Anda di halaman 1dari 34

RSUD KABUPATEN MAPPI Lampiran Keputusan Direktur RSUD MAPPI

Nomor : SKep/ /XII/ 2022/KE


Tanggal : Desember 2022

PEDOMAN PELAYANAN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

RSUD Kabupaten Mappi merupakan rumah sakit umum di wilayah kabupaten


Mappi yang melayani seluruh masyarakat yang berada di Kabupaten Mappi. Dalam
fungsinya rumah sakit ini menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna berupa pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Promosi kesehatan di rumah sakit, merupakan salah satu bentuk pelayanan


yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Guna
mendukung arah pembangunan kesehatan, untuk menjadi masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan.

Rumah sakit merupakan salah satu bagian yang kecil dari usaha tersebut,
dimana selama perawatan dan pengelolaan yang dilakukan merupakan rangkaian
usaha Promosi kesehatan dari promotif, kuratif dan rehabilitatif agar pasien,
keluarganya dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan dapat mencegah
masalah – masalah kesehatan yang dihadapinya.

1
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tujuan Pedoman PKRS adalah untuk dapat terlaksananya PKRS di RSUD
Kabupaten Mappi.
2. Tujuan Khusus
Menciptakan masyarakat RSUD Kabupaten Mappiyang menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien rumah sakit serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit dan pemanfaatan
dengan baik semua pelayanan yang disediakan rumah sakit.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup PKRS adalah meliputi standar ketenagaan, standar fasilitas, tata
laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien, keselamatan kerja dan
pengendalian mutu dari pelayanan PKRS di RSUD Kabupaten Mappi.

D. Batasan Operasional
1. Promosi Kesehatan Rumah Sakit Internal
Promosi kesehatan rumah sakit internal yang bersifat kedalam atau berhubungan
promosi didalam lingkungan RSUD Kabupaten Mappi dengan melibatkan seluruh
komponen profesi yang sesuai dengan kompetensi masing- masing bidang.

2. Promosi Kesehatan Rumah Sakit Eksternal


Promosi kesehatan rumah sakit eksternal yang besifat keluar atau berhubungan
promosi diluar lingkungan RSUD Kabupaten Mappi dengan melibatkan pihak
kedua seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi dan Dinas
Kesehatan Propinsi

3. Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari


seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampain pikiran-pikiran atau
informasi.

4. Informasi adalah pemberitahuan, kabar atau berita tentang


sesuatu.

2
5. Edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku secara terencana pada diri
individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang
nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri
menjadi mandiri.

6. Pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau


meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.

7. Pasien adalah orang yang sakit.


Pasien dalam praktek sehari-hari sering dikelompokkan
menjadi:
a. Pasien rawat inap, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau
dirawat khusus pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu dengan cara
menginap dan dirawat di rumah sakit.
b. Pasien rawat jalan, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan
tanpa rawat inap karena pasien diharapkan bisa sembuh dengan berobat
jalan

8. Keluarga Pasien
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.

9. Diskusi adalah metode pembelajaran yang melibatkan dua orang penerima


edukasi atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara penerima edukasi.

10. Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisa dan mengadakan


secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu

3
atau kelompok secara langsung. Cara atau metode ini ditandai pada umumnya
dengan pengamatan apa yang benar-benar dilakukan oleh individu.

4
11. Ceramah adalah metode penyajian pembelajaran melalui penuturan materi
secara lisan.

12. Simulasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan mencontoh


atau mempergunakan gambaran sebenarnya dari suatu sistem kehidupan nyata
tanpa harus mengalaminya pada keadaan yang sesungguhnya.

13. Praktek adalah metode pembelajaran dengan cara melaksanakan teori yang
telah disampaikan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
3. Permenkes RI nomor 004 tahun 2012 tentang Juknis PKRS

5
BAB II STANDART
KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.

Sebagai langkah lanjut dari pengembangan promosi kesehatan rumah sakit,


perlu didukung oleh sumber daya manusia mencukupi dan berkompeten dibidangnya.
Pelaksanaan PKRS harus sesuai dengan apa yang diharapkan agar dapat menjadi
tolak ukur yang baik. Untuk itulah, maka diperlukan suatu aturan atau standarisasi
kebutuhan jumlah tenaga yang diharapkan dapat mengelola program PKRS dengan
lebih baik.

Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan Sumber Daya Manusia, yaitu
proses mengantisipasi dan menyiapkan perputaran orang kedalam, di dalam dan ke
luar organisasi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-sumber tersebut
seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan jumlah orang
yang sesuai dengan persyaratan jabatan.

Adapun kualifikasi sumber daya manusia dalam tim PKRS adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Kabupaten
Mappi

No Nama Jabatan
Formal Sertifikat Jumlah yang diperlukan
• Pelatihan
1 Ketua PKRS S1 Kedokteran Komunikasi Efektif 1

• Pelatihan
S1 Keperawatan Komunikasi Efektif
2 Wakil Ketua PKRS 1

• Pelatihan
3. Sekretaris 1
D3 Kebidanan Komunikasi Efektif
• Pelatihan
4 Koordinator Internal D3 Keperawatan 1
Komunikasi Efektif

Anggota edukator • Pelatihan


dari tiap Komunikasi Efektif 1 org perDepartemen/Subdep
5 Departemen/ D3 Keperawatan
Subdep

6
• Pelatihan Komunikasi
Efektif

6 - D3 Keperawatan
Koordinator Eksternal 1

• Pelatihan Komunikasi
Efektif

7
- Dr/Drg/Apoteker
Anggota Edukator
- S1/D3 Kesehatan

Struktur Organisasi PKRS

Ka. Rumki

Ketua PKRS

Wakil Ketua PKRS

Sekretaris

Koordinator Internal Koordinator Eksternal

Edukator dari semua Anggota


Dep/Subdep

B. DAFTAR NAMA EDUKATOR

Tim Edukator Poliklinik


1. Rita Puspita Sari, A.Md.Kep
2. Anita Santi Gita, A.Md.Kep
3. Rika Fitria Ningsih, A.Md.Keb
4. Novita Dwi Putri, A.Md.Kep

Tim Edukator UGD

7
1. dr. Mochamad Ivan Kurniawan 8. Rahcmat Jaya, S.Kep.Ns
2. Sukur Abidin, A.Md.Kep 9. Nadya Herliani Rolos, S.Kep., Ns
3. Mery Y.E.Lijong, Amd.Kep 10. Anita Susanti, Amd.Kep
4. Dayu Zulhij Azam Akbar, A.Md.Kep 11. Friska Apriliyanti, S.Kep., Ners
5. Dwi N. Rahmadayanto, Amd.Kep 12. Widya Putri Ardianti, S.Kep., Ners
6. Febriana Savitri, Amd.Kep 13. Nuraini Tri Pertiwi, S.Kep., Ners
7. Ika Estriyanti, A.Md. Kep

Tim Edukator Ruang Perawatan Lama, Baru dan Bangsal


1. Dermawi Persaulian Marpaung, 14. Rusmalita Wahyuningsih,
S.Kep., Ners A.Md.Keb
2. Dede Tri Andika, A.Md.Kep 15. Septiani Paramida, A.Md.Kep
3. dr. Andi Fandyra 16. Sartika Dewi,A.Md.Kep
4. dr. Yusuf Samja Tangdilintin 17. Dwi Nur H Prastanti, A.Md. Kep
5. Dwi Jayanti, Amd.Kep 18. Yuliana Yanti, S.Tr.Keb
6. Riana, Amd.Kep 19. Nawia, S.ST
7. Fiyan Andiyana, Amd.Kep 20. Novi Endah Fatmawati, A.Md.Keb
8. Miftahur Rohmah, A.Md.Kep 21. Siti Alfiah Maisaroh, S.Keb
9. Nanang Wahyu Santoso, Amd.Kep 22. Siti Salehah, Amd.Kep
10. Darmawaty, A.Md.Kep 23. Eka Fitria F.I, Amd.Kep
11. Haslenteng, A.Md.Kep 24. Naomi Sabonu, Amd.Kep
12. Nana Istiana, Amd.Kep 25. Widya Ningrum Yuli Parwati,
13. Meiliana Tandi, Amd.Kep A.Md.Kep

Tim Edukator Laboratorium


1. Ardin Hidayat, A.M.A.K
2. Akhza Ade Zainur Mifta
3. Adhy Ackmal, A.M.A.K
4. Jefriyanto, A.M.A.K
5. Muhammad Ramadhan Saputra,
A.Md.Kes

Tim Edukator Rekam Medis dan Kasir


1. Rafli Viqi Samad, A.Md.Kep 6. Septiani Paramida, A. Md. Kep
2. Aprianto Orissaputra, Amd. Kes 7. Murniati, S.K.M
3. Deya Pangestu, AMd. RMIK 8. Irma Yani
4. Nureni, S.K.M 9. Nurlia

7
5. Seger, A.Md. RMIK 10. Mega Safitri

Tim Edukator Farmasi


1. Kopda Hendrik Kusbiyanto 6. Nurhayati Kadir, S. Farm.,M.Kes
2. Dani Oktameyer Tarigan,A. Md. Farm 7. Syamsia, A. Md.Farm
3. Bayu Mishar Silalahi, A. Md. Farm
4. Serda Galang Trisanjaya, A. md.
Farm
5. Ratih Ayu Nuranissa, S. Farm

Tim Edukator Unit Gizi

1. Rizky Nur Alif, S.Gz

Tim Edukator Ruang OK


1. Danu Wijaya Kusuma, Amd. Kep
2. Eta Denik Setyawati, Amd.Kep
3. Surya Indra Yuda, Amd. Kep
4. Moh. Naufal Ramadhansyah

Tim Edukator Ruang KIA dan Bersalin

1. Yuliana Yanti, STr.Keb


2. Nawia, S.ST
3. Novi Endah Fatmawati, A.Md.Keb
4. Rusmalita Wahyuningsih,
Amd.Keb
5. Siti Alfiah Maisaroh, S.Keb
6. Naomi Sabonu, Amd.Kep
7. Widya Ningrum Yuli Parwati,
A.Md.Kep

Tim Edukator Poli Gigi


1. drg. Simon Yonanda Putra
2. Anggi Hermawan
3. Arna Setiariningsih, A.Md.K.G

8
Dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan di RSUD Kabupaten Mappi jumlah
edukator saat ini ada 62 edukator, yang terdiri dari tenaga medis dan paramedik sesuai
dengan bagian masing-masing.

BAB III STANDAR


FASILITAS

A. DENAH RUANG
RSUD Kabupaten Mappi mempunyai poliklinik, IGD, ruangan rawat
inap dan ruangan atau bagian penunjang baik medis maupun non medis.
Fasilitas rumah sakit terdiri dari :
1. DATA UMUM RUMAH SAKIT
Luas Tanah : 5,870 m2
Luas Gedung : 5,870 m2
Jumlah Tempat Tidur : 50 buah

2. RUANG PERAWATAN
a. s Kelas I
b . Kelas II
c. Kelas
III

3. FASILITAS PELAYANAN
a. Pelayanan Medis Umum
1) Instalasi Gawat darurat (IGD) 24 Jam
2) Poliklinik Dokter Umum dan Dokter Gigi
b. Pelayanan Medis Spesialistik
1) Spesialis Anak
2) Spesialis Bedah Umum
3) Spesialis Penyakit Dalam
4) Spesialis Obgyn

9
c. Pelayanan Medis Khusus
1) Ruang Operasi
2) Ruang Bersalin
d. Pelayanan Rawat Inap
1) Kamar Perawatan Kelas I
2) Kamar Perawatan Kelas II
3) Kamar Perawatan Kelas III
e. Pelayanan Penunjang
1) Ambulance 24 jam
2) Laboratorium
3) Radiologi
4) Farmasi 24 jam
g. Pelayanan Pendukung
1) Ruang Tunggu Pasien Poliklinik
2) ATM Bank PAPUA

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas PKRS di RSUD Kabupaten Mappi harus mempunyai ruangan khusus
untuk melaksanakan kegiatan PKRS.

1. Adapun ruangan yang melaksanakan kegiatan atau pelayanan PKRS


sebagai berikut :
a. PKRS di loket pendaftaran dan informasi
b. PKRS bagi pasien rawat jalan
c. PKRS di Tempat Pembayaran
d. PKRS Pelayanan Penunjang Medik

10
1) PKRS di Pelayanan Laboratorium
2) PKRS di Pelayanan Obat/Apotik
e. PKRS Rawat Inap

2. Peralatan
Sarana atau peralatan yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan
rumah sakit diantaranya:
a. LCD
b. Wireless Microphone
c. Laptop
d. Kamera foto
e. Papan informasi
f. Dan lain-lain yang diperlukan

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PROMOSI KESEHATAN di RUMAH SAKIT ( PKRS )


1. Pengertian PKRS
PKRS adalah sebagai upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, pasien dan kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan
mencegah
11
masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan untuk
bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan
berwawasan kesehatan.

2. Sasaran Penyelenggaraan PKRS


Sasaran atau penerima manfaat dalam pelaksanaan PKRS, adalah
masyarakat RSUD Kabupaten Mappi terdiri dari :
a. Petugas yaitu Seluruh anggota kesehatan yang berada di rumah
sakit. b. Pasien yaitu Pasien rawat jalan dan rawat inap
c. Keluarga pasien Orang tua, suami, istri, anak
d. Pengunjung yaitu Orang yang datang kerumah sakit untuk
mengunjungi pasien
3. Pengelolaan PKRS
Dalam pelaksanaan PKRS, perlu adanya suatu manajemen guna
meningkatkan kinerja dan mutu didalam pengembangan kegiatan PKRS,
beberapa perencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
a. Perencanaan.
Dalam membuat perencanaan kegiatan PKRS harus melalui
tahapan sebagai berikut :

1) Identifikasi masalah
Melakukan identifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat baik
yang berada dilingkungan masyarakat sekitarnya. Identifikasi
permasalahan kesehatan yang ada dirumah sakit berdasarkan issu
strategi yang sedang berkembang dirumah sakit dan masyarakat baik
mengenai pasien septy nosokomial infection ataupun utilisasi rumah
sakit.
Permasalahan dapat diperoleh dari data Rekam Medik seperti :
a) 10 besar penyakit di rumah sakit.

12
b) Kondisi lingkungan rumah sakit, sarana prasarana dan fasilitas
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan rumah sakit, (misal :
lantai licin, tempat sampah, air bersih dan lain-lain)
c) Data tentang keadaan PHBS, petugas, pasien, keluarga,
pengunjung dan masyarakat sekitarnya dan resiko penularan
penyakit di rumah sakit.
d) Data komplen/ pesan-pesan yang disampaikan oleh petugas,
keluarga, pengunjung dan masyarakat sekitarnya.
Data yang biasa digunakan ( sebagai sumber ) adalah : data
morbiditas, mortalitas, data kunjungan pasien ke rumah sakit.

2) Menetapkan Prioritas Masalah


Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang spesifik,
jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kwalitatif dan
kuantitatif, dengan rumusan secara sistimatis. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a) Besarnya masalah yang terjadi
b) Pertimbangan politik
c) Persepsi masyarakat
d) Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Untuk dapat
menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu :
1) Pengumpulan data
Data harus tersedia, data yang perlu dikumpulkan adalah :
(a) Data Lingkungan
(b) Data Perilaku
(c) Data Keturunan
(d) Data Pelayanan Kesehatan
(e) Data Geografi
(f) Data Kependudukan, Pendidikan dan Pekerjaan, Sosial
Budaya dan Keadaan kesehatan
(2) Pengelolaan data
Data yang didapat diolah dengan cara manual, komputer
(3) Penyajian data

