Anda di halaman 1dari 13

Gejala TBC, Penyebab dan Cara

Pengobatan Penyakit TBC


Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan
akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi.

Penyakit TBC Menular Lewat Udara


Tingkat prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100 ribu
penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk. Bahkan 27 dari 1.000 penduduk
terancam meninggal seperti yang dilaporkan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun
sepanjang 2011 mengenai tuberkulosis (TBC) di Indonesia.

Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC meningkat 8,46
persen dari 744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di 2011. Namun,
kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar 83,7 persen dan angka
keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3 persen.

Gejala Penyakit TBC

Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu
tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain,
penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.

Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis
yang perlu Anda ketahui.

Gejala utama

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.


Gejala tambahan yang sering dijumpai

Dahak bercampur darah/batuk darah


Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
Demam/meriang lebih dari sebulan
Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
Badan lemah dan lesu
Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

"Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia berkeringat pada
malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak bisa langsung ditetapkan tuberkulosis
karena harus didiagnosis, tapi itu salah satu pertanda. Jika Anda lemas, batuk tak berhenti,
nyeri pada dada, dan keringat pada malam hari, langsung segera periksa," tambah dr Arifin
Nawas Sp(P), salah seorang tenaga ahli klinis tuberkulosis di RSUP Persahabatan di tempat
sama.

Menurutnya, untuk memastikan seseorang terkena TB atau tidak, tim medis melakukan
diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (BTA) dan
gambaran radio logis (foto rontgen).

Penyebab Infeksi TBC

Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat menyerang
paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal,
kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah
satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.

Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di
saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di
sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan
sakit.

Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan
gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan "tertidur". Namun,pada
mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-
menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk,
akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan
kuman TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).

Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun
yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati.
Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan
kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat
penyakitnya telah cukup parah.

Pengobatan Penyakit TBC


Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah
paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes
laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC
adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam
obat.

Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat dan
kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2-3 pekan meminum
obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan
kontrol ke dokter.

Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering kali obat-
obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resisten).
Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus
dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.

Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan menimbulkan
dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi pada pengobatan TBC
adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam
tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai
mata/kulit kuning.

Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul pada dokter
setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat dengan yang
lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.

Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun sebaiknya harus diatur
dokter untuk mencegah efek samping yang lebih serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat
dicegah dengan cara:

Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.


Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat,
dan berolahraga.
Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini
secara rutin diberikan pada semua balita.
Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat
kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan
tubuhnya.

Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular paru-
paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari
penderita TB aktif yang batuk dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh
orang sehat yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
TB termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan
kasus baru TB terbanyak.

Gejala dan Jenis Tuberkulosis

TB paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan turun,
tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan lemah.
Jenis batuk juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari.

Saat tubuh kita sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TB yang masuk ke
dalam tubuh. Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi kita.

Basil TB yang gagal diberantas sepenuhnya bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu
sebelum kemudian menyebabkan gejala-gejala TB. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis
laten. Sementara basil TB yang sudah berkembang, merusak jaringan paru-paru,
dan menimbulkan gejala dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.

Penyebab dan Faktor Risiko Tuberkulosis

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil tersebut menyebar di udara


melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap TB aktif.

Terdapat sejumlah orang yang memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Kelompok-
kelompok tersebut meliputi:
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS,
diabetes, atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.
Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.
Perokok.
Pecandu narkoba.
Orang yang sering berhubungan dengan pengidap TB aktif, misalnya petugas medis
atau keluarga pengidap.

Proses Diagnosis Tuberkulosis

Tuberkulosis termasuk penyakit yang sulit untuk terdeteksi. Dokter biasanya menggunakan
beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini, antara lain:

Rontgen dada.
Tes Mantoux.
Tes darah.
Tes dahak.

Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis

Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah
pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam
jangka waktu tertentu.

Sementara langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin BCG
(Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.

