Penyebab Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis dapat menular lewat semburan air liur ketika pengidapnya
batuk, bersin, bicara, tertawa atau bernyanyi.Meskipun cara penularannya mirip dengan pilek
atau flu, TBC tidak menular semudah itu. Perlu berkontak dekat dengan pengidap TBC dalam
waktu lama (beberapa jam) untuk bisa tertular penyakit ini. Selain itu, tidak semua
pengidapnya bisa menularkan penyakitnya. Anak-anak yang mengidap TBC, mereka tidak
bisa menularkannya ke anak lain maupun orang dewasa.
Ketika antibiotik gagal membunuh semua bakteri yang menjadi targetnya, bakteri tersebut
otomatis menjadi resisten.
● Melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat mengidap penyakit atau meminum obat-obatan
tertentu.
● Perokok aktif/pasif.
● Bekerja di fasilitas kesehatan yang mengharuskan berkontak erat dengan orang sakit.
● TBC laten
Pada jenis TBC ini, bakteri dalam keadaan tidak aktif sehingga pengidapnya tidak mengalami
gejala apapun.
Karena itu, jenis laten bersifat tidak menular. Tetapi, pengobatan TBC juga diperlukan agar
tidak berkembang menjadi TBC aktif.
● TBC aktif
Bakteri TBC dapat menimbulkan beberapa gejala setelah terinfeksi. Tanda dan gejala TB
aktif:
● Nyeri dada.
● Kelelahan.
● Demam.
● Panas dingin.
Dan, Jika menginfeksi organ lain, tanda dan gejalanya bisa bervariasi tergantung organ mana
yang terinfeksi.
Misalnya saja, TBC tulang belakang dapat menyebabkan sakit punggung, dan TBC di ginjal
dapat menyebabkan urine berdarah.
Diagnosis Tuberkulosis
Selama pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa kelenjar getah bening untuk
mengidentifikasi pembengkakan paru. Jika ada indikasi TBC, dokter perlu melakukan salah
satu opsi tes berikut untuk memastikannya:
1. Tes Mantoux
Tes Mantoux atau disebut juga sebagai tuberculin skin test (TST) yaitu salah satu alat
diagnosis yang paling umum digunakan. Melalui tes ini, zat tuberkulin disuntikkan tepat di
bawah kulit lengan. Dalam 48 hingga 72 jam, dokter akan memeriksa pembengkakan pada
tempat suntikan. Seseorang dinyatakan positif TBC apabila timbul benjolan merah di area
suntikan.
2. Tes darah
Melalui tes ini, dokter bisa mengukur reaksi sistem kekebalan terhadap bakteri TBC. Selain
itu Tes darah juga bisa menentukan seseorang memiliki TBC laten atau TBC aktif.
3. Tes pencitraan
Jika hasil tes mantoux positif, dokter kemungkinan akan merekomendasikan rontgen dada
atau CT scan. Melalui tes pencitraan tersebut, dokter dapat mendeteksi perubahan pada paru-
paru.
Biasanya, infeksi TBC akan menunjukan bintik-bintik putih pada paru-paru akibat
tertutupnya sistem kekebalan tubuh oleh bakteri penyebab TBC.
4. Tes dahak
Jika rontgen dada menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis, dokter akan mengambil sampel
dahak. Sampel digunakan untuk menguji jenis TBC yang resisten terhadap obat.
Hal ini bisa membantu dokter dalam memilih pengobatan TBC yang paling efektif.
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan TBC berfokus pada konsumsi obat sesuai anjuran dokter yang dapat berlangsung
dari enam hingga sembilan bulan. Selama pengobatan TBC, penting bagi pengidapnya untuk
patuh mengonsumsi obat sesuai yang dokter resepkan dan tidak menghentikannya sebelum
dokter mengizinkan. Sebab, jika pengidap berhenti minum obat sebelum waktu yang dokter
sarankan, bakteri TBC berisiko kebal terhadap obat.
Kondisi ini membuat pengidapnya membutuhkan pengobatan TBC yang lebih lama dengan
terapi yang berbeda, dan mungkin lebih berdampak negatif untuk tubuh.
Dokter juga kemungkinan akan menggunakan lebih dari satu obat (kombinasi) untuk
pengobatan TBC. Berikut adalah obat-obatan yang dapat dokter resepkan:
● Pirazinamid.
● Isoniazid.
● Rifampisin.
● Etambutol.
● Rifapentin.
Selayaknya jenis obat lainnya, pengobatan TBC juga dapat menimbulkan efek samping,
antara lain:
● Gangguan saraf.
Untuk menghindari efek samping tersebut, dokter akan menyesuaikan jenis, dan dosis
pengobatan TBC berdasarkan usia dan keparahan kondisi. Khususnya bagi pengidapnya yang
masih anak-anak atau ibu hamil.
Sementara itu, bagi pengidap yang menjalani puasa, berikut adalah informasi mengenai
panduan konsumsinya: Harus Rutin, Begini Aturan Minum Obat TBC Saat Puasa. Efektivitas
pengobatan TBC mungkin memerlukan beberapa minggu sebelum pengidapnya mulai merasa
lebih baik. Lamanya waktu pengobatan TBC bekerja akan bergantung pada kesehatan
pengidapnya secara keseluruhan dan tingkat keparahan kondisi. Namun, penting untuk terus
meminum obat persis seperti yang dokter resepkan dan menyelesaikan seluruh rangkaian
antibiotik. Konsumsi obat selama 6 bulan adalah cara terbaik untuk memastikan bakteri TBC
mati.
Pencegahan Tuberkulosis
Sampai saat ini sebenarnya tidak ada cara pasti untuk sepenuhnya mencegah penyebaran
TBC.
Namun, ada sejumlah tindakan yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi penyebaran
penyakit ini:
1. Pemberian Vaksin
Tuberkulosis dapat kamu cegah melalui pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Di Indonesia, vaksin wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan.Vaksin BCG juga
dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya
pada waktu bayi.
Sebab, pengidap dapat menularkan bakteri kepada 10-15 orang setiap tahunnya.
Sebab, apabila ventilasi di rumah kurang layak, bakteri penyebab TBC dapat mengendap
lebih lama dalam rumah.
Sebab, sistem imun yang baik dapat membantu kita agar terhindar dari berbagai macam
penyakit, termasuk bakteri penyebab TBC.