13
Setelah diolah disajikan dengan cara tertular, tabular dan
grafikal.

3) Menetapkan Tujuan dan Sasaran


a) Menetapkan tujuan
Membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh
perencanaan tersebut dengan berpedoman kepada SMART
(Spesifik, measurable, action, realistis, time bond) dibagi dalam
tujuan umum dan tujuan khusus.
(1) Menetapkan sasaran
Sasaran adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan
menerima manfaat dari PKRS yaitu :
(a) Primer
Kelompok yang langsung menerima manfaat (pasien,
orangtua, kunjungan, petugas RS) langsung dapat
mempraktekkan PHBS.
(b) Sekunder
Kelompok yang memiliki pengaruh terhadap sasaran
terhadap sasaran primer dalam mengambil keputusan
untuk mempraktekkan PHBS
(c) Tersier
Kelompok yang ada dalam posisi pengambil keputusan,
Yang memberi dukungan kebijakan fasilitas dan
lain-lain (Direktur)

(2) Melakukan Analisis untuk memilih Alternatif


Dalam melakukan analisis masalah dengan menggunakan
analisis “ Fish Bone “ untuk mengetahui akar masalah dalam
merancang bentuk intervensi didalam PKRS
(3) Menyusun rencana
(4) Menetapkan rencana kegiatan
Rencana kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :

14
(a) Tahap persiapan kegiatan sebelum kegiatan (rapat-
rapat koordinator dan lain-lain yang berhubungan dengan
kegiatan )
(b) Kegiatan kegiatan pokok program
PKRS (c) Penilaian (evaluasi)
Melakukan evaluasi seluruh kegiatan dalam rangka
pencapaian program tersebut.
(d) Waktu
Waktu yang ditetapkan tergantung pada jenis
perencanaan yang dibuat serta kegiatan yang ditetapkan
dalam rangka pencapaian tujuan, disajikan berupa ganti
chart.
(e) Organisasi dan staf
Diuraikan dalam Organisasi Prosedur
(f) Rencana Anggaran
Uraian tentang anggaran dibuat dalam program anggaran
pertahun.

4) Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit


Di dalam pelaksanaan PKRS di RSUD Kabupaten Mappi dibagi
dalam 2
Akses yaitu pelayanan PKRS Internal dan pelayanan PKRS
eksteren rumah sakit.
a) Tahapan pelaksanaan PKRS\
(1) Melakukan assesment kebutuhan pasien akan PKRS
(2) Menerapkan sasaran akan PKRS
(3) Mempersiapkan metode dan materi PKRS
(4) Menunjuk tim edukator PKRS sesuai profesi

5) Pelayanan PKRS Interent


Pelayanan PKRS Interent terdiri dari pelayanan sebagai berikut :
(1) PKRS diloket pendaftaran dan informasi
Setiap pasien sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan di
Poliklinik, maka pasien tersebut harus menuju loket pendaftaran
atau informasi.
15
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

16
(a) Petugas loket pendaftaran atau informasi sudah harus
memberikan informasi, seperti alur pelayanan rawat jalan,
persyaratan yang harus dipenuhi, biaya dan aturan-aturan
lain yang perlu mereka ketahui.
(b) Media yang digunakan berupa leaflet rumah sakit dan banner
yang dipasang di ruangan.