Risiko Komplikasi Tuberkulosis

Apabila tidak diobati, bakteri TB dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi
mengancam jiwa pengidap. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

Nyeri tulang punggung.


Meningitis.
Kerusakan sendi.
Gangguan hati, ginjal, atau jantung.

Gejala Tuberkulosis
TB memiliki gejala-gejala klasik yang umumnya berupa:

Batuk-batuk yang bisa menjadi batuk berdahak. Batuk ini berlangsung selama 21 hari
atau lebih.
Batuk yang mengeluarkan darah.
Dada yang terasa sakit saat bernapas atau batuk.
Tidak nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Demam dan menggigil.
Berkeringat secara berlebihan pada malam hari.
Kelelahan.

Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut. TB bisa disembuhkan
jika diobati dengan seksama dan tepat.

Tidak semua basil TB yang masuk ke tubuh langsung menyebabkan gejala (tuberkulosis
aktif). Ada juga kasus di mana basil TB bersembunyi tanpa memicu gejala sampai suatu hari
berubah aktif. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Selain tidak mengalami gejala,
pengidap tuberkulosis laten juga tidak menular. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk
dunia mengidap TB laten.

Sementara TB yang berkembang, merusak jaringan paru, dan menimbulkan gejala-gejala


dalam beberapa minggu setelah terinfeksi dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif. Sangat
penting agar TB jenis ini diobati karena termasuk penyakit menular.

Penyebab Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Basil ini menyebar di udara
melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap tuberkulosis aktif.

Meski demikian, penularan TB tidaklah semudah penyebaran pilek atau flu karena umumnya
membutuhkan beberapa waktu. Makin lama seseorang terpapar atau berinteraksi dengan
penderita TB, risiko penularan akan makin tinggi. Misalnya, anak yang tinggal serumah
dengan pengidap TB akan memiliki risiko tinggi untuk tertular.

Risiko penularan TB juga berpotensi meningkat bagi kelompok-kelompok orang tertentu, di


antaranya adalah:

Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.


Petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB.
Manula serta anak-anak.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap HIV, diabetes,
kanker, serta orang yang kekurangan gizi.
Pengguna obat-obatan terlarang.
Orang yang kecanduan minuman keras.
Pengguna tembakau, misalnya dalam bentuk rokok. Hampir 20 persen kasus TB
dipicu oleh merokok.

Selain paru-paru, basil TB juga bisa menyerang tulang, otak, sistem pencernaan, kelenjar
getah bening, sistem saluran kemih, serta sistem saraf.

Diagnosis Tuberkulosis
Pada tahap awal, dokter akan menanyakan keluhan dan mencatat riwayat kesehatan Anda.
Kemudian dokter akan memeriksa kondisi fisik guna mendeteksi apakah ada pembengkakan
kelenjar getah bening. Kondisi paru-paru juga akan diperiksa dengan stetoskop agar dokter
dapat mendengar bunyi napas Anda.
Apabila terdapat kemungkinan Anda mengidap TB, dokter akan melakukan serangkaian
pemeriksaan yang lebih mendetail untuk memastikan diagnosis. Jenis-jenis pemeriksaan
tersebut meliputi:

X-ray

Apabila Anda mengidap TB, foto hasil tes akan menunjukkan perubahan pada paru-paru
yang khas untuk TB. Langkah ini biasanya dilakukan sebelum pemeriksaan lainnya.

CT scan

Jika dibutuhkan pencitraan yang lebih mendetail atau ada kecurigaan penyebaran TB ke
jaringan tubuh lain, barulah prosedur CT scan dijalankan.

Tes Mantoux atau Tuberculin Skin Test

Tes Mantoux umumnya digunakan untuk menguji keberadaan TB laten. Dalam tes ini, dokter
akan menyuntikkan substansi tuberkulin PPD ke lapisan kulit dan memantau reaksi kulit
dalam 2 hingga 3 hari.

