Anda di halaman 1dari 17

LEUKOPLAKIA

NABILA SHAZA G99172123

PEMBIMBING: drg. VITA NIRMALA ARDANARI, Sp. Pros., Sp. KG.


OVERVIEW

■ Leokoplakia adalah gangguan pada rongga mulut dengan yang berpotensi untuk
menjadi keganasan
■ Leukoplakia paling sering terlihat pada pria paruh baya dan pria yang lebih tua.
Meskipun tidak umum pada pria di bawah 30 tahun, prevalensi leukoplakia
keseluruhan meningkat menjadi hampir 30% pada pria di atas 80 tahun.
Sebaliknya, prevalensi pada wanita di atas 70 tahun ditemukan hanya sekitar 2%.
■ Mayoritas dari kasus leukoplakia berhubungan dengan merokok dan mengonsumsi
alkohol. Namun, pada beberapa kasus, leukoplakia yang tidak berhubungan dengan
hal tersebut diklasifikasikan sebagai leukoplakia idiopatik risiko tinggi maligna
DEFINISI

Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut
berupa penebalan putih yang tidak dapat digosok sampai hilang dan sering berpotensi
menjadi suatu keganasan atau disebut sebagai lesi pre-malignan (Van der Waal, 2017)
EPIDEMIOLOGI
Tingkat konversi
keganasan
berkisar antara
0,1% hingga 17,5%

Prevalensi leukoplakia secara global 2,6% Leukoplakia juga lebih


Di Amerika Serikat prevalensinya 1-2% sering terjadi pada pria
di india prevalensinya 0,2-4,5%
dari pada wanita dengan
rasio 2:1
ETIOLOGI
■ Merokok
■ Alkohol
MULTIFAKTORIAL
■ Trauma mekanik dalam waktu lama
■ Infeksi C. Albicans
■ Gangguan hormone
■ GERD
IDIOPATIK ■ Hiposalivasi
■ Anemia def, besi
■ Infeksi virus (EBV, HPV (tipe 16 & 18), HSV, HIV
PATOFISIOLOGI

STRESS OKSIDATIF Diferensiasi


abnormal epitel
Displasia epitel dan
mulut dengan
memunculkan klinis
peningkatan
mukosa memutih
keratinisasi
KERUSAKAN DNA permukaan
LESI LEUKOPLAKIA

■ Terdapat tiga tahap dari leukoplakia, lesi awal tidak bisa diraba, samar-samar
transparan, dan memiliki perubahan warna putih.
■ Selanjutnya, terlokalisir atau difus, plak sedikit meningkat dan terbentuk garis tepi
tidak teratur.
■ Lesi ini putih opaque dan memiliki tekstur granular yang halus.
■ Dalam beberapa kasus, lesi berkembang menjadi lesi putih yan menebal, terlihat
indurasi, fisura, dan terbentuk ulkus
KLASIFIKASI

HOMOGEN NON-HOMOGEN VERUKOSA


Bentuk paling umum BERBINTIK NODULAR Paling jarang
Terutama pada mucosa Risiko tinggo terjadinya
buccal Terdiri dari flek Terdiri dari lesi
putih berbentuk dysplasia dan karsinoma
Potensi transformasi rendah putih pada
dasar nodul
eritematous
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING

■ Hairy Leukoplakia
■ Lichen Planus
■ Oral Squamos Cell Carcinoma
■ Discoid Lupus Erythematosus
■ White Sponge Nevus
TATALAKSANA
Evaluasi menilai Lesi risiko sedang Konservatif
regresi ukuran lesi hingga tingg dan pembedahan

Lesi risiko rendah


Displasia
Tanpa perbaikan

Tidak Displasia Konservatif


PROGNOSIS

■ Lesi displastik pada leukoplakia sulit di prediksi


■ 6% pasien leukoplakia memiliki sel karsinoma invasive dalam
leukoplakianya
■ 4% pasien leukoplakia berkembang menjadi karsinoma
■ Banyak lesi displasi mengalami regresi secara spontan
KOMPLIKASI

■ Leukoplakia biasanya tidak menyebabkan komplikasi atau kerusakan


permanen.
■ Nyeri dapat hilang beberapa minggu atau bulan setelah sumber iritasi
di hilangkan.
■ Walaupun rata-rata leukoplakia jinak (non-kanker), pada persentase
kecil muncul tanda awal dari kanker
KESIMPULAN

