberkulin/Mantoux test, foto rontgen, CT Scan atau MRI, dan

pemeriksaan laboratorium. (Ahmad Hudoyo,2008,14).

8. Tipe penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu :

a. Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

pernah menelan OAT Kurang dari satu bulan ( 30 Dosis Harian ).

b. Kambuh ( Relaps )

Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh kemudian kembali

lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

c. Pengobatan setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif.

d. Gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
15

e. Pindahan ( Transfer in )

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB

lain untuk melanjutkan pengobatannya.

f. Lain- lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.Dalam

kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil

pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan

ulangan(Kemenkes RI, 2010).

9. Penatalaksanaan Medik

a. Cara penularan

Pada waktu batuk atau bersin,penderita menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk droplet(percikan dahak).Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa

jam.Orang dapat terineksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran

ernapasan.Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui

pernapasan,kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh

lainnya,melalui sistem peredaran darah,sistem saluran limfe,saluran

napas,atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak,makin menular penderita tersebut.Bila hasil

pemeriksaan dahak negatif(tidak terlihat kuman),maka penderita tersebut


16

dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB

ditentukan oleh konsentrasi

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

( Akhsin Zulkoni ,2011,154).

b. Cara pencegahan

Pencegahan penyakit TB yang utama,berbeda dengan pencegahan

penyakit menular lain.Pencegahan DHF(demam berdarah)misalnya

dengan 3M.Pencegahan malaria dengan memberantas nyamuk dan

jentik.Pencegahan kolera dengan vaksinasi dan kebersihan diri dan

lingkungan.Pencegahan TB yang utama bertujuan memutus rantai

penularan yaitu dengan menemukan pasien TB paru dan kemudian

mengobatinya sampai benar-benar sembuh.

Penularan TB dari pasien ke orang lain dapat terjadi bila kuman

pasien TB terhirup orang lain.Kuman yang hirup tadi terkandung

dalam”droplet”,yaitu bercak-bercak ludah yang beterbangan di

udara.Droplet yang beterbangan terjadi terutama saat batuk atau

bersin,sehingga pasien TB diharuskan menutup mulut saat batuk batuk

atau bersin.Bagaimana kalau pasien TB meludah?ya,ludah pasien TB

yang mengandung kuman juga potensial sebagai sumber kuman yang

dapat menular ke orang lain.Ludah seorang pasien yang menempel

didinding atau lantai disuatu rumah yang tanpa ventilasi dan sinar

matahari tidak masuk kedalam rumah,kuman TB yang terkandung dalam

ludah tersebut dapat bertahan hidup sampai 2 tahun.


17

Kuman TB akan mati dalam waktu 1 jam bila terkenal sinar

matahari.Sangat dianjurkan rumah seorang pasien TB harus ada ventilasi

yang baik dan sinar matahari dapat masuk.Kuman TB akan mati dalam 5

menit bila terkenal zat antiseptik misalnya yang murah dan mudah

didapat yaitu karbol.Oleh karena itu seorang pasien TB,kalau meludah

dianjurkan dimasukan dalam suatu tempat yang tertutup dan didalamnya

mengandung karbon.(Ahmad Hudoyo,2008,21).

c. Pengobatan

Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan

dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal

dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat

yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid,

Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin.Pengobatan dilakukan

dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO

(Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam

minum obat.Faktor utama dari pada kesembuhan adalah perilaku dan

lingkungan dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinan dalam minum

obat dan dukungan keluarga (Kemenkes RI, 2010).

Directly Observed Treatment Short-Course Chemtherapy

(DOTS), adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan di

pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan meyembuhkan

penderita TBC. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu (Kemenkes RI,

2010):
18

1) Komitmen politik

2) Pemeriksaan dahakmikroskopis yang terjamin mutunya

3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan

tata laksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung

pengobatan

4) Ketersedian OAT yang bermutu

5) System pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian

terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara

keseluruhan.

Strategi DOTS diatas setelah dikembangkan dalam kemitraan

global dalam penanggulangan TB (Stop TB Partner Ship) dengan

memperluas strategi DOTS sebagai berikut:

a. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS

b. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya.

c. Kontribusi dalam penguatan system kesehatan

d. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah

maupun swasta.

e. Memberdayakan pasien dan masyarakat

f. Melaksanakan dan mengembangkan riset (Kemenkes RI, 2010).

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan, dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT .


19

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (1996), jenis dan

dosis obat anti tuberkulosis (OAT) terdiri dari(Kemenkes RI, 2010):

a. Isoniasid (INH)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%

populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.Obat ini

sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif (sedang

berkembang).

b. Rifampisin (RIF)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dormant (persisten)

yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid.

c. Pirazinamid (PZA)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam.

d. Streptomisin (SM)

Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB,

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan

dosis yang sama.

e. Etambutol (EMB)

Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15

mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

digunakan dosis 30 mg/kg BB.


20

Pengobatan tuberkulosis diberikan dalan 2 tahap yaitu(Kemenkes

RI,2010):

1) Tahap intensif/awal

Pada tahap intensif penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi

langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT

terutama Rifampisin.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan

secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam

kurun waktu 2 minggu.Sebagian besar penderita tuberkulosis BTA

positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.

2) Tahap lanjutan/intermiten

Pada tahap lanjutan, penderita mendapat jenis obat lebih sedikit namun

dalam jangka waktu yang lama.Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia menggunakan paduan OAT yaitu(Kemenkes

RI, 2010):

(a)Kategori 1

Tahap intensif terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid,

dan Etambutol. Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan,

kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid

dan Rifampisin diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat

ini diberikan untuk penderita baru Tuberkulosis Paru BTA positif,

penderita TB Paru BTA Negatif rontgen positif yang sakit berat dan

penderita Tuberkulosis Paru ekstra paru berat.


21

(b)Kategori 2

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan

Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, dan suntikan

Streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniasid,

Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol setiap hari.Setelah itu

diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid,

Rifampisin, dan Etambutol yang diberikan 3 kali dalam seminggu.Perlu

diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita

selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk penderita kambuh

(relaps), penderita gagal (failure) dan penderita dengan pengobatan

setelah lalai (after default).

(c) OAT Sisipan

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang

dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak BTA positif, diberikan obat

sisipan Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol setiap hari

selama 1 bulan.

10. Efek Samping Pengobatan

Sebagian besar penderita tuberkulosis dapat menyelesaikan

pengobatan tanpa efek samping.Namun, sebagian kecil dapat mengalami

efek samping obat. Efek samping OAT dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu(Kemenkes RI, 2010):


22

a. Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius

sehingga pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus dirujuk

ke UPK spesialistik.

b. Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang

tidak enak dimana dapat ditanggulangi dengan obat-obatan simptomatik

dan pemberian OAT dapat diteruskan.

Kemenkes RI,(2010)menjelaskan efek-efek samping dari OAT,yaitu:

1) Isoniasid (INH)

Efek samping ringan berupa tanda-tanda keracunan pada saraf tepi,

kesemutan, gatal-gatal, dan nyeri otot.Efek ini dapat dikurangi

dengan pemberian vitamin B6 atau vitamin B kompleks dengan

dosis 5-10 mg per hari.Efek samping berat berupa hepatitis dan

ikterus, dimana pengobatan dihentikan dan penderita dirujuk ke UPK

spesialistik.

2) Rifampisin (RIF)

Efek samping berat berupa hepatitis, purpura, dan renjatan (syok)

sehingga pengobatan dihentikan.Efek samping ringan berupa

hilangnya nafsu makan, mual, dan sakit perut sehingga obat

diminum di waktu malam sebelum tidur. Selain itu, efek samping

ringan yang lain hanya berupa warna kemerahan pada urine sehingga

tidak perlu diberikan apa-apa, tetapi perlu diberi penjelasan kepada

penderita.
23

3) Etambutol (EM)

Etambutol sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak karena dapat

menyebabkan berkurangnya ketajaman penglihatan dan buta warna.

4) Pirazinamid (PZA)

Efek samping ringan berupa nyeri pada sendi sehingga diberikan

obat analgesik (aspirin).

5) Streptomisin (SM)

Streptominsin sebaiknya tidak diberikan kepada ibu hamil karena

dapat menembus barier plasenta sehingga dapat merusak saraf

pendengaran.Jika streptomisin menyebabkan ketulian maka

pengobatan dihentikan dan diganti dengan etambutol.

11. Pengawas Menelan Obat (PMO)

Kemenkes RI (2010), mengemukakan bahwa salah satu dari

komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan

pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan Pengawas Menelan Obat (PMO).

a. Persyaratan PMO :

1) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati

oleh pasien.

2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela


24

4) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama

dengan pasien.

b. Siapa yang bisa jadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan

didesa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.Bila

tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal

dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat

lainnya atau anggota keluarga.

c. Tugas seorang PMO

1) Mengawasi pasien Tuberkulosis Paru agar menelan obat secara

teratur sampai selesai pengobatan.

2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

3) Mengingatkan pasien untuk periksa ulangdahak pada waktu yang

telah ditentukan .

4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien Tuberkulosis

Paru yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk

segera memeriksakan diri keunit pelayanan kesehatan.

d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan

kepada pasien dan keluarganya :

1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan

2) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

3) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara

pencegahannya
25

4) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

5) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

6) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera

meminta pertolongan ke UPK.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu.Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuanatau

domain merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan

(Ensiklopedia bebas berbahasa (2011), Budaya .www.Wikipedia.Co.Id.

(download: 28 Juli 2012). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat

yang diketahui atau disadari oleh seseorang.Dalam pengertian lain,

pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
26

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Ensiklopedia bebas berbahasa

(2011), Pengetahuan .www. Wikipedia. Co.Id.(download:28 Juli 2012).

Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulu

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap diatas. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagi mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh


27

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan, menguraikan dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
28

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari fomulasi-formulasi

yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menganggapi terjadinya diare di suatu tempat,

dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2. Faktor -faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan : bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain untuk menuju ke arah yang ingin dicapai,


29

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan dalam

mencapai kebahagiaan atau apa yang di inginkan.

b. Umur : Kata lain dari usia di mana usia terhitung mulai saat seseorang

dilahirkan.

c. Media informasi : sesuatu yang digunakan untuk mencapai atau

menjangkau masyarakat luas seperti televisi, radio, majalah dan lain-

lain. Informasi yang formal dan nonformalakan mempengaruhi

perubahan peningkatan pengetahuan.

d. Lingkungan : Sesuatu yang berada di luar atau di sekitar mahkluk

hidup yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik

secara langsung atau tidak langsung.

e. Pengalaman : Sesuatu yang diperoleh sebelumnya yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

f. Pekerjaan : Kegiatan yang memerlukan atau membutuhkan waktu,

berkembang dan berubah dengan tujuan memenuhi kebutuhan untuk

mencapai keadaan yang lebih baik bagi kehidupan.

3. Jenis-jenis pengetahuan

1) Pengetahuan langsung (Mediate)

Pengetahuan yang langsung hadir dalam jiwa atau diri tanpa ada proses

penafsiran dan pikiran.

2) Pengetahuan yang tidak langsung (Immediate)

Hasil dari pengaruh interprestasi dan proses berpikir serta pengalaman-

pengalaman yang lalu.


30

3) Pengetahuan Inderawi (Perceptual)

Sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indera-indera lahiriah.

4) Pengetahuan konseptual (Conceptual)

Masih ada kaitannya dengan pengetahuan inderawi dimana pikiran

manusia secara langsung tidak membentuk konsepsi tentang objek-

objek.

5) Pengetahuan partikular (Particular)

Berkaitan dengan individu, objek-objek ataupun realitas-realitas

khusus.

6) Pengetahuan universal (Universal)

Mencakup individu-individu yang berbeda.

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Di Teliti

1. Pencegahan

Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan

terlebih dahulu sebelum kejadian dengan menggunakan langkah‐langkah

yang didasarkan pada data/ keterangan bersumber hasil analisis/

pengamatan/ penelitian epidemiologi. Beberapa tingkatan yang dimaksud

adalah :

a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)

seperti promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya

ialah faktor penyebab, lingkungan dan pejamu. Langkah pencegahaan di

faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin

(desinfeksi, pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar


31

memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di faktor lingkungan

misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi lingkungan dan

perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu,

misalnya perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah terjadinya suatu

penyakit atau cedera selama masa prapatogenesis (sebelum proses suatu

penyakit dimulai). Contoh pencegahan primer antara lain, progam

pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, proyek rumah aman dan

pengembangan personalitas dan pembentukan karakter.

Sayangnya penyakit atau cedera tidak dapat selalu dicegah.

Penyakit kronis khususnya, terkadang menyebabkan disabilitas

(ketidakmampuan) yang cukup parah sebelum akhirnya terdeteksi dan

akhirnya diobati. Dalam hal ini, intervensi segera mencegah kematian atau

membatasi disabilitas.

b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)

seperti diagnosis dini serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah

pada penderita / seseorang yang dianggap menderita (suspect) dan

terancam menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini dan

pengobatan tepat (mencegah meluasnya penyakit/ timbulnya wabah dan

proses penyakit lebih lanjut/ efek samping dan komplikasi). Beberapa

usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian

chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).


32

Tindakan pencegahan sekunder yang paling penting adalah

skrining kesehatan. Tujuannya bukan untuk mencegah terjadinya penyakit

tetapi lebih untuk mendeteksi keberadaanya selama masa pathogenesis

awal, sehingga intervensi (pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas

sudah dapat dilakukan. Tujuan skrining kesehatan juga bukan untuk

mendiagnosis penyakit, tujuannya adalah memilah secara ekonomi dan

efisien mereka yang kemungkinan sehat dari mereka yang kemungkinan

positif terjangkit penyakit.

c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)

seperti pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya

adalah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan

sampai mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit juga kematian

dan rehabilitasi (pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis dan

sosial, serta melatih kembali, mendidik kembali, dan merehabilitasi pasien

yang mengalami disabilitas permanen. Tindakan pencegahan tersier

mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya masa

patogenesis. Terapi untuk pasien jantung merupakan contoh pencegahan

tersier.

2. Penularan

Dinamika penularan penyakit merupakan suatu proses transmisi

(perpindahan) penyakit dari sumber (resource) penular atau sering disebut

dengan reservoar ke reservoar lainnya. Manusia sebagai reservoar adalah

penyakit yang berasal dari manusia yang sedang mengalami infeksi dan
33

dapat berupa hanya sebagai pembawa (carrier).Penularan penyakit

didukung dengan keberadaan agen (penyebab penyakit) dan lingkungan.

Ruang lingkup bahasan dinamika penularan penyakit akan membahas

beberapa aspek, antara lain:

1. Model-model penularan penyakit (mode of transmission)

2. Aspek penularan langsung (direct transmission)

3. Aspek penularan tidak langsung (in-direct transmission)

4. Pencegahan penyakit menular

Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting

yang dapat terjadi setiap saat, terutama di negara berkembang

khususnya Indonesia.Dinamika penularan penyakit tetap urgen

dipelajari karena penyakit meular masih mempunyai angka kematian

(mortality) yang cukup tinggi, angka kesakitan (morbidity) dan

kecacatan (disability) yang tinggi dan penyakit menular mempunyai

kehilangan ekonomi (economic-loss) yang cukup tinggi.

Secara umum dinamika penularan penyakit dapat didekati dengan

mengidentifikasi cara penularan penyakit (mode of transmission), penyakit

dapat ditularkan kepada manusia yang rentan melalui beberapa cara, baik

terjadi secara langsung maupun tidak lansung dari orang ke orang lain dan

penyebarannya di masyarakat, ditinjau dari aspek epidemiologi dapat

bersifat lokal, regional maupun internasional. Penularan langsung dari

orang ke orang lain adalah agen penyakit ditularkan langsung dari seorang
34

infektious ke orang lain melalui hubungan intim (kontak seks), penyakit

yang bisa ditimbulkan antara lain GO, syphilis, HIV. Penularan penyakit

tidak langsung yakni penyakit menular dari orang ke orang lain dengan

perantaraan media. Menular melalui media udara, penyakit yang bisa

ditimbulkan adalah seperti TB, rubella, diphteria, influenza.Menular

melalui media air, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain diare, kolera,

typhes.Menular melalui media tanah, penyakit yang bisa ditimbulkan

antara lain cacing.Menular melalui vektor, penyakit yang bisa ditimbulkan

antara lain malaria, filariasis, demam berdarah.

3. Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktifitas .

Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan

yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.Maka sikap sosial adalah

kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang

berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada

orang-orang lain dalam satu masyarakat .


35

Komponen-komponen sikap

1) Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang

diterima dan selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk

bertindak

2) Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu

objek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang

dimiliki terhadap suatu objek.

3) Konatif

Menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya.

b. Tingkatan sikap

1) Menerima ( Receiving )

Menerima diartikan bahwa ( subyek ) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan ( objek )

2) Merespon ( Responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


36

3) Menghargai ( Valuting )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan / mendiskusikan suatu

masalah.

4) Bertanggung jawab ( Responsile )

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang tinggi.

Macam-macam sikap

1) Sikap positif

kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan

mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif

Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar,

membenci dantidak menyukai objek tertentu.

(http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian-sikap-

definisitingkatan.html )

4. Tanda dan Gejala Tuberkulosis Paru(TBC)

Kelainan/penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya

gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat dilihat dengan mata

telanjang.
37

1. Berdasarkan sifatnya, ada 2 tipe gejala:

a) Gejala lokal -> Gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang

jelas danterbatas. Biasanya dalam bentuk bercak  atau

kanker.gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari

tanaman (pada daun, buah, akar)

b) Gejala sistemik -> Kondisi serangan penyakit yang lebih luas,

bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan

oleh virus mosaic, belang maupun layu.gejalanya terdapat di

seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil)

2. Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi

gejala morfologi dan gejala histologi

a) Gejala Morfologi : gejala luar yang dapat dilihat & dapat diketahui

melalui bau diketahui melalui bau, rasa dan raba; dapat

ditunjukkan oleh dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau

tiap organ dari  dari tumbuhan.

b) Gejala Histologi : gejala yang hanya gejala yang hanya dapat

diketahui lewat pemeriksaan pemeriksaan mikroskopis dari

jaringan yang sakit jaringan yang sakit. 

3. Gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe gejala:

a) Gejala nekrotik  :

gejala  penyakit yang  ditandai dengan degenerasi protoplas


diikuti dengan  matinya sel sel, jaringan, organ & seluruh  tumbuhan.
(bercak, bintik, noda, hawar)
38

b) Gejala hipoplasia  :

Gejala timbul karena adanya hambatan atau kegagalan dari  tan
aman/organ untuk berkembangsecarapenuh.  Gejala umum dari hipopl
asia yaitu ukuran dibawah normal danwarna yang pucat, misalnya kerd
il , roset,  mosaik,  albinasi.
c) Gejala hyperplasia

Gejala yang timbul karena  hasil pertumbuhan yang luar biasa u
kuran atau perkembangan dini yang abnormal dari organ tumbuhan mi
salnya keriting, membengnya tajuk atau menggulungnya daun karena p
ertumbuhan yang berlangsung pada satu sisi, puru, kudis

Contoh gejala Nekrosa

Bercak daun -> lesio setempat karena kerusakan/kematian sel (berwarna

coklat, hitam atau abu-abu keputihan)

Bentuk bercak: bulat, lonjong, bintik garis-garis, bilur, lingkaran-lingkaran

sepusat (bercak papan sasaran)

Kadang-kadang bercak dikelilingi oleh jalur klorotik/kuning yang disebut

halo (kalang)

Hawar -> perubahan warna dan mengering serta meluas dengan cepat pada

daun, tunas, dahan, ranting, bunga dan lain-lain .


39

D. Kerangka Konsep

Pencegahan

Penyakit
Penularan
Tuberklosis Paru

Sikap

Tanda dan Gejala

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

E. Variabel Penelitan

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel lain,artinya apabila variabel independen berubah

maka akan mengakibatkan perubahan variabel lain(Riyanto Agus,2011).


40

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang

pendidikan,pemahaman,sikap.

b. Variabel Dependen

Variabel Dependen atau terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi variabel lain,artinya variabel dependen berubah akibat

perubahan pada variabel.Variabel dalam penelitian ini adalah Tuberkulosis

Paru.

F. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pencegahan Tuberkulosis Paru(TBC)

Pengetahuan keluarga pasien tentang pencegahanpenyakit

Tuberkulosis Paru adalah bagaimana cara untuk memutuska rantai

penularan yaitu dengan menemukan pasien TBC Paru dan kemudian

mengobatinya sampai benar-benar sembuh.

Kriteria Objektif:

Baik :Jika respondenmenjawab pertanyaan dengan ≥ 50 %.

Kurang : Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar >50%

2. Penularan

Pengetahuan keluarga pasien tentang penularan penyakit TBC

adalahbagaimana cara keluarga merawat penderita TBC

Kriteria Objektif:

Baik :Jika respondenmenjawab pertanyaan dengan ≥ 50 %.

Kurang : Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar >50%


41

3. Sikap Keluarga

adalah bagaimana sikap keluarga dalam menangani penderita penyakit

TBC

Kriteria Objektif:

Positif :Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 50%

Negatif :Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar< 50%

G. Tanda dan Gejala Tuberkulosis Paru (TBC)

Pengetahuan tentang tanda dan gejala adalah pengetahuan

keluarga pasien tentang apa saja tanda dan gejala pada penderita penyakit

tuberkulosis.Contoh tanda dan gejala Tuberkulosis paru adalah batuk

terus-menerus dengan dahak selama tiga minggu atau lebih,kadang-kadang

dahak bercampur dengan darah,sesak napas dan nyeri didada, badan

lemah, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun, keringat malam

hari walau tanpa aktivitas, demam meriang (demam ringan ) lebih dari

sebulan.

Kriteria objektif:

Positif :Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar ≥50%

Negatif : `Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar <50%

Anda mungkin juga menyukai