(2) PKRS bagi pasien rawat jalan


PKRS bagi pasien rawat jalan diberikan pada pasien yang datang
di poliklinik-poliklinik untuk berobat atau memeriksakan
kesehatannya.
Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
(a) PKRS di bagian pendaftaran/ administrasi/ Informasi masing-
masing poliklinik, petugas dibagian tersebut memberikan
penjelasan tentang peraturan-peraturan pelayanan kesehatan
sesuai dengan polikliniknya.
(b) Pelayanan diruang periksa poliklinik
i. Melakukan asesment awal untuk menentukan masalah
kesehatan pasien
ii. Memberikan informasi tentang penyakitnya, tindakan/
pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan,
pengobatan dan pencegahan yang harus diketahui oleh
pasien dan keluarganya.
iii. Pemberi informasi ( edukator) oleh dokter dan perawat
yang kompeten terhadap penyakit tersebut.
iv. Pemberi edukasi bisa perorangan (individu) dan
kelompok sesuai materi dan tujuan dari edukator
tersebut
v. Tempat edukasi dilakukan diruang konsultasi poliklinik.
vi. Metode dan media yang digunakan ceramah,
demontrasi dengan menggunakan leaflet, alat peraga
atau audiovisual.
vii. Semua edukasi yang diberikan harus didokumentasikan
dan tanda tangan pasien sebagai bukti pasien sudah
memahaminya.
17
(3) PKRS di ruang rawat inap
PKRS bagi pasien rawat inap yaitu pasien yang sedang sakit
akut, pasien yang dalam penyembuhan dan pasien dengan
penyakit kronis. Pemberian informasi / edukasi dilakukan pada
saat kondisi pasien memasuki masa penyembuhan, biasa
pasien mulai tertarik seluk beluk tentang penyakitnya.
Pemberian informasi/ edukasi/ konseling dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
(a) Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan
terhadap pasien rawat inap, yang belum bisa mobilisasi
(harus berbaring) dengan cara :
i. Edukator yang datang ketempat tidur pasien
ii. Metode/ media yang digunakan adalah ceramah dan
media komunikasi seperti lembar balik, foto-foto
(brosur) dengan kalimat yang mudah dimengerti.
(b) Konseling berkelompok
Diberikan pada pasien yang sudah bisa mobilisasi ( dapat
berjalan / meninggalkan tempat tidur) dilakukan secara
berkelompok (3–6 orang ), sebaiknya setiap ruang
perawatan mempunyai ruang konseling sebagai berikut :
i. Edukator memberikan konseling disuatu ruangan
ii. Metode/ media yang digunakan adalah ceramah,
diskusi, tanya jawab, poster dan fanfleat .

18
(c) Pembekalan bagi para penjenguk (pembesuk)
Dilakukan apabila ada ruang tunggu, sebelum jam besuk
dengan memasang berbagai poster-poster dan tempat box
leaflet yang dapat diambil oleh pasien secara gratis.
(4) Promosi kesehatan ditempat pembayaran
Pemberian informasi/ edukasi kepada pasien/ keluarga yang
boleh pulang perawatan.
Promosi kesehatan yang diberikan untuk menyampaikan salam
hangat dan ucapan selamat jalan, semoga semakin bertambah
sehat dan kapanpun pasien membutuhkan lagi pertolongan
jangan ragu-ragu untuk datang ke rumah sakit, hal ini memberi
kesan kepada pasien bahwa rumah sakit sebagai penolong yang
baik.
(5) Promosi kesehatan dalam Pelayanan Penunjang
PKRS juga dapat dilaksanakan di pelayanan penunjang medik
seperti :
(a) PKRS di laboratorium
Pada pelayanan dapat dijumpai pasien/ keluarga dan para
pengantar (orang sakit dan orang sehat)
Informasi/ edukasi yang diberikan tentang pentingnya
melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
i. Bagi pasien (orang sakit) untuk ketetapan diagnosis oleh
dokter
ii. Bagi orang sehat untuk memantau kondisi kesehatan
agar dapat diupayakan untuk sehat terus.
Metode/media yang digunakan swalayan (leaflet) poster-
poster

(6) PKRS di Pelayanan obat/ apotik

19
Di pelayanan obat/ apotik sama dengan pelayanan penunjang
lainnya, namun kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri
mereka adalah menjelaskan :
(a) Menjelaskan manfaat dan keuntungan menggunakan obat
generik
(b) Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat dan
sesuai petunjuk dokter
(c) Pentingnya memelihara taman obat keluarga (Toga) dalam
rangka memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sederhana
Selain itu di ruang tunggu pengambilan obat dipasang :
TV, banner dan leaflet.

6) Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Eksternal


Pelayanan promosi kesehatan rumah sakit Eksternal adalah
pelaksanaan promosi kesehatan dengan mengikut sertakan pihak
kedua atau ketiga untuk melaksanakan kemitraan baik perorangan,
organisasi, instansi, dunia usaha dan swasta lainnya.
Kemitraan yang dibuat harus memenuhi persyaratan:
(1) Ada dua pihak atau lebih
(2) Memiliki kesamaan visi dalam pencapaian tujuan
(3) Ada kesepakatan
(4) Saling membutuhkan
Dalam pelaksanaannya disepakati bersama sesuai prinsip-
prinsip kemitraan dalam suatu PKS (MoU) atau bentuk lain yang
disepakati.

4. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
membimbing, mengawasi atau memantau dan mengarahkan proses dan
perkembangan pelaksanaan program PKRS.
Dengan evaluasi dapat diketahui sejauh mana tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dan telah dicapai. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa :

20
a. Melakukan supervisi dan pembinaan keunit-unit pelaksanaan PKRS oleh
Tim PKRS
b. Melakukan analisis data laporan pelaksanaan PKRS
c. Pertemuan rutin bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan
membahas permasalahan dan kendala PKRS
d. Pertemuan forum komunikasi yang melibatkan Direktur bagian terkait
e. Menjalin kerjasama jaringan regional, nasional dan International
rumah sakit yang telah melaksanakan health promotion.
f. Mengadakan pelatihan atau penyegaran kepada petugas
g. Dalam pelaksanaan penyuluhan rumah sakit lebih mampu melaksanakan
PKRS
h. Memberikan penghargaan kepada unit/ petugas yang melaksanakan
PKRS

21
BAB V
LOGISTIK

22
Pengadaan atau permintaan barang untuk kebutuhan operasional di PKRS dapat diajukan
oleh tim PKRS yang sudah disetujui oleh Ketua Tim PKRS Direktur RSUD Kabupaten
Mappi, sesuai jenis kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan untuk pelaksanaan PKRS :
1. Membuat nota dinas untuk permintaan alat-alat yang digunakan untuk
pelaksanaan
PKRS diajukan ke bagian perbekalan
2. Memantau apakah permohonan barang-barang tersebut sudah disetujui dan
dibelikan
3. Menginfentaris barang-barang kebutuhan untuk pelaksanaan
PKRS Barang-barang kebutuhan untuk pelaksanaan PKRS berupa :
LCD, sound system,layar, pointer, alat peraga, leaflet/ brosur, poster, banner
Dilihat dari sistem pegelolaan dan bagian yang bertanggung jawab atas penyediaan
barang barang tersebut, dapat dikategorikan dalam beberapa kriteria meliputi :
1. Pengelolaan Leaflet, brosur, papan informasi, media elektronik,
dsb
Pengelolaan dilakukan oleh tim PKRS. Bila ada permintaan leaflet dari unit rawat
jalan maupun instalasi rawat inap, dapat menghubungi tim PKRS.
2. Pengelolaan lembar edukasi rawat jalan dan rawat inap dilakukan oleh
bagian pendaftaran pasien rawat jalan,rawat inap dan IGD.
3. Pengelolaan Sarana yang digunakan secara administratif, sarana-sarana ini
termasuk dalam bidang keperawatan.

23
BAB VI KESELAMATAN
PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal
potensial bermasalah.

24
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah
untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien


harus diterapkan. Standar tersebut dengan melakukan informasi dan edukasi
berupa :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik petugas tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi peugas untuk mencapai keselamatan
pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan petugas
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
25
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas)
dan melakukan self assessment dengan instrumen akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu dikembangkan dan
ditingkatkan K3 di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja
di sektor kesehatan tidak terkecuali di rumah sakit maupun perkantoran, akan terjadinya
risiko bahaya di tempat kerja. Risiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai
yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. Khususnya untuk Unit PKRS yang
banyak berhubungan dengan berbagai risiko dalam melaksanakan pekerjaannya.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari


perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PKRS dan perlindungan terhadap rumah
sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan
produktivitas rumah sakit.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen

A. HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN PELAKSANAAN K3 DALAM PELAKSANAAN


KERJA DI PKRS
Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan
pelaksanaan K3, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor
dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :
1. Konstruksi gedung :
a. Desain gedung tim PKRS dibuat dan disesuaikan dengan perencanaan
tata letak isi yang akan digunakan nantinya, misal :
1) Penggunaan ruang untuk staf PKRS;

27
2) Penggunaan ruang pendaftaran pasien (rawat jalan, rawat inap, IGD);
3) Penggunaan ruang untuk Presentasi PKRS
4) Penggunaan ruang terbuka untuk simulasi dan demonstrasi PKRS
b. Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan
seperti asbes dll.
c. Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya, misal ruang
perkantoran dan penyimpanan berkas PKRS menggunakan warna
putih/warna terang yang disesuaikan dengan kebutuhan di Unit PKRS.
d. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk obyek penting
seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll.
(Peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis).

