I. Acuan :
Menjadi pusat rujukan dalam program promosi kesehatan yang memberikan pengalaman
yang luar biasa pada tahun 2020
Misi :
Menyampaikan informasi kesehatan dan kegiatan rumah sakit kepada masyarakt pengunjung
dan masyarakat di luar lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa secara komprehensif
dan tepat sasaran.
Menghasilkan produk produk Promosi kesehatan sebagai media edukasi kesehatan yang
bermutu bagi masyarakat khusus ya di lengkungan Rumah Sakit Umum Daerah langsa.
3. Pelaksanaan
Promosi kesehatan Rumah Sakit dengan memberi contoh : tampilan Rumah Sakit
yang bersih dan sehat
Mempergunakan media penyuluhan : dilakukan secara tidak langsung dengan
menggunakan media cetak dan elektronika
Kegiatan penyuluhan langsung : memerlukan waktu dan keterampilan petugas, dapat
dilakukan di masing-masing unit dengan topik khusus.
Promosi kesehatan di luar Rumah Sakit : dilakukan dengan cara membina pasien yang
sudah sembuh atau orang yang potensial untuk jadi kader dilakukan bermitra dengan Dinas
Kesehatan atau sektor lain yang terkait.
6. Indikator
Input : ada tenaga, ada wadah, ada dana, ada sarana dan media, ada rencana kegiatan.
Proses : ada orientasi / pelatihan, ada pertemuan, ada kegiatan dalam dan luar Rumah
Sakit yang berkesinambungan.
Output : ada peningkatan penampilan Rumah Sakit yang bersih dan sehat, ada
peningkatan perilaku yang bersih dan sehat dari petugas, pasien, dan pengunjung.
Tat a Hu bu ng an Ke rj a p er lu di bu a t u nt uk un it -
u n i t k e r j a y a n g memiliki tugas -
- t u g a s ya n g c e n d e r u n g t u m p a n g t i n d i h d e n g a n t u g a s - tugas unit lain atau
sungguh - sungguh memerlukan kerjasama yang perlu diatur
Tata Hubungan Kerja diharapkan akan lebih memperjelas batas tugas
pekerjaan dan batas wewenang antar unit kerja. Tata Hubungan Kerja disusun sesuai
dengan urutan langkah - langkah kegiatan agar dapat menggambarkan prosedur kerja yang
jelas dari kegiatan tersebut
Tata Hubuungan Kerja mencakup Tata Hubungan Kerhja intern
danTat a H u b u n g a n K e r j a E k s t e r n . Tat a H u b u n g a n K e r j a i n t e r n a d a l a h penga
turan hubungan kerja yang menyangkut hanya unit - unit kerja didalam suatu organisasi.
Sedangkan Tata Hubungan Kerja Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit -
unit kerja dalam suatu organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut.
Pengaturan hubunganm kerja antar satu unit dengan unit lainnya dalam bentuk
koordinasi fungsional,administratif operasional dan atau tekhnik operasioanl. Tata hubungan
kerja dibuat untuk unit unit kerja yang memiliki tugas tugas yang cenderung tumpang
tindih dengan tugas tugas unit lain atau sungguh sungguh memerlukan kerjasama yang
perlu diataur dengan tujuan untuk memperjelas batas tugas pekerjaaan dan batas wewenng
antar unit kerja.
c. Motto
IV. Tujuan
Tujuan dari Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
1. Untuk Pasien
a. Meningkatkan pengertian dan sikap pasien tentang penyakitnya sehingga berkeinginan
untuk mempercepat pemulihan serta berupaya agar penyakitnya tidak kambuh lagi
dengan cara konseling kepada pasien.
