Anda di halaman 1dari 6

INTISARI

POLA PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA DEPO GERIATRI PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT JALAN
RSUD ULIN BANJARMASIN

Cici Paramitha1 ;Ratih Pratiwi Sari2; Khairullah Azhar3

Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme


kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadargula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Geriatri adalah pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan
massa atau fungsi sel, jaringan, serta organ.
Penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data secara
retrospektif, dengan teknik sampling berkelompok (Cluster Random Sampling).Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola penggunaan antidiabetes pada depo geriatri
pasien diabetes melitus tipe 2 yang meliputi golongan, jenis obat dan penyakit penyerta.
Berdasarkan hasil penelitian pola penggunaan antidiabetes pada depo geriatri pasien
diabetes melitus tipe 2 di instalasi rawat jalan RSUD Ulin Banjarmasin pada golongan dan
jenis obat antidiabetes oral dengan jumlah persentase paling tinggi adalah golongan biguanid
yaitu metformin (10,94%), sedangkan persentase paling terkecil adalah tiazolidindion
(1,83%) yaitu deculin (1,47%), golongan dan jenis parenteral dengan jumlah persentase
paling tinggi adalah golongan insulin long – acting (4,13%)yaitu levemir (2,94%), dan
persentase paling terkecil golongan insulin analog rapid – acting yaitu novorapid (1,74%).

Kata Kunci: Pola Penggunaan, Antidiabetes, Pasien Geriatri, Diabetes Melitus Tipe 2
1,1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
2
IFRS RSUD Ulin Banjarmasin

iii
ABSTRACK
USAGE PATTERNS ON DEPO ANTIDIABETIC GERIATRIC DIABETES
MELLITUS PATIENTS IN THE INSTALLATION OF TYPE 2 OUTPATIENT
HOSPITAL ULIN BANJARMASIN

Cici Paramitha1 ;Ratih Pratiwi Sari2; Khairullah Azhar3

Diabetes mellitus is defined as a disease or a chronic metabolic disorder with multiple


etiologies characterized by high blood sugar levels accompanied by impaired metabolism of
carbohydrates, lipids and proteins as a result of insufficiency of insulin function. Geriatric
patients with specific characteristics is due to the decrease in mass or function of cells,
tissues, and organs.
The research is descriptive method with retrospective data collection, with sampling
technique group (cluster random sampling). This study aims to determine how the pattern of
use of antidiabetes the depot geriatric patients with type 2 diabetes mellitus that includes
classes, types of medications and comorbidities.
Based on the results of research on the usage patterns of antidiabetic depot geriatric
patients with type 2 diabetes mellitus in hospital outpatient installation Ulin Banjarmasin on
classes and types of oral antidiabetic drugs with the highest percentage is the number of
classes which biguanide metformin (10.94%), while the smallest percentage is
thiazolidinediones (1.83%) is deculin (1.47%), class and type of parenteral with the highest
percentage is the number of insulin group long - acting (4.13%), ie Levemir (2.94%), and the
smallest percentage class of insulin analogues rapid - acting is novorapid (1.74%).

Keywords: Patterns Of Use, Antidiabetic, Geriatric Patients, Type 2 Diabetes


Mellitus
1,1
Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin
2
IFRS RSUD Ulin Banjarmasin

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme

kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan

gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi

insulin oleh sel–sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel–sel tubuh terhadap insulin (PERKENI, 2006).

Diabetesmelitus merupakan penyakit kronis paling populer yang banyak terjadi pada

lanjut usia (Dellasega dan Yonushonis, 2007) yaitu prevalensinya meningkat pada usia lebih

dari 60 tahun (Funk, 2011). Akibat proses menua terjadi penurunan fungsi sel-sel β pankreas.

Menurut penelitian, 10% lansia yang berusia diatas 60 tahun menderita DM tipe 2 (Tjay dan

Rahardja, 2007).

Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama diabetes melitus disebabkan

keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Diabetes mellitus tipe 2

merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 90% pasien diabetes

(WHO, 2012).Sebagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecendrungan

peningkatan angka insiden dan prevalensi diabetes mellitus tipe-2 diberbagai penjuru dunia.

WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien diabetes yang cukup besar untuk

tahun-tahun mendatang untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2006).

Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang perlu penanganan pengobatan secara

berlanjut dan pemberian edukasi serta membantu pasien sendiri untuk mencegah komplikasi

akut dan memperkecil resiko komplikasi jangka panjang.Sebagian peningkatan jumlah

5
penderita diabetes mellitus tipe-2 karena kurangnya pengetahuan pengelolaan tentang

diabetes mellitus, sehingga mengakibatkan penyakit semakin parah dan pengggunaan obat

merupakan salah satu jalan ynag ditempuh oleh pasien dalam mengobati

penyakitnya.Pengobatan diabetes ini sangat spesifik dan individual untuk masing-masing

pasien (PERKENI, 2011).

Berdasarkan standar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2006 Diabetes

melitus merupakan penyakit degeneratif yang menduduki peringkat ke-4 berdasarkan prioritas

penelitian nasional. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia 8,4 juta

pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diperkirakan bahwa sekitar 90%

dari orang dewasa saat inididiagnosis dengan diabetes memiliki diabetes tipe 2World

HealthOrganization (WHO) membuat perkiraan jumlah pengidap diabetes di atas umur 20

tahun akan membengkak menjadi 300 juta orang pada tahun 2025. DM yang paling banyak

ditemukan di Indonesia adalah diabetes melitus tipe 2 (Subekti, 2004).Penderita DM tipe 2

mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.Berdasarkan jumlah tersebut,

50% adalah pasien berumur lebih dari 60 tahun (Suyono, 2006).

Pola pengobatan pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus karena berbagai

masalah dapat terjadi yang disebabkan oleh faktor fisiologis, penurunan daya tahan tubuh

pada usia lanjut, faktor farmakokinetik dan faktor farmakodinamik yang terkait dengan

bertambahnya usia (Prest, 2003). Perubahan fisiologis yang terjadi pada usia lanjut adalah

penurunan massa otot, cairan tubuh, laju filtrasi glomerulus, aliran darah ke hepar serta

peningkatan lemak tubuh (Suhardjono dan Soejono, 2001). Faktor-faktor tersebut jika tidak

diperhatikan dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, karena terjadi perubahan efek

terapi obat. Kenyataan menunjukkan faktor-faktor tersebut kurang mendapat perhatian dari

para praktisi medik sehingga pola pengobatan pada usia lanjut seringkali kurang rasional

(Mustofa, 1995).

6
Geriatri adalah pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa

atau fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya

hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek

samping yang mungkin ditimbulkan (David, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Dinar Pramilih Rachmawati dengan judul penelitian “Pola

Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Pada Pasien Geriatri Diabetes Mellitus Tipe 2

Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari- Juli

2008”menunjukkan bahwa Drug Utilisation Study in Geriatric Type 2 Diabetic Patients pada

pasien usia lanjut dengan diagnosa DM tipe 2 mengalami banyakkomplikasi sehingga

diperlukan kombinasi obat (Rajeshwari dkk., 2007). Pasien usialanjut DM tipe 2 dengan

penyakit penyerta (Osteoporosis, hipertensi, konstipasi,glaukoma, dan lain-lain) menerima

minimum empat jenis obat, seperti: aspirin, angiotensin converting enzyme inhibitor

(ACEIs), lipid lowering agent dan antihyperglycemic agent (Morais dan Mallet, 2007).

Banyaknya obat yangdiresepkan untuk pasien usia lanjut akan menimbulkan banyak masalah

termasukpolifarmasi, peresepan yang tidak tepat dan ketidakpatuhan. Setidaknya 25%

obatyang diresepkan untuk pasien usia lanjut tidak efektif (Prest, 2003). Hasil penelitian

menunjukkan antidiabetik yang paling banyak digunakan antidiabetik oral golongan

sulfonilurea (96,08%) yaitu glibenklamid sebanyak 60 pasien (58,82%). Penggunaan

antidiabetik 100% memenuhi parameter tepat indikasi, 81,37% tepat obat, 86,27% tepat

pasien, 90,20% tepat dosis.

Dampak akibat pola penggunaan antidiabetes yang tidak tepat adalah tidak tercapainya

efek terapi pada pengobatan diabetes melitus seperti kadar gula tidak normal dan komplikasi

penyakit lainnya.

Penelitian tentang pola penggunaan antidiabetes di Indonesia umum masih sangat

minim terutama di RSUD Ulin Banjarmasin, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

7
penelitian pola penggunaan antidiabetes pada depo geriatri diabetes melitus tipe 2 di instalasi

rawat jalan RSUD Ulin Banjarmasin.Di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Rumah Sakit

tipe A yaitu RSUD Ulin Banjarmasin menjadi pilihan utama sebagai penelitian karena

mempunyai depo geriatri, pada periode bulan Januari - Maret 2016 dengan total jumlah 404

resep rawat jalan yang lebih banyak terdiagnosa diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai