Anda di halaman 1dari 9

F5

1. Voluntary Counseling and Testing penderita HIV/AIDS di Puskesmas Anjatan


LATAR BELAKANG
Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah proses konseling suka rela dan
tes HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan. Konseling dan tes HIV dilakukan
dalam rangka penegakan diagnosis HIV dan AIDS, untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan pengobatan lebih dini.
Tes HIV sebagai akses layanan pencegahan, pengobatan, perawatan, dan dukungan.
Indonesia telah memasuki populasi umum dimana pasien HIV umum mulai terjangkit.
Hal ini terlihat dari peningkatan kasus HIV di Indonesia tidak hanya terjadi pada
kelompok beresiko tinggi,namun kini kasus HIV meningkat setiap tahunnya pada
kelompok populasi rendah seperti ibu rumah tangga. HIV telah mengurangi harapan
hidup selama lebih dari 20 tahun yang menyebabkan terhambatnya perkembangan
ekonomi dan memperburuk kemiskinan rumah tangga. Resiko penularan HIV dapat
diturunkan menjadi 1-2% dengan tindakan intervensi pencegahan, yaitu melalui layanan
konseling VCT dan tes HIV sukarela, untuk meminimalisir resiko penularan HIV.
Pendekatan konseling dan tes HIV ini bertujuan untuk mencapai universal akses, dengan
menghilangkan stigma dan diskriminasi, serta mengurangi missed opportunities
pencegahan penularan infeksi HIV. Mengetahui status HIV positif secara dini akan
memaksimalkan ODHA menjangkau pengobatan sehingga mengurangi kejadian
penyakit terkait HIV, menjauhkan dari kematian, dan mencegah penularan kepada
pasangan seksual atau dari ibu ke bayinya. VCT bertujuan untuk mendorong orang yang
sehat dan orang sehat tanpa gejala HIV (asimtomatik) untuk mengetahui status HIV
sehingga mereka dapat mengurangi tingkat penularan HIV, mendorong seseorang untuk
merubah perilaku, memberikan informasi tentang HIV AIDS, tes, pencegahan dan
pengobatan bagi orang dengan HIV AIDS (ODHA).

PERMASALAHAN
Penularan HIV/AIDS di Lapas Ambarawa kebanyakan disebabkan karena hubungan
seks bebas , penggunaaan jarum suntik bergantian karena narkoba . Sedangkan
penderitanya tidak hanya orang yang berisiko tinggi seperti pengguna narkoba melalui
jarum suntik. Untuk pencegahan HIV/AIDS ini sangat penting dilakukan terutama
pemberian pengetahuan dan penyuluhan pada masyarakat dengan kegiatan Voluntary
Counseling and Testing (VCT)
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS ini sangat penting dilakukan
terutama dengan pemberian pengetahuan dan edukasi pada narapidana dan populasi
beresiko melalui layanan konseling VCT dan tes HIV sukarela, untuk meminimalisir
resiko penularan HIV. VCT bertujuan untuk mendorong orang yang sehat dan orang
sehat tanpa gejala HIV (asimtomatik) untuk mengetahui status HIV sehingga mereka
dapat mengurangi tingkat penularan HIV, mendorong seseorang untuk merubah
perilaku. Pada kegiatan VCT dilakukan pemberian informasi yang benar tentang apa
sebenarnya penyakit HIV/AIDS, gejala, perjalanan penyakit, bagaimana proses
penularan, dan pencegahannya, selain itu juga diberikan pengobatan ARV pada
penderita secara rutin.

PELAKSANAAN
Kegiatan VCT dilakukan pada hari Selasa pukul 09.00-12.00 di Puskesmas Anjatan

MONITORING
Monitoring dan evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui apakah peserta paham
tentang apa sebenarnya penyakit HIV/AIDS, gejala, perjalanan penyakit, bagaimana
proses penularan, dan pencegahannya, serta pengobatan ARV. Kegiatan monitoring
dilakukan dengan melihat keluhan dan menanyakan kepatuhan konsumsi obat ARV dan
profilaksis dengan menanyakan sisa obat, selain itu juga dengan rutin mengevaluasi
pemeriksaan kadar viral load dan CD4

2. PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER KANKER PAYUDARA pada KELAS


IBU HAMIL di DESA SUKRA

LATAR BELAKANG

Kanker payudara merupakan salah satu prevalensi kanker tertinggi di Indonesia, yaitu
50 per 100.000 penduduk dengan angka kejadian tertinggi di D.I Yogyakarta sebesar 24 per
10.000 penduduk sesuai informasi dari Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan RI tahun 2013. Sementara itu, kanker payudara termasuk dalam 10
penyebab kematian terbanyak pada perempuan di Indonesia dengan angka kematian 21,5 per
100.0 penduduk.

Faktor yang dapat memicu kanker payudara antara lain perokok aktif dan pasif; pola
makan buruk; usia haid pertama di bawah 12 tahun; perempuan tidak menikah; perempuan
menikah tidak memiliki anak; melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun; tidak menyusui;
menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam waktu lama;
usia menopause lebih dari 55 tahun; pernah operasi tumor jinak payudara; riwayat
radiasi dan riwayat kanker dalam keluarga.

Kanker payudara sangat berbahaya dan harus diwaspadai sejak dini. Meskipun
demikian, kanker payudara dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, rutin melakukan
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang dilakukan oleh setiap perempuan dan
Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) oleh tenaga kesehatan terlatih.

Masalah

Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku masyarakat dalam
deteksi dini kanker payudara masih rendah. Tercatat 53,7% masyarakat tidak pernah
melakukan SADARI, sementara 46,3% pernah melakukan SADARI; dan 95,6% masyarakat
tidak pernah melakukan SADANIS, sementara 4,4% pernah melakukan SADANIS.

Intervensi

 Melakukan penyuluhan tentang kanker payudara serta cara deteksi dini.

 Mengajarkan cara SADARI

 Melakukan SADANIS

Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di desa Sukra. Kegiatan dimulai pukul 08.00 – selesai.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas dan peserta PIDI. Jumlah yang
mengikuti pemeriksaan payudara 10 orang.

Monev
 Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan payudara berjalan lancar
 Partisipasi masyarakat (perempuan usia subur) cukup baik

3. Penyuluhan pengelolaan penyakit scabies pada ODGJ di desa Anjatan


Utara

Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Bagian tubuh yang terserang adalah bagian kulit yang tipis dan
lembab, contohnya lipatan kulit. Skabies ini tidak membahayakan manusia namun adanya
rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Skabies cenderung tinggi pada anak- anak usia sekolah, remaja bahkan orang
dewasa. Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat
ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda),
misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut.

Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terkena skabies. Prevalensi
cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan terutama di daerah yang padat penduduk. Skabies
mengenai semua kelas sosial ekonomi, perempuan dan anak-anak mengalami prevalensi lebih
tinggi. Prevalensi meningkat di daerah perkotaan dan padat penduduk.

Masalah
Di Indonesia pada tahun 2011 jumlah penderita skabies sebesar 6.915.135 (2,9%) dari
jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini meningkat pada tahun 2012 yang jumlah
penderita skabies sebesar 3,6 %dari jumlah penduduk.

Intervensi
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut perlu dilakukan pengecekan
pada rumah-rumah odgj wilayah kerja Puskesmas Anjatan terutama di daerah Anjatan Utara
untuk melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif terhadap kejadian skabies tersebut dan
promotif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Pelaksanaan
Kegiatan ini berupa kunjungan ke rumah rumah ODGJ yang berada di kelurahan Anjatan
Utara pada tanggal 15 November 2021
Kegiatan dimulai dengan melakukan pengecekan terhadap kamar – kamar ODGJ , wawancara
terhadap keluarga dari ODGJ, yang terkena penyakit skabies, lalu diakhiri dengan penyuluhan
mengenai penyakit skabies dan perilaku apa yang harus dilakukan pernderita untuk membantu
penyembuhan dan memutus penularan penyakit skabies.
Monev
a. Masih kurangnya kesadaran berprilaku hidup bersih dan sehat para santri terlihat
dari konsisi kamar, kamar mandi, dan pengelolaan pakaian pakaian odgj
b. Banyak odgj yang menderita penyakit skabies dan tidak berobat
c. Para odgj dan keluarga odgj kooperatif dalam mendengarkan penyuluhan dan mau
melakukan pengobatan dan pemutusan penularan penyakit scabies

4. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di Puskesmas Anjatan

LATAR BELAKANG
Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
beban ganda penyakit, yaitu masih banyaknya penyakit infeksi yang harus ditangani, di sisi
lain dibarengi meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit Tidak Menular
(PTM) merupakan penyakit yang saat ini menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Penderita PTM di Puskesmas Ambarawa terutama Diabetes Melitus dan Hipertensi dari
waktu ke waktu semakin bertambah. Oleh sebab itu salah satu upaya Puskesmas Bawen
untuk meningkatkan kualitas hidup para penderita PTM agar optimal yaitu dengan
mengadakan kegiatan PROLANIS.
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) adalah sistem pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang pelaksaannya secara integrasi melibatkan peserta, fasilitas
kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Sasaran dari Pronalis adalah seluruh peserta BPJS penyandang penyakit kronis (Diabetes
Melitus tipe II dan Hipertensi). Prolanis mendorong peserta penyandang penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit DM tipe II dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga
mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

PERMASALAHAN
Terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa. Selain itu juga kurangnya kesadaran
masyarakat untuk rutin berobat jika terkena penyakit tidak menular, kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit menular serta kurang optimalnya kualitas hidup penyandang
ppenyakit kronis, Oleh karena itu perlu diadakanlah Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS) di Puskesmas Anjatan.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan pelayanan PROLANIS 1 kali setiap bulan
yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium untuk evaluasi,
penentuan diagnose sekudnder apabila ada penyakit penyerta disamping diagnose primer dan
mendeteksi factor resiko terjadinya komplikasi, pemberian farmakoterapi dan non
farmakoterapi, serta memberikan edukasi pada peserta prolanis yang hadir. Dilakukan juga
edukasi secara pendekatan perseorangan mengenai pola hidup sehat pada masyarakat
mengenai HT/DM, tanda dan gejal, pengobatan ditekankan pentingnya kontrol dan minum
obat secara teratur dan pencegahan penyakit menular.

PELAKSANAAN
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) dilaksanakan pada hari Jumat tanggal
16 November 2021 di Puskesmas Anjatan dari pukul 08.00-12.00. Kegiatan diikuti oleh
dokter umum, dokter internship, perawat dan peserta PROLANIS. Kegiatan yang dilakukan
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (pengukuran berat badan, tinggi badan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital), pemeriksaan laboratorium, pemberian obat farmakoterapi
dan edukasi.

MONITORING
Pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Ambarawa sudah cukup baik. Selanjutnya
diharapakan seluruh tenaga medis yang bertanggung jawab mengenai pelaksanaan program
tetap memantau secara berkala kehadiran rutin setiap peserta, karena tidak jarang peserta
yang tidak dapat hadir tidak tau apabila dapat kontrol ke BP umum untuk mengambil obat.
Selain itu karena adanya pandemi COVID-19 para peserta mengaku takut untuk datang rutin
ke PROLANIS, untuk itu dalam pelaksanaan PROLANIS sebaiknya harus memperhatikan
tempat agar nyaman dan tidak terjadi keramaian ataupun kerumunan.
5. Penyuluhan tentang etika batuk yang benar untuk mencegah penularan penyakit
TBC pada masyarakat umum di puskesmas Anjatan

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, terutama di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia pada tahun 2016 jumlah semua kasus
tuberkulosis yang ditemukan sebesar 351.893 kasus dan meningkat menjadi 420.994
kasuspada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang berbagaiorgan atau jaringan tubuh khususnya paru-paru.Penyakit ini merupakan
penyebab utama kecacatan dan kematian hampir di sebagian besar negara di seluruh dunia.
Tuberkulosis ini merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Sesuai dengan
tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, WHO menargetkan untuk menurunkan
kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insiden penemuan kasus TB
sebesar 80% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2014. Tujuan penemuan
dan penanggulangan penyakit TB adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Tuberkulosis menjadi isu strategis nasional di tahun 2018, sehingga muncul
upaya mendorong masyarakat agar mau mengobati dirinya sampai sembuh agar tidak
menyebarkan penyakit TB kepada individu lainnya. Upaya ini sebetulnya juga lahir sejak
tahun 2017, dengan sebutan TOSS TB (Temukan dan Obati Sampai Sembuh
Tuberkulosis), hanya saja karena kurang menarik perhatian dan minimnya kampanye TB
ini, maka banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya. Meskipun menular, penyakit TB
bisa dicegah salah satunya dengan cara memberikan penjelasan pada penderita untuk
menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau
mengeluarkan dahak disembarang tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi
Lysol atau bahan lain yang dianjurkan
Etika Batuk merupakan tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju sehingga bakteri tidak menyebar ke
udara dan tidak menular ke orang lain. Tujuan utama menjaga etika batuk adalah
mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets) dan
membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut dapat mengandung
kuman infeksius dari Mycobacterium Tuberculosis yang berpotensi Penjangkauan suspek
yang lebih intens dan luas, sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat, pelatihan
yang kontinyu bagi petugas kesehatan serta dukungan dalam penganggaran adalah
upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka kejadian TB. Individu dalam lingkup
bermasyarakat bisa berperan dalam penerapan strategi ini, salah satunya dengan menerapkan
etika batuk yang benar. Melihat kebiasaan sebagian orang saat berinteraksi di
puskesmas ambarawa atau kerumunan, ternyata belum banyak yang paham tentang tata
cara etika batuk yang benar agar tidak menularkan penyakit TB ke orang lain sehingga
edukasi tentang etika batuk yang benar perlu dilakukan pada masyarakat umum di
puskesmas Anjatan.
PERMASALAHAN
Terjadi peningkatan penyakittTB di Indonesia terutamanya di Jawa Barat dan khususnya di
wilayah kerja puskesmas Anjatan. Selain itu juga kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin
berobat jika terkena tuberculosis, kurangnya pengetahuan masyarakat umum mengenai etika
batuk yang benar jika di tempat umum, Oleh karena itu perlu diadakanlah Pelatihan etika batuk
yang benar di tempat umum guna mencegah penularan penyakit tuberculosis.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat edukasi tentang etika batuk yang benar sebagai upaya
pencegahan penyakit TB. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahap yaitu pada tahap awal
sebelum penyuluhan kesehatan diberikan pada warga, dilakukan pretestseputar penyakit
TB termasuk etika batuk yang baik & benar. Tahap selanjutnya dilakukan edukasi
tentang penyakit TB dengan metode ceramah dan role play untuk mempraktikkan etika
batuk yang benar. Beberapa orang peserta diberi kesempatan untuk mempraktikkan etika
batuk yang benar. Lalu diadakan sesi diskusi seputar penyakit TB dan pembagian leaflet.
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah LCD proyektor, lembar kuesioner&
leaflet. Tahap terakhir dari kegiatan ini dilakukan posttest kembali terkait materi
penyuluhan kesehatan yang telah disampaikan.
PELAKSANAAN
pada hari Jumat tanggal 17 Desember 2021 di Puskesmas Anjatan dari pukul 08.00-12.00.
Kegiatan diikuti oleh dokter umum, dokter internship dan peserta. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pemaparan pengertian tb, dan pembagian leaflet etika batuk
MONITORING
Pelaksanaan kegiatan tentang etika batuk yang benar di Puskesmas Anjatan sudah cukup baik.
Para peserta juga sudah mempraktikan bagaimana cara etika batuk yang baik.

Anda mungkin juga menyukai