b. Mengembangkan pengertian dan sikap pasien tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan
4. Untuk Petugas RS (dapat dilakukan dengan metode promosi kesehatan berupa advokasi)
V. Rencana Kegiatan
Untuk mengembangkan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa, telah disusun beberapa rencana kegiatan yang dilakukan dengan
strategi promosi kesehatan berupa pemberdayaan, bina suasana, advokasi, dan kemitraan
dengan pihak-pihak terkait. Adapun rencana kegiatan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) Rumah Sakit Umum Dearah LangsaL diantaranya adalah
No
1. 1 Membuat Rencana Kegiatan Tahunan Unit PKRS
2. 2 Melaksanakan advokasi / koordinasi kepada petugas
3. 3 Mengidentifikasi kebutuhan PKRS di instalasi sasaran kegiatan
4. 4 Analisa data
5. 5 Mengembangkan strategi PKRS
6. 6 Mengembangkan media PKRS
7 - Website PKRS
8 - Leaflet
9 - Radio Medis
10 - Poster / Banner
7. 11 Melaksanakan uji coba media PKRS
8. 12 Melaksanakan upaya perubahan perilaku masyarakat RS melalu
13 - Pemberdayaan
14 - Bina Suasana
15 - Advokasi
16 - Kemitraan
9. 17 Mengevaluasi proses dan hasil media PKRS
10. 18 Melaksanakan kampanye PHBS terkait dengan :
19 - Hari TBC
20 - Hari Diabetes Mellitus
21 - Hari Demam Berdarah
22 - Hari Imunisasi
23 - Hari Lansia
24 - Hari Tanpa Tembakau
25 - Hari Anti Narkoba
26 - Hari Anak
27 - Hari ASI
28 - Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
29 - Hari Kesehatan Nasioanal
30 - Hari Paru
31 - Hari AIDS/HIV
32 - Hari Kusta
11. 33 Mengembangkan pedoman PKRS
12. 34 Membuat makalah kesehatan
13. 35 Mengikuti seminar / lokakarya PKRS
14. 36 Evaluasi Kegiatan
15. 37 Membuat laporan PKRS
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam
asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan
tentang asuhannya. Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya. Pendidikan diberikan ketika pasien
berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Petugas kesehatan lainnya juga
memberikan pendidikan ketika memberikan pelayanan yang spesifik,
diantaranya terapi diet, rehabilitasi atau persiapan pemulangan pasien dan
asuhan pasien berkelanjutan. Mengingat banyak staf terlibat dalam pendidikan
pasien dan keluarganya, maka perlu diperhatikan agar staf yang terlibat
dikoordinasikan kegiatannyadan fokus pada kebutuhan pembelajaran pasien.
Assesmen adalah proses untuk mendapatkan data/informasi dari proses pendidikan yang bertujuan
untuk memantau perkembangan proses pendidikan serta memberikan umpan balik baik kepada pasien
ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli : Menurut Robert M Smith
(2002) Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan
pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan
pembelajaran
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka,
serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan
penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladan dalam
budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2003).
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan
kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan Kesehatan (Depkes RI 2008).
1 PPK 1
11
SPO PERSETUJUAN
TINDAKAN KEDOKTERAN
SPO JUKNIS PENGISIAN
FORMULIR EDUKASI
SPO EDUKASI TENTANG
PEMBERIAN OBAT - OBATAN
SPO EDUKASI TENTANG
PENGGUNAAN PERALATAN
SECARA AMAN DAN
EFEKTIF
SPO EDUKASI TENTANG
MANAGEMEN NYERI
SPO EDUKASI TENTANG
DIET DAN NUTRISI
SPO EDUKASI TENTANG
REHABILITAS MEDIS
SPO PEMBERIAN EDUKASI
KOLABORASI
SPO TENTANG CATATAN
REKAM MEDIS YANG
MEMBUAT ASSESMEN AWAL
PASIEN
a. Standar PPK 1
Team PPK terdiri dari seluruh dokter, perwakilan perawat per ruang, perwakilan
rehabilitasi medis, perwakilan ahli gizi dan perwakilan farmasi/apoteker. Pengorganisasian
Team PPK dipimpin oleh satu orang ketua, satu orang wakil ketua dan seorang sekretaris.
b. Standar PPK 2
Visi merupakan gambaran masa depan mau jadi apa lembaga kita. Menentukan
visi berarti menentukan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai
Dalam menentukan visi hendaknya memenuhi persyaratan:
- Tidak berdasarkan kondisi saat ini
- Berorientasi ke depan
- Mengekspresikan kreatifitas
- Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat
Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku
sehat (DEPKES, 2007).
2. Tujuan Advokasi
Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana,
sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan
dan usaha.
Tujuan Khusus
Sasaran advokai kesehatan adalag berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintah,
lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media
masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung,
tetapi juga mentang atau berlawanan atau merugikan kesehatan.
Pelaku Advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu
adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari kalangan
pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh. Diharapkan
mereka memahamipermaalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi khusunya melakukan
pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela
khusunya di depan kelompok saaran.
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara dewasa, dan
bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free choice). Menurut UNFPA
dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi, yaitu melibatkan para
pemimpin, bekerja sengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa, dan
membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan melalui pembentukan koalisi, pengembangan
jaringan kerja, pembangunan institusi, pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.
Sumber Buku:
Skala yaitu sekumpulan item-item yang memiliki serangkaian lambang/simbol atau angka
yang disusun dengan cara tertentu sehingga simbol atau angka itu dengan aturan tertentu
dapat diberikan kepada individu (atau pada perilaku individu) untuk mengkuantifikasikan
suatu gejala yang diukur oleh skala itu (Kerlinger, 1990:788, Chaplin, 1981:444). Pada
umumnya skala digunakan untuk mengukur sikap manusia, tapi juga memungkinkan untuk
mengukur kepribadian, sikap, minat, persepsi atau atribut psikologis lainnya.
15
Proposal Kegiatan
Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan Survey
Pembina : Direktur
Penanggung Jawab : Wakil Direktur
Ketua : Cut Eliza Hidayani,SKM
Wakil : Elly Purnama Sari,SKM
Sekretaris : Abd Aziz, S.Kep
Bendahara : Yulizar,SKM
Anggota : Ridwan,SKM
M. Nasir
Faisal,SKM
Aliman
Hasyim
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang undang nomor 44 tahun 2009 menjelaskan bahwa Organisasi Rumah Sakit
disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik
(GoodClinical Governance).
Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen Rumah
Sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi dan
responsibilitas,kesetaraan dan kewajaran.
Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis
yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, resiko klinis berbasis bukti,
peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan,
pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit.
Untuk mewujudkan tata kelola perusahaan dan klinis yang baik, rumah sakit harus
menyediakan regulasi (norma), standar-standar, prosedur dan kriteria (patokan/parameter)
yang dijalankan secara konsisten, karena regulasi sebagai sumber hukum formil berupa
peraturan tertulis akan mengikat secara umum segenap unsur yang ada di rumah sakit.
Regulasi menjadi salah satu penentu perkembangan perumah- sakitan yang kini
menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari tuntutan masyarakat atas peningkatan
kualitas layanan, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran serta kondisi sosial
politik dan ekonomi masyarakat.
19
Penyiapan dokumen sebagai regulasi merupakan hal pokok di rumah sakit karena
merupakan acuan dalam pelaksanaan pelayanan RS. Dalam Pedoman Regulasi ini dijelaskan
dokumen yang harus dibuat oleh rumah sakit, dengan disertai penjelasan penyusunannya
sehingga memudahkan rumah sakit dalam menyusun dokumen regulasi rumah sakit. Untuk
dapat terjadinya persamaan persepsi dalam penyusunan dokumen rumah sakit, maka
disusunlah Panduan Pengendalian Dokumen RS XXX
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
1. Tersedianya panduan bagi RS dalam penyusunan dokumen yang berbentuk regulasi
Rumah Sakit.
2. Membantu menyiapkan dokumen yang merupakan bagian yang cukup penting di
Rumah sakit
3. Menjadi kerangka hukum dan manajerial yang menjadi acuan bagi rumah sakit
dalam mencapai tujuannya
Tujuan Khusus :
Berisi tujuan khusus dibuatnya panduan
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Peraturan merupakan jenjang tertinggi konstitusi (Peraturan dasar) yang disusun dan
ditetapkan oleh pemilik/yang mewakili pemilik dan mengatur tentang visi, misi,
tujuan rumah sakit,hubungan pemilik, direktur rumah sakit dan staf medik.
2. Keputusan Direktur
Keputusan adalah naskah yang bersifat penetapan, dan memuat kebijakan pokok atau
kebijakan pelaksanaan yang merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan,
yaitu kebijakandalam rangka ketatalaksanaan, penyelenggaraan tugas umum dan
pembangunan, misalnya:penetapan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis,
penetapan ketatalaksaan organisasi,program kerja dan anggaran, pendelegasian kewenangan
yang bersifat tetap.
3. Kebijakan
4. Pedoman/Panduan
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan
ataumelaksanakan kegiatan Sedangkan panduan adalah merupakan petunjuk dalam
melakukankegiatan.
5. Prosedur
Prosedur suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
urutan waktudan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan. Prosedur
menggambarkan suatuaktifitas yang mengalir dalam satu organisasi. Di level inilah
Flowchart dan workflowdikelompokkan. Prosedur di RS XXX dibuat dalam bentuk naratif
proses yang tertulis panjanglebar beberapa halaman sehingga tidak sepraktis Flowchart dan
workflow.
21
6. Instruksi kerja
Instruksi Kerja adalah salah satu salah satu dokumen yang berisi tentang instruksi-
instruksi yangharus dilakukan oleh semua pihak di dalam organisasi. Kalimat-
kalimatnya lebih bersifatinstruktif, bukan narasi.
Instruksi kerja berupa penjelasan pelaksanaan suatu aktivitas dalam prosedur yang
padaumumnya lakukan oleh satu jabatan/posisi. Contoh Instruksi Kerja adalah
instruksimenghidupkan mesin, memadamkan api kebakaran, cara membuka paket, dan lain-
lain.
7. Catatan Mutu
Catatan mutu adalah bukti dari proses kerja gyang sudah dilakukan/dikerjakan, bukti
ini dapatditulis dalam sebuah form sesuai prosesnya masing-masing.
Catatan mutu pada prinsipnya juga merupakan suatu dokumen yang dibuat dalam dalam
formatform, dengan nomor dokumen sesuai dengan prosedur pengendalian dokumen.
Masih ada beberapa dokumen level 1 yang belum masuk: bylaws, AD/ART
C. DOKUMEN MEDIS
1. PANDUAN NASIONAL PENGELOLAAN PENYAKIT (PNPK)
2. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK/CLINICAL PRACTICE GUIDELINES )
3. ALUR KLINIS (CLINICAL PATHWAY)
4. PROSEDUR MEDIS
5. ALGORITMA
6. PROTOKOL
D. TINGKATAN REGULASI
Tingkatan regulasi yang berlaku di RS XXX.
22
Level REGULASI
1 AD/ART, Peraturan, Surat Keputusan, Kebijakan, Bylws, dan Panduan
2 Prosedun dan Intruksi Kerja, PNPK, PPK, AK, Agloritma, protokol
3 Catatan Mutu
Kegiatan pengendalian dokumen di RS XXX terdiri dari beberapa jenis kegiatan, yaitu:
BAB III
TATA LAKSANA
Diceritakan juga disini alur pembuatan dokumen baru seperti apa, atau apabila merupakan
revisi dari dokumen sebelumnya
PENOMORAN DOKUMEN
Penomoran dokumen dilakukan oleh bagian dokumen control atau oleh bagian
sekretariat setelah dokumen tersebut final tanpa revisi. Dokumen dapat dimintakan
penomoran sebelum ataupun setelah dokumen tersebut disahkan atau ditandatangani oleh
pihak yang berwenang.
PER = Peraturan
KPTS = Surat Keputusan
KBJ = Kebijakan
PDM = Pedoman Mutu
SPO = Standar Prosedur Operasional
STO = Struktur Organisasi
24
DIR = Direktur
YM = Manajer Bidang Pelayanan Medik
KEP = Manajer Bidang Keperawatan
DIKLIT = Manajer Bidang Pendidikan dan Litbang
JM = Manajer Bidang Penunjang Medik
SDI = Manajer Bidang Sumber Daya Insani
AKT = Manajer Bidang Keuangan dan Akuntansi
BPI = Manajer Bidang Bimbingan dan Pelayanan Islami
PMR = Pjs. Manajer Bidang Pemasaran
UMUM = Manajer Bidang Umum dan Hukum
IGD = Instalasi Gawat Darurat
ICU = Instalasi ICU dan Hemodialisa
OK = Instalasi Bedah Sentral
FIS = Instalasi Rehabilitasi Medik
IRNA = Instalasi Rawat Inap
IRJA = Instalasi Rawat Jalan
PRS = Instalasi Peristi
SEC = Instalasi SEC
LAB = Instalasi Laboratorium
RAD = Instalasi Radiologi
FARM = Instalasi Farmasi
GZ = Instalasi Gizi
RM = Instalasi Rekam MediK
Kata peraturan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis simetris dengan
huruf kapital.
Kata penghubung tentang ditulis dengan huruf kapital. Judul peraturan ditulis dengan
huruf capital. Nama jabatan yang menetapkan peraturan ditulis dengan huruf kapital.
b. Pembukaan
Jabatan pembentuk peraturan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis
denganhuruf kapital.
Huruf awal kata menimbang ditulis dengan hurufkapital diakhiri dengan tanda baca
titik dua (:) dan diletakkan di bagian kiri;
c. Diktum
Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf kapital, serta
diletakkandi tengah margin;
d. Batang Tubuh
lainnya, dan materi kebijakan dapat dibuatsebagai lampiran peraturan, dan pada
halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan.
e. Kak
f. Penandatanganan
Peraturan Direktur ditandatangani oleh Direktur RS XXX dan keabsahan salinan
dilakukan olehBagian Sekretariat .
2. Keputusan Direktur
Bentuk dan susunan naskah Keputusan Direktur adalah sebagai berikut :
a. Kepala
Kop naskah keputusan terdiri atas gambar logo Rumah Sakit, kata Surat keputusan
pejabat yangmenetapkan ditulis simetris di tengah margin dengan huruf kapital.
Nomor keputusan ditulisdengan huruf kapital. Penomoran Surat Keputusan Direktur.
Kata penghubung tentang ditulisdengan huruf kapital. Judul keputusan ditulis dengan
huruf kapital.
b. Pembukaan
Nama jabatan pejabat yang menetapkan keputusan ditulis simetris di tengah dengan
huruf kapital.
Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang
menjadilatar belakang dan alasan pembuatan keputusan. kata menimbang ditulis
dengan huruf kapital,diakhiri tanda baca titik dua, dan diletakkan di bagian kiri.
Konsiderans Mengingat memuat dasar kewenangan dan keputusan yang
memerintahkan pembuatan keputusan tersebut. Keputusan yang menjadi dasar hukum adalah
keputusan yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi
c. Diktum
Diktum Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara
suku kata dandiletakkan di tengah margin.
Diktum Menetapkan dicantumkan sesudah kata Memutuskan, disejajarkan ke bawah
dengan katamenimbang dan mengingat, huruf awal kata
Menetapkan ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik
dua. Namakeputusun sesuai dengan judul (kepala) keputusan seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda baca titik.
d. Batang Tubuh
Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan dalam
diktum-diktum,misalnya : KESATU : dst. Dicantumkan saat berlakunya keputusan,
perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan materi
28
kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran keputusan, dan pada halaman terakhir
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan keputusan.
e. Kaki
Kaki memuat nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun, nama jabatan, tanda tangan dan
stempel jabatan serta nama lengkap pembuat keputusan.
f. Penandatanganan.
Surat Keputusan Direktur ditandatangani oleh Direktur RS XXX dan
keabsahan salinandilakukan oleh Bagian Sekretariat .
3. Kebijakan
Bentuk dan susunan naskah Kebijakan di RS XXX adalah sebagai berikut :
a. Kepala
Kop naskah peraturan terdiri atas gambar logo Rumah Sakit. Kata peraturan dan nama
jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis simetris dengan huruf kapital. Nomor
peraturan ditulis dengan huruf kapital di bawah kata Peraturan.
Kata penghubung tentang ditulis dengan huruf kapital. Judul peraturan ditulis
dengan huruf capital. Nama jabatan yang menetapkan peraturan ditulis dengan huruf
kapital
b. Pembukaan
Jabatan pembentuk peraturan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis
dengan huruf kapital.
Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang
menjadilatar belakang dan alasan pembuatan peraturan. Huruf awal kata menimbang
ditulis dengan hurufkapital diakhiri dengan tanda baca titik dua (:) dan diletakkan di
bagian kiri;
Konsiderans Mengingat, yang memuat dasar kewenangan dan peraturan perundang-
undanganyang memerintahkan pembuatan peraturan tersebut. Peraturan
perundang - undangan yangmenjadi dasar hukum adalah peraturan yang
tingkatannya sederajat atau lebih tinggi. KonsideransMengingat diletakkan di bagian
kiri tegak lurus dengan kata menimbang.
c. Diktum
Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf kapital, serta
diletakkandi tengah margin.
Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan disejajarkan ke bawah
dengan katamenimbang dan mengingat, huruf awal kata
Menetapkan ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua;
namaperaturan sesuai dengan judul (kepala) tanpa RI, seluruhnya ditulis dengan huruf
kapital dandiakhiri dengan tanda baca titik.
d. Batang Tubuh
Batang tubuh memuat semua substansi peraturan yang dirumuskan dalam
diktum-diktum, misalnya : KESATU : KEDUA : dst; dicantumkan saat
berlakunya peraturan, perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan
29
lainnya, dan materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan, dan pada
halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan.
e. Kaki
Kaki peraturan merupakan bagian akhir substansi peraturan yang memuat
penanda tangan penetapan peraturan, pengundangan peraturan yang terdiri atas
tempat dan tanggal penetapan,
. Penandatanganan
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka sulit untuk
dibuat standarsis tematikanya atau format bakunya. Oleh karena itu RS XXX
menyusun sistematika buku pedoman/panduan sebagai berikut :
Pedoman pengorganisasian unit kerja dibuat oleh unit kerja berdasarkan struktur
organisasi dan tata kelola RS yang telah ditetapkan, terdiri dari:
BAB I Pendahuluan
BAB X Pertemuan/rapat
Laporan Bulanan
Laporan Tahunan
30
Pedoman pelayanan unit kerja dibuat oleh unit kerja atau sub satuan unit kerja yang
telah ditetapkan sesuai dengan struktur organisasi dan tata kelola RS, terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Pedoman
Batasan Operasional
LandasanHukum
Distribusi Ketenagaan
Pengaturan Jaga
Denah Ruang
Standar Fasilitas
BAB IX PENUTUP
Panduan pelayanan dibuat oleh suatu unit kerja atas suatu proses spesifik yang
dilakukan di unit kerja tersebut. Panduan ini terdiri dari:
BAB I DEFINISI
BAB IV DOKUMENTAS
Sistematika panduan pelayanan RS tersebut diatas bukanlah baku tergantung dari materi/isi
panduan. Pedoman/panduan yang harus dibuat adalah pedoman/panduan minimal yang harus
adadi RS yang di persyaratkan sebagai regulasi.
Karena RS XXX telah menggunakan e file keharusan mempunyai hardcopy
pedoman/panduan dikelola oleh Bagian Sekretariat RS, sedangkan di unit kerja bisa dengan
melihat di intranet rumah sakit
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dalam pembuatan dokumen
pedoman/panduan ini yaitu:
Prosedur dibuat dalam bentuk dan susunan naskah dalam standar prosedur operasional
(SPO) sebagai berikut (sesuaikan format yang digunakan di RS):
a.Kepala
Kepala sebelah kiri memuat: Kop naskah standar prosedur operasional terdiri atas
gambarlogo RS XXX serta alamat RS XXX di bawahnya.
Tulisan Standar Prosedur Operasionaldicantumkan di bawah logo RS XXX.
Kepala sebelah kanan memuat
Judul standar prosedur operasional yang ditulis dengan hurufkapital.
Nomor Dokumen, Nomor Revisi, dan Halaman dicantumkan secara simetris
dibawah judul.
Penomoran dokumen dilakukan sebagai berikut: Tanggal Terbit dicantumkan
dibawah nomor dokumen.Tanda Tangan dan Nama Jelas pejabat yang menetapkan
standar prosedur operasional dicantumkan dibawah nomor revisi dan halaman.
b. Batang Tubuh
32
Batang tubuh standar prosedur operasional terdiri atas pengertian, tujuan, kebijakan,
prosedur, dan unit terkait terkait. Apabila prosedur menggunakan bantuan gambar atau
diagram pelengkapatau form yang harus diisi, dapat ditambahkan di bagian lain
sebagai lampiran dari prosedur tersebut.
6. Catatan Mutu
Untuk memudahkan mengendalikan dokumen-dokumen yang sangat banyak, maka
RS XXX menetapkan beberapa form Catatan Mutu sebagai berikut :
Daftar Induk Dokumen Internal (Lampiran 6)
Daftar Induk Dokumen Eksternal (Lampiran 7)
Lembar Distribusi (Lampiran 8)
Formulir Bukti Penerimaan Salinan Dokumen (Lampiran 9)
Formulir Bukti Penarikan Dokumen (Lampiran 10)
Formulir Amandemen (Lampiran 11)
Berita Acara Pemusnahan Dokumen (Lampiran 12)
Daftar Dokumen yang dimusnahkan (Lampiran 13)
.
7 Panduan Praktik Klinik (Clinical Practice Guidelines)
Tambahkan mengenai pembuatan kopi dokumen tambahan, peminjaman dari pihak luar (jika
diperbolehkan) dan pengendalian dokumen eksternal
G. REVIEW DAN REVISI DOKUMEN
1. Seluruh dokumen regulasi wajib dilakukan review menurut ketentuan berikut:
a. Dokumen AD/ART dan bylaws mengikuti peraturan hokum yang berlaku
b. Dokumen berupa kebijakan, pedoman pelayanan, pedoman organisasi dan
panduan dilakukan review maksimal tiga tahun sekali.
c. Dokumen berupa prosedur dilakukan review maksimal setiap dua tahun sekali.
2. Hasil review berupa notulen rapat dari unit kerja yang mengeluarkan dokumen
tersebut. Hasil review menunjukkan apakah dokumen regulasi masih dapat digunakan
(relevan) atauharus dilakukan revisi.
3. Siapapun melalui seluruh pimpinan unit dapat mengajukan usulan revisi sesuai
dengan kebutuhan menggunakan form usul revisi.
4. Revisi tiap dokumen dilampiri dengan formulir amandemen (lampiran 8)
5. Dokumen lama, yang digantikan oleh dokumen yang direvisi, ditarik kembali oleh
Bagian Sekretariat untuk digantikan dengan yang baru.
6. Master dokumen yang kadaluarsa harus diberi tanda (stempel) OBSELETE.
7. Dokumen regulasi yang berdasarkan hasil review tidak perlu dilakukan revisi, maka
masih menggunakan dokumen sebelumnya tanpa ada perubahan pada fisik dokumen.
BAB IV
DOKUMENTASI
Berisikan:
Kebijakan yang mendasari pelayanan
Pedoman pelayanan suatu unit kerja yang mendasari pelayanan
SPO-SPO terkait proses kerja yang disebutkan di dalam panduan ini
Form-form yang digunakan di dalam proses kerja ini
Metodologi pendokumentasian proses kerja ini
35
RSUD Langsa No RM :
Nama ; Ruang ;
Pemberian pendidikan Tgl lhir ; Kelas ;
pasien/keluarga Agama ; Instalasi ;
interdisiplin Pendidikan ;
Hambatan : Jenis pendidikan meliputi :
1. Fisik, emosional dan 1. Penggunaan alat bantu Penerima pendidikan :
kognitif medik
2. fisik atau emosional 2. Alternatif tindakan lain 1. P = Pasien
atau kognitif 3. Diagnosis, prognosis 2. K = Keluarga
4. Diet 3. L = Lain - lain
3.mampu dan sanggup
5. Manajemen nyeri
6. Rencana pengelolaan & dan
hasil yg diharapkan
Bahasa : Evaluasi Respon :
7. Resiko penyakit
1. Indonesia 8. Resiko tindakan
2. Asing 1. Tidak mengerti
9. Resiko bila tidak dilakukan
3. ............./isyarat 2. Mengerti
tindakan 3. Mengerti,mengulang
10.Rehabilitas medik 4. Mengerti,mengulang,
11.Tindakan medik 5. mendemonstrasikan
12.Tindakan kkeperawatan
Metode : 13. p1nggunaan obat
1. Audio 14. bimbingan rahani
2. Demonstrasi
15. penunjang medik
3. Lisan
4. Tulisan 16. lain lain :
5. Visual - jam konsultasi
- biaya,tata tertib, hak dan
kawajiban pasien,
fasilitas
- informasi tindakan dokter
- cara cuci tangan, cara
batuk, buang sampah
medis dan non medis
J
A
M
P
K
L
P
K
L
P
K
L
P
K
L
2. Penyebaran leaflet,
3. Pembuatan poster-poster