■ Leukoplakia merupakan lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa
mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau kikisan dan
secara klinis maupun histologis berbeda dengan penyakit lain di dalam mulut.
■ Leukoplakia dapat disebabkan oleh factor lokal seperti trauma dan tembakau, factor
sistemik, dan defisiensi vitamin.
■ Patofisiologi yang mendasari terjadinya leukoplakia adalah diferensiasi abnormal pada
epitel mukosa berupa hiperkeratinisasi dan penebalan epitel.
■ Secara klinis juga dapat digolongkan menjadi leukoplakia homogen dan non homogen.
■ Diagnosis ditegakkan berdasarkan lesi putih yang tidak hilang dengan penggosokkan
dan tidak dapat digolongkan ke dalam penyakit lain. Terapi berupa pembedahan dengan
eksisi, cryosurgery, maupun laser surgery.
■ Prognosis cenderung baik bila lesi ditemukan pada stadium awal.
SARAN

■ Leukoplakia perlu untuk diwaspadai pada pasien yang datang di poli gigi dan mulut.
Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya perubahan menjadi keganasan
dari leukoplakia ini. Hal ini mendasari diperlukannya diagnosis secara tepat
termasuk pemeriksaan penunjang berupa biopsi apabila dicurigai telah muncul
adanya kemungkinan keganasan pada lesi yang didapatkan. Penanganan yang
lebih dini dapat berpengaruh terhadap prognosis yang lebih baik apabila ditangani
dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

■ Bagan JV, Jimenez Y, Sanchis M (2003). Proliferative verrucous leukoplakia: high incidence of gingival squamous cell carcinoma. Journal of Oral Pathology and Medicine 32(7):379-382

■ Banoczy J. (1983). Oral leukoplakia and other white lesions of the oral mucosa related to dermatological disorders. Journal of Cutaneous Pathology, 10: 238-256

■ Brouns ER, Baart JA, Bloemena E, Karagozoglu H, van der Waal I (2013). The relevance of uniform reporting in oral leukoplakia: definition, certainty factor and staging based on experience with 275 patients. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 18(1):e19-26

■ Budiasuri AM (2002). Leukoplakia: lesi praganas rongga mulut yang sering dijumpai.

■ Burket. Lesi merah dan lesi putih pada mukosa mulut. Dalam Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosis dan terapi. Alih Bahasa : Drg. P. P. Sianita Kurniawan. Edisi kedelapan. 1994: 299-316.

■ Cade JE (2017). Hairy Leukoplakia. Diakses tanggal 25 Juli 2017 pada http://emedicine.medscape.com/article/279269-overview

■ Feller L, Lemmer J. (2012). Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review. International Journal of Dental Hygiene, 2: 540-561.

■ Guilgen NGBV, Kang S, Tommasi MHM, Vieira I, Machado MAN, Lima AAS (2014). Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder. Polski Przeglad Otorynolaryngologiczny 4: 20-24

■ Hasibuan S (2004). Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. USU Digital Library.

■ Ibsen OAC, Phelan JA (2004). Oral pathology for dental hyegienist, 4th ed. St. Louis, Missouri: Saunders; 260-3.

■ Kai HL, Ajith DP (2009). Oral white lesions: pitfalls of diagnosis. MJA volume 190. No. 5. 190: p. 276

■ Kayalvizhi EB, Lakshman VL, Sitra G, Yoga S, Kanmani R, Megalai N (2016). Oral leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology, Pathology & Surgery 2(2):18-22

■ Lodi G, Porter S (2008). Management of potentially malignant disorders: evidence and critique. Journal of Oral Pathology and Medicine 37(2): 63-69

■ Longshore SJ, Camisa C (2002). Detection and management of premalignant oral leukoplakia. Dermatol Ther 15: 229-235

■ Parlatescu I, Gheorghe C, Coculescu E, Tovaru S (2014). Oral Leukoplakia – an Update. Maedica Buchar 9(1): 88-93

■ Roed-Petersen B, Gupta PC, Pindborg JJ, Singh B (1972). Association between oral leukoplakia and sex, age, and tobacco habits. Bull World Health Organ 47:13-9

■ Soames JV, Southam JC (1999) Oral Pathology. Oxford: Oxford University of Press. p: 139-140

■ Soukos N (2008). Oral Leukoplakia, Idiopathic. In Medscape Reference. http://emedicine.medscape.com/article/853864-overview#showall - diakses 13 Desember 2017

■ Van der Waal, I (2009) Potentially malignant disorders of the oral and oropharyngeal mucosa; terminology, classification and present concepts of management. Oral Oncol 45: 317-323

■ Warnakulasuriya S, Johnson NW, can der Waal I. (2007). Nomenclature and classification of potentially malignant disorders of oral mucosa. Journal of Oral & Pathology Medicine, 36: 575-580

■ World Health Organization Collaborating Centre for Oral Precancerous lesions. Definition of leukoplakia and related lesions: an aid to studies on oral precancer. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1978; 46: 518–39.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai