■ Leokoplakia adalah gangguan pada rongga mulut dengan yang berpotensi untuk
menjadi keganasan
■ Leukoplakia paling sering terlihat pada pria paruh baya dan pria yang lebih tua.
Meskipun tidak umum pada pria di bawah 30 tahun, prevalensi leukoplakia
keseluruhan meningkat menjadi hampir 30% pada pria di atas 80 tahun.
Sebaliknya, prevalensi pada wanita di atas 70 tahun ditemukan hanya sekitar 2%.
■ Mayoritas dari kasus leukoplakia berhubungan dengan merokok dan mengonsumsi
alkohol. Namun, pada beberapa kasus, leukoplakia yang tidak berhubungan dengan
hal tersebut diklasifikasikan sebagai leukoplakia idiopatik risiko tinggi maligna
DEFINISI
Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut
berupa penebalan putih yang tidak dapat digosok sampai hilang dan sering berpotensi
menjadi suatu keganasan atau disebut sebagai lesi pre-malignan (Van der Waal, 2017)
EPIDEMIOLOGI
Tingkat konversi
keganasan
berkisar antara
0,1% hingga 17,5%
■ Terdapat tiga tahap dari leukoplakia, lesi awal tidak bisa diraba, samar-samar
transparan, dan memiliki perubahan warna putih.
■ Selanjutnya, terlokalisir atau difus, plak sedikit meningkat dan terbentuk garis tepi
tidak teratur.
■ Lesi ini putih opaque dan memiliki tekstur granular yang halus.
■ Dalam beberapa kasus, lesi berkembang menjadi lesi putih yan menebal, terlihat
indurasi, fisura, dan terbentuk ulkus
KLASIFIKASI
■ Hairy Leukoplakia
■ Lichen Planus
■ Oral Squamos Cell Carcinoma
■ Discoid Lupus Erythematosus
■ White Sponge Nevus
TATALAKSANA
Evaluasi menilai Lesi risiko sedang Konservatif
regresi ukuran lesi hingga tingg dan pembedahan
■ Leukoplakia merupakan lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa
mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau kikisan dan
secara klinis maupun histologis berbeda dengan penyakit lain di dalam mulut.
■ Leukoplakia dapat disebabkan oleh factor lokal seperti trauma dan tembakau, factor
sistemik, dan defisiensi vitamin.
■ Patofisiologi yang mendasari terjadinya leukoplakia adalah diferensiasi abnormal pada
epitel mukosa berupa hiperkeratinisasi dan penebalan epitel.
■ Secara klinis juga dapat digolongkan menjadi leukoplakia homogen dan non homogen.
■ Diagnosis ditegakkan berdasarkan lesi putih yang tidak hilang dengan penggosokkan
dan tidak dapat digolongkan ke dalam penyakit lain. Terapi berupa pembedahan dengan
eksisi, cryosurgery, maupun laser surgery.
■ Prognosis cenderung baik bila lesi ditemukan pada stadium awal.
SARAN
■ Leukoplakia perlu untuk diwaspadai pada pasien yang datang di poli gigi dan mulut.
Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya perubahan menjadi keganasan
dari leukoplakia ini. Hal ini mendasari diperlukannya diagnosis secara tepat
termasuk pemeriksaan penunjang berupa biopsi apabila dicurigai telah muncul
adanya kemungkinan keganasan pada lesi yang didapatkan. Penanganan yang
lebih dini dapat berpengaruh terhadap prognosis yang lebih baik apabila ditangani
dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
■ Bagan JV, Jimenez Y, Sanchis M (2003). Proliferative verrucous leukoplakia: high incidence of gingival squamous cell carcinoma. Journal of Oral Pathology and Medicine 32(7):379-382
■ Banoczy J. (1983). Oral leukoplakia and other white lesions of the oral mucosa related to dermatological disorders. Journal of Cutaneous Pathology, 10: 238-256
■ Brouns ER, Baart JA, Bloemena E, Karagozoglu H, van der Waal I (2013). The relevance of uniform reporting in oral leukoplakia: definition, certainty factor and staging based on experience with 275 patients. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 18(1):e19-26
■ Budiasuri AM (2002). Leukoplakia: lesi praganas rongga mulut yang sering dijumpai.
■ Burket. Lesi merah dan lesi putih pada mukosa mulut. Dalam Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosis dan terapi. Alih Bahasa : Drg. P. P. Sianita Kurniawan. Edisi kedelapan. 1994: 299-316.
■ Cade JE (2017). Hairy Leukoplakia. Diakses tanggal 25 Juli 2017 pada http://emedicine.medscape.com/article/279269-overview
■ Feller L, Lemmer J. (2012). Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review. International Journal of Dental Hygiene, 2: 540-561.
■ Guilgen NGBV, Kang S, Tommasi MHM, Vieira I, Machado MAN, Lima AAS (2014). Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder. Polski Przeglad Otorynolaryngologiczny 4: 20-24
■ Hasibuan S (2004). Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. USU Digital Library.
■ Ibsen OAC, Phelan JA (2004). Oral pathology for dental hyegienist, 4th ed. St. Louis, Missouri: Saunders; 260-3.
■ Kai HL, Ajith DP (2009). Oral white lesions: pitfalls of diagnosis. MJA volume 190. No. 5. 190: p. 276
■ Kayalvizhi EB, Lakshman VL, Sitra G, Yoga S, Kanmani R, Megalai N (2016). Oral leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology, Pathology & Surgery 2(2):18-22
■ Lodi G, Porter S (2008). Management of potentially malignant disorders: evidence and critique. Journal of Oral Pathology and Medicine 37(2): 63-69
■ Longshore SJ, Camisa C (2002). Detection and management of premalignant oral leukoplakia. Dermatol Ther 15: 229-235
■ Parlatescu I, Gheorghe C, Coculescu E, Tovaru S (2014). Oral Leukoplakia – an Update. Maedica Buchar 9(1): 88-93
■ Roed-Petersen B, Gupta PC, Pindborg JJ, Singh B (1972). Association between oral leukoplakia and sex, age, and tobacco habits. Bull World Health Organ 47:13-9
■ Soames JV, Southam JC (1999) Oral Pathology. Oxford: Oxford University of Press. p: 139-140
■ Soukos N (2008). Oral Leukoplakia, Idiopathic. In Medscape Reference. http://emedicine.medscape.com/article/853864-overview#showall - diakses 13 Desember 2017
■ Van der Waal, I (2009) Potentially malignant disorders of the oral and oropharyngeal mucosa; terminology, classification and present concepts of management. Oral Oncol 45: 317-323
■ Warnakulasuriya S, Johnson NW, can der Waal I. (2007). Nomenclature and classification of potentially malignant disorders of oral mucosa. Journal of Oral & Pathology Medicine, 36: 575-580
■ World Health Organization Collaborating Centre for Oral Precancerous lesions. Definition of leukoplakia and related lesions: an aid to studies on oral precancer. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1978; 46: 518–39.
TERIMA KASIH