Ukuran pembengkakan pada bagian yang disuntik akan mengindikasikan kemungkinan Anda
menderita TB. Jika seseorang mengalami infeksi TB yang aktif, reaksi kulit akan lebih
signifikan.

Berbeda dengan orang yang telah menerima vaksin TB, dia hanya akan mengalami reaksi
kulit yang tergolong ringan. Tetapi ini bukan berarti Anda pasti mengalami TB laten.

Pemeriksaan Sampel Dahak

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek keberadaan basil Mycobacterium tuberculosis.


Pemeriksaan sampel dahak juga bisa digunakan untuk menguji basil TB yang resistan atau
sensitif terhadap antibiotik tertentu.

Tes Darah IGRA (Interferon gamma release assay)

IGRA dapat digunakan untuk mendeteksi tuberkulosis aktif dan laten. Tes ini akan
memeriksa reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap basil TB.

Pengobatan Tuberkulosis
Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika diobati
dengan benar. Langkah pengobatan yang digunakan adalah pemberian antibiotik yang harus
dihabiskan oleh pengidap TB selama jangka waktu tertentu sesuai resep dokter.

Jenis-jenis antibiotik yang digunakan umumnya adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide


dan ethambutol. Sama seperti semua obat-obat lain, antibiotik untuk TB juga memiliki efek
samping, terutama rifampicin, isoniazid, dan ethambutol. Rifampicin dapat menurunkan
keefektifan alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Sementara ethambutol dapat
memengaruhi kondisi penglihatan pengidap. dan isoniazid berpotensi merusak saraf.
Sejumlah efek samping lain dari obat-obatan TB meliputi mual, muntah, penurunan nafsu
makan, sakit kuning, urine yang berwarna gelap, demam, ruam, serta gatal-gatal pada kulit.

Masa penyembuhan TB berbeda-beda pada tiap pengidap dan tergantung pada kondisi
kesehatan pengidap serta tingkat keparahan TB yang dialami. Kondisi pengidap umumnya
akan mulai membaik dan TB berhenti menular setelah mengonsumsi antibiotik selama 2
minggu. Tetapi untuk memastikan kesembuhan total, pengidap TB harus menggunakan
antibiotik yang diberikan dokter selama 6 bulan.

Apabila pengidap tidak meminum obat sesuai resep dokter atau berhenti meminumnya
sebelum waktu yang dianjurkan, bakteri TB bisa tidak hilang sepenuhnya meski pengidap
merasa kondisinya sudah membaik. Infeksi TB yang diidap juga berpotensi menjadi resistan
terhadap antibiotik. Jika ini terjadi, TB akan menjadi lebih berbahaya dan sulit diobati
sehingga masa penyembuhannya pun akan jauh lebih lama.

Pencegahan Tuberkulosis
Langkah utama untuk mencegah tuberkulosis adalah dengan menerima imunisasi BCG
(Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.

Anda juga bisa mencegah TB dengan senantiasa mengenakan masker saat berada di tempat
ramai, jika berinteraksi dengan pengidap TB, serta mencuci tangan secara teratur (khususnya
pekerja medis).

Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan dalam jangka
waktu yang ditentukan oleh dokter. Apabila Anda mengidap TB, langkah-langkah berikut
akan sangat berguna untuk mencegah penyebarannya pada keluarga dan orang-orang di
sekitar.

Tutupi mulut Anda saat bersin, batuk, dan tertawa. Anda juga bisa mengenakan
masker. Apabila Anda menggunakan tisu, buanglah segera setelah digunakan.
Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
Pastikan rumah Anda memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya sering membuka
pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
Tetaplah di rumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya
beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.

Pencegahan Tuberkulosis
Langkah utama untuk mencegah tuberkulosis adalah dengan menerima imunisasi BCG
(Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.

Anda juga bisa mencegah TB dengan senantiasa mengenakan masker saat berada di tempat
ramai, jika berinteraksi dengan pengidap TB, serta mencuci tangan secara teratur (khususnya
pekerja medis).
Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan dalam jangka
waktu yang ditentukan oleh dokter. Apabila Anda mengidap TB, langkah-langkah berikut
akan sangat berguna untuk mencegah penyebarannya pada keluarga dan orang-orang di
sekitar.

Tutupi mulut Anda saat bersin, batuk, dan tertawa. Anda juga bisa mengenakan
masker. Apabila Anda menggunakan tisu, buanglah segera setelah digunakan.
Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
Pastikan rumah Anda memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya sering membuka
pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
Tetaplah di rumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya
beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.

Proses Terjadinya Penularan TBC


Penularan TBC paling umum terjadi melalui udara. Ketika seseorang yang telah
mengidap penyakit TBC batuk, bersin, atau berbicara dengan memercikkan ludah,
bakteri TB akan ikut melalui ludah tersebut untuk terbang ke udara. Selanjutnya,
bakteri akan masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang dihirup.

Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik, seperti jabat tangan, atau menyentuh
peralatan pribadi milik penderita. Berbagi makanan dan minuman dengan penderita bahkan
berciuman juga tidak menularkan bakteri TB dari penderita ke orang lain.
Tuberkulosis atau yang biasa disebut dengan penyakit TB atau TBC disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru-paru, meski ada organ tubuh lain
yang dapat terserang penyakit TBC, yaitu tulang belakang, ginjal, atau otak.

Pada dasarnya penularan TBC tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semua orang yang
menghirup udara yang mengandung bakteri TB dapat langsung sakit. Bakteri yang berada di
udara bisa bertahan berjam-jam sebelum akhirnya terhirup. Ketika terhirup, tubuh yang
memiliki sistem imun yang kuat akan segera membunuh bakteri yang masuk. Orang-orang
yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang sering bertemu atau berdiam
di tempat yang sama dengan penderita, seperti keluarga, teman sekantor, atau teman sekelas.

Ketika terhirup dan sistem imun tidak berhasil menyingkirkan bakteri, maka bakteri akan
berdiam di paru-paru. Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup akan berdiam di paru
tanpa menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lainnya. Bakteri tetap ada di tubuh
sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya tahan tubuh sedang
rendah.

Ada dua kondisi yang mungkin terjadi ketika seseorang menghirup bakteri TB, yaitu:

Laten

Yaitu kondisi ketika tubuh sudah didiami oleh bakteri TB. Ketika sistem kekebalan tubuh
sedang baik, sistem imunitas dapat menghalau bakteri. Dengan demikian, bakteri tidak
menyerang dan Anda tidak terinfeksi TBC. Anda pun tidak mengalami gejala-gejala penyakit
TBC dan tidak berpotensi menulari orang lain. Meski begitu, bakteri dapat aktif dan
menyerang Anda kembali sewaktu-waktu, terutama saat sistem kekebalan tubuh sedang
melemah.

Karenanya, meskipun masih dalam kondisi laten, Anda disarankan untuk memeriksakan diri
ke dokter untuk mendapatkan pengobatan antibiotik guna mencegah penyakit TBC. Apabila
seseorang dalam keadaan laten TBC tidak mendapatkan perawatan, potensi untuk terjadinya
penyakit TBC adalah 5-10 persen lebih tinggi dibandingkan seseorang yang menjalani
pencegahan.

Pengidap TBC aktif

Ini adalah kondisi Anda yang sudah mengidap penyakit TBC. Bakteri pada tubuh Anda telah
aktif sehingga Anda mengalami gejala-gejala penyakit TBC selain turut berpotensi menulari
orang lain. Disarankan bagi pengidap TBC aktif untuk mengenakan masker, menutup mulut
ketika batuk dan bersin, serta tidak meludah sembarangan. Selain itu, Anda sudah harus
berobat secara rutin sesuai prosedur medis agar cepat sembuh dan mencegah terjadinya
kekebalan bakteri terhadap obat TB.

Cegah TBC Sedini Mungkin

Inilah waktu yang tepat bagi Anda yang belum terinfeksi TBC untuk melakukan tindakan
pencegahan agar Anda atau keluarga tidak sampai mengidap penyakit ini. Ada beberapa cara
untuk mencegahnya, yaitu:

Pemeriksaan TB terutama bagi orang-orang yang berisiko tinggi


Memperbaiki sirkulasi udara untuk mencegah bakteri berdiam dalam ruangan
Jika terbukti mengidap TB fase laten, mengikuti prosedur pengobatan sebelum
menjadi aktif.

Meskipun penularan TBC nyatanya tidak semudah yang dikira, Anda tetap disarankan untuk
tetap waspada. Bakteri penyakit menular ini selalu ada di udara dan siap menyerang kapan
saja. Satu hal lagi, lebih baik bagi Anda untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap optimal.
Dengan demikian, penyakit apa pun tidak akan mudah menyerang.

Terima kasih Rhey atas pertanyaannya. TBC merupakan infeksi akibat bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. TBC ini dapat terjadi di berbagai organ dalam tubuh seperti otak, paru-paru, perut,
tulang, kelenjar limfe, dan lain-lain. Namun, karena bakteri TBC sangat menyukai oksigen, maka yang
paling sering terjadi adalah TBC paru. Gejala yang dialami pasien sangat beragam tergantung dari
organ mana yang terkena. Bila yang Anda maksud adalah TBC paru, maka gejala yang ditimbulkan
adalah: 1. Batuk lama (> 2 minggu) 2. Berkeringat malam 3. Penurunan berat badan Penyakit TBC ini
sangat menular sehingga melalui udara pernafasan. Bila bakteri TBC ini masuk pada orang yang
sehat, maka sistem imun kita dapat mengalahkan perkembangan dari bakteri tersebut. Namun, bila
bakteri tersebut ternyata lebih kuat dari sistem imun kita, maka kita akan mengalami gejala-gejala
dari infeksi TBC tersebut. Para dokter akan mengobati pasien berdasarkan gejala yang dialami
pasien, sehingga bila pasien tidak mengalami gejala apapun, nampaknya pasien tidak menderita
penyakit TBC dan tidak memerlukan pengobatan. Bila terkena TBC paru yang tidak diobati lama
kelamaan akan semakin merusak paru-paru dan bila paru-parunya sudah rusak, maka dapat
menyebabkan kematian. Karena itu, pengobatan TBC harus dilakukan secara RUTIN SETIAP HARI
SAMPAI TUNTAS. Pengobatan yang tidak rutin dapat menyebabkan bakteri tersebut kebal terhadap
obat dan semakin susah untuk diobati. Anda juga dapat membaca artikel terkait: TBC Demikian
jawaban dari saya, semoga membantu Andika Surya

Kenali TBC pada Anak dan Laksanakan


Prosedur Pengobatan yang Tepat
TBC pada anak terjadi karena anak menghirup bakteri Mycobacterium tuberculosis
yang terbang di udara. Bakteri tersebut kemudian berdiam di paru-paru dan
berkembang. Perkembangan bakteri ini memungkinkannya untuk menjalar ke bagian
tubuh yang lain, seperti tulang belakang, ginjal, bahkan otak.

Anak-anak yang terkena TBC kemungkinan besar tidak tertular dari teman-temannya yang
sebaya, melainkan dari orang dewasa yang sudah mengidap penyakit tersebut. Ketika orang
dewasa yang sudah mengidap TBC batuk atau bersin, bakteri turut menyebar ke udara. Pada
saat itulah dapat terjadi penularan bagi anak-anak yang berada di sekitar.
Penyakit TBC atau biasa disebut TB ditandai oleh dua tahap perkembangan.

Pertama, tahap infeksi. Pada tahap ini anak-anak sudah terinfeksi kuman TBC. Tubuh
sudah kemasukan bakteri, namun dalam jumlah kecil. Daya tahan yang kuat
memungkinkan tubuh untuk mencegah infeksi ini berkembang lebih parah dan
menimbulkan gejala.
Namun ketika bakteri sudah berkembang biak, barulah timbul gejala hingga akhirnya
memasuki tahap kedua, yaitu mengidap penyakit TBC.

Pada anak-anak yang lebih tua, penyakit TBC dinilai sebagai penyakit laten karena biasanya
infeksi bakteri masih tidak menunjukkan adanya gejala. Meski sudah menggunakan
pemeriksaan foto Rontgen, biasanya tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, digunakan tes kulit tuberkulin.

Tes tuberkulin dilakukan untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi bakteri tuberkulosis.
Jika hasil tes tuberkulin adalah positif, kemungkinan besar anak telah terinfeksi. Meskipun
tidak memperlihatkan gejala-gejala penyakit apa pun, anak disarankan mendapatkan
pengobatan jika telah dinyatakan positif pada hasil tes.

Ketika menimbulkan gejala TBC, beberapa keadaan di bawah ini mungkin bisa timbul pada
si anak:

Batuk yang menetap


Lelah dan lemah
Demam
Kehilangan nafsu makan
Kehilangan berat badan
Murung
Lekas marah
Sesak napas
Berkeringat di malam hari
Terjadi pembengkakan kelenjar

Pengobatan TBC pada anak difokuskan untuk penyembuhan, baik pada anak yang baru
terinfeksi bakteri TBC dan belum menampakkan gejala apa pun, maupun pada anak yang
sudah dalam tahap mengidap TBC.

Sistem pengobatan keduanya berbeda. Anak yang baru terinfeksi bakteri TB akan diberikan
obat yang harus dikonsumsi tiap hari selama sekitar sembilan bulan. Obat ini adalah jenis
antibiotik yang disebut isoniazid yang biasanya juga diberikan kepada pasien dewasa.

Sementara itu pada anak yang telah mengidap TBC aktif, diberikan pengobatan yang
biasanya terdiri atas dua jenis obat antibiotik atau lebih. Obat tersebut harus dikonsumsi tiap
hari selama sekitar 6-18 bulan. Pada tahap ini, tidak semua obat yang diberikan pada anak
sama dengan obat yang biasa diberikan pada orang dewasa, misalnya ethambutol. Obat ini
tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena dapat memberi dampak berbahaya bagi
penglihatan.

Indonesia berada pada posisi kelima, negara dengan angka insiden TBC tertinggi di dunia.
Melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan, maka
TBC bisa dicegah. Termasuk dalam hal upaya penyembuhan, pelaksanaan prosedur
pengobatan sampai tuntas harus dilakukan. Secara berangsur, penyakit ini akan sembuh dan
anak-anak dapat hidup sehat kembali

Hai Penyakit TBC (tuberkulosis) disebabkan oleh bakteri micobacterium tuberculosis. Selama ini yang
paling dikenal adalah TBC pada paru-paru, padahal sebenarnya TBC dapat mengenai organ tubuh
lain karena bakteri ini dapat menginfeksi organ lain selain paru-paru. Beberapa
organ yang dapat terinfeksi bakteri tuberkulosis selain paru-paru misalnya ginjal, kulit, tulang,
kelenjar getah bening, saluran kemih, dsb. Pada TBC paru dibagi dalam beberapa kelompok seperti
dari hasil dahak apakah positif atau negatif, dari tipe pasien apakah TBC paru pertama kali (kasus
baru), kambuh, putus obat, gagal pengobatan, kronik, dsb. Informasi terkait secara lengkap dapat
Anda baca pada artikel berikut ini: Tuberkulosis Semoga membantu ya. Terima kasih. dr.Yan william

Anda mungkin juga menyukai