Kata Kunci: Pola Penggunaan, Antidiabetes, Pasien Geriatri, Diabetes Melitus Tipe 2
1,1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
2
IFRS RSUD Ulin Banjarmasin
iii
ABSTRACK
USAGE PATTERNS ON DEPO ANTIDIABETIC GERIATRIC DIABETES
MELLITUS PATIENTS IN THE INSTALLATION OF TYPE 2 OUTPATIENT
HOSPITAL ULIN BANJARMASIN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi
insulin oleh sel–sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
Diabetesmelitus merupakan penyakit kronis paling populer yang banyak terjadi pada
lanjut usia (Dellasega dan Yonushonis, 2007) yaitu prevalensinya meningkat pada usia lebih
dari 60 tahun (Funk, 2011). Akibat proses menua terjadi penurunan fungsi sel-sel β pankreas.
Menurut penelitian, 10% lansia yang berusia diatas 60 tahun menderita DM tipe 2 (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama diabetes melitus disebabkan
keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Diabetes mellitus tipe 2
merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 90% pasien diabetes
peningkatan angka insiden dan prevalensi diabetes mellitus tipe-2 diberbagai penjuru dunia.
WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien diabetes yang cukup besar untuk
tahun-tahun mendatang untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2006).
Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang perlu penanganan pengobatan secara
berlanjut dan pemberian edukasi serta membantu pasien sendiri untuk mencegah komplikasi
5
penderita diabetes mellitus tipe-2 karena kurangnya pengetahuan pengelolaan tentang
diabetes mellitus, sehingga mengakibatkan penyakit semakin parah dan pengggunaan obat
merupakan salah satu jalan ynag ditempuh oleh pasien dalam mengobati
melitus merupakan penyakit degeneratif yang menduduki peringkat ke-4 berdasarkan prioritas
penelitian nasional. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diperkirakan bahwa sekitar 90%
dari orang dewasa saat inididiagnosis dengan diabetes memiliki diabetes tipe 2World
tahun akan membengkak menjadi 300 juta orang pada tahun 2025. DM yang paling banyak
Pola pengobatan pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus karena berbagai
masalah dapat terjadi yang disebabkan oleh faktor fisiologis, penurunan daya tahan tubuh
pada usia lanjut, faktor farmakokinetik dan faktor farmakodinamik yang terkait dengan
bertambahnya usia (Prest, 2003). Perubahan fisiologis yang terjadi pada usia lanjut adalah
penurunan massa otot, cairan tubuh, laju filtrasi glomerulus, aliran darah ke hepar serta
peningkatan lemak tubuh (Suhardjono dan Soejono, 2001). Faktor-faktor tersebut jika tidak
diperhatikan dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, karena terjadi perubahan efek
terapi obat. Kenyataan menunjukkan faktor-faktor tersebut kurang mendapat perhatian dari
para praktisi medik sehingga pola pengobatan pada usia lanjut seringkali kurang rasional
(Mustofa, 1995).
6
Geriatri adalah pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa
atau fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya
hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek
Berdasarkan hasil penelitian Dinar Pramilih Rachmawati dengan judul penelitian “Pola
Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Pada Pasien Geriatri Diabetes Mellitus Tipe 2
Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari- Juli
2008”menunjukkan bahwa Drug Utilisation Study in Geriatric Type 2 Diabetic Patients pada
diperlukan kombinasi obat (Rajeshwari dkk., 2007). Pasien usialanjut DM tipe 2 dengan
minimum empat jenis obat, seperti: aspirin, angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACEIs), lipid lowering agent dan antihyperglycemic agent (Morais dan Mallet, 2007).
Banyaknya obat yangdiresepkan untuk pasien usia lanjut akan menimbulkan banyak masalah
obatyang diresepkan untuk pasien usia lanjut tidak efektif (Prest, 2003). Hasil penelitian
antidiabetik 100% memenuhi parameter tepat indikasi, 81,37% tepat obat, 86,27% tepat
Dampak akibat pola penggunaan antidiabetes yang tidak tepat adalah tidak tercapainya
efek terapi pada pengobatan diabetes melitus seperti kadar gula tidak normal dan komplikasi
penyakit lainnya.
minim terutama di RSUD Ulin Banjarmasin, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
7
penelitian pola penggunaan antidiabetes pada depo geriatri diabetes melitus tipe 2 di instalasi
rawat jalan RSUD Ulin Banjarmasin.Di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Rumah Sakit
tipe A yaitu RSUD Ulin Banjarmasin menjadi pilihan utama sebagai penelitian karena
mempunyai depo geriatri, pada periode bulan Januari - Maret 2016 dengan total jumlah 404