2. Kualitas Udara :
a. Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.
b. Sistem ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara
masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara
berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi
udara untuk pencegahan penyakit “Legionairre Diseases“.
c. Kontrol terhadap lingkungan (kontrol di dalam/di luar kantor).
Misalnya untuk indoor: penumpukan berkas berkas PKRS yang
menimbulkan debu, bau, dll.
d. Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan dan keselamatan, dll.
e. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.

3. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :


a. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
(secara berkala diukur dengan Lux-meter dengan nilai toleransi minimal 100
lux).
b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi, dll.

28
c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan
warna yang digunakan.
f. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp)

4. Rekomendasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


a. Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
b. Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan)
hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan beban.
c. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang
sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.

5. Higiene dan Sanitasi :


Ruang kerja
a. Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
b. Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di-up grade.

6. Toilet/ Kamar mandi


a. Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
b. Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan kloset duduk,
larangan berupa gambar, dll.
c. Penyediaan bak sampah yang tertutup.
d. Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

7. Aspek Penggunaan Fasilitas Komputer


a. Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :
b. Hal-hal yang harus diperhatikan :
1) Memanfaatkan kesepuluh jari.

29
2) Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.
3) Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
4) Lakukan peregangan.
5) Sudut lampu 45 derajat.
6) Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
7) Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan mata 30 – 50
cm. c. Kursi ergonomis (adjusted chair).
d. Jarak meja dengan paha 20 cm

8. Pemeliharaan
a. Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.
b. Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya bom/ kebakaran/
demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) bagi satuan pengaman.

B. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan


1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

C. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk
kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara
kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.

30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Dengan adanya tim PKRS, diharapkan dapat
meningkatkan dan melindungi hak pasien dan keluarganya serta pasien memahami
haknya selama mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit secara menyeluruh, staf
rumah sakit lebih menghargai hak-hak pasien dalam proses pelayanan kesehatan,
meliputi :

1. Pengendalian Mutu SDM/ Edukator


a. Kompetensi SDM RSUD Kabupaten Mappi sudah discrening
b. Edukator menguasai teknik komunikasi yang baik
c. Kemampuan edukator selalu disesuaikan dengan tuntutan masyarakat, dengan
cara diikutkan pelatihan, seminar, Pendidikan.
d. Tolak ukur dengan menggunakan penilaian mutu edukator

2. Pengendalian Mutu Materi


a. Edukasi yang disampaikan sesuai dengan kompetensi edukator
b. Materi sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendidikan
sasaran c. Materi diusahakan mengikuti isu mutakhir
d. Dilakukan regulasi penilaian mutu materi

3. Pengendalian Mutu Sarana prasarana


Menggunakan ruangan, alat komunikasi, teknik komunikasi yang representative
sesuai kemajuan tehnologi saat ini

4. Pengendalian Mutu pelaksanaan tim PKRS


a. Kepuasan pasien dengan pelaksanaan rumah sakit
b. Komplain pasien
c. Kotak saran

31
BAB VII

32
PENUTUP

Pedoman pelayanan PKRS di RSUD Kabupaten Mappi diharapkan dapat menjadi


petunjuk bagi pelaksanaan pelayanan PKRS dirumah sakit ini, sehingga harapan atau
tujuan dan pelaksanaan Promosi Kesehatan dirumah sakit dapat terlaksana dengan baik
dan akan mengangkat citra RSUD Kabupaten Mappi lebih baik, dilingkungan masyarakat
Kabupaten Mappi pada umumnya.

Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman pelayanan PKRS di RSUD kabupaten


Mappi, perlu komitmen dan kerjasama dari semua petugas rumah sakit dan pimpinan
rumah sakit serta jajarannya untuk ikut aktif dalam upaya budaya hidup sehat.

Direktur RSUD
Kabupaten Mappi

dr. Ira Nova O. Jowangkay


Nip. 197810172009022003

33

Anda mungkin juga menyukai