Anda di halaman 1dari 65

IDIOPATHIC LEUKOPLAKIA

Kelompok 3
• Syarifah syafira
• Zuhra marfirah
• Talitha nabila
• Fatin rizka
• Geubrina fitriananda
• Silvi sulistina
• Dwi Fadhilla r.
• Khairunnisa
• Niska darlianti
DEFINISI
• Menurut World Health Organization (WHO), oral leukoplakia
(leuko = putih, plakia = patch) berupa plaque atau white patch
yang tidak dapat dikarakteristikkan secara klinis atau patologis
seperti penyakit lainnya.

Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial


pathology, 4th ed. Canada : Elsevier. 2016 p : 355
• WHO mendefinisikan leukoplakia sebagai lesi putih kerastosis
berupa bercak atau plak pada mukosa mulut yang tidak
mempunyai ciri khas secara klinis atau patologis seperti penyakit
lain, dan tidak terkait dengan agen penyebab fisik atau kimia
kecuali penggunaan tembakau.
• WHO mendefinisikan juga : istilah leukoplakia digunakan untuk
mengenali plak putih dari resiko yang dipertanyakan dengan
mengecualikan penyakit lain yang diketahui atau gangguan yang
tidak membawa resiko terhdap kanker.

Sciubba JJ. Dermatologic Manifestations of oral


leukoplakia. American Academy of Oral and
Maxillofacial Pathology. 2017
• Leukoplakia adalah istilah klinis yang mengindikasikan white
patch atau plaque dari oral mukosa yang tidak dapat dihapus dan
tidak dapat dikarakteristikan secara klinis dengan penyakit lain.

Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology


Clinically Pathologic Correlations. 6th ed. USA :
Elsevier. 2012. p : 91
• Istilah leukoplakia telah digunakan di masa lalu sebagai referensi
klinis untuk setiap lesi putih tanpa menyiratkan diagnosis
spesifik. Dalam beberapa tahun terakhir istilah leukoplakia
merupakan lesi putih spesifik pada mukosa mulut yang tidak
dijelaskan secara klinis oleh penyebab tertentu atau kondisi yang
diakui secara klinis.

Coleman GC. Principles of Oral Diagnosis. Mosby .


1993. P : 28
Insiden dan prevalensi
•Prevalensi leukoplakia di seluruh dunia
telah diperkirakan jatuh dlm kisaran  1,5
% - 4,3%
•Kecuali, di daerah populasi dmn wanita
lebih banyak yg menggunakan produk
tembakau dr pd pria
Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial pathology, 4th ed. Canada : Elsevier.
2016 p : 356-357
tobacco

alcohol

Sanguinaria
cause
Ultraviolet Radiation
Penyebab dari leukoplakia
tetap saja tidak diketahui,
walaupun sudah banyak
hipotesis. Namun beberapa
penelitian menunjukkan Microorganisms
inisiasi kondisi leukoplakia
dipengaruhi oleh faktor
ekstrinsik dan intrinsik
Trauma
Cause 1. tobacco
• Merupakan faktor yang paling terkait erat dgn leukoplakia
• > 80% pasien leukoplakia adalah perokok, tentu perokok jauh lebih
mungkin terkena leukoplakia dibandingkan yang bukan perokok
• Perokok berat memiliki lebih banyak jumlah lesi dan lesi yang lebih
besar daripada perokok ringan, terutama setelah bertahun-tahun
menggunakan tembakau.
• leukoplakia sering menghilang atau menjadi lebih kecil jika di dalam
tahun pertama berhenti merokok.
• Penggunaan tembakau tanpa asap sering menyebabkan perbedaan
klinis  plak oral putih yang disebut keratosis kantong tembakau 
lesinya bukan real leukoplakia ( tdk sejati)
• Sebaliknya , penggunaan betel quid (sirih), dengan atau tanpa
Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial pathology,
tembakau tanpa asap — dikaitkan dengan real: Elsevier.
4th ed. Canada leukoplakia sejati
2016 p : 356-357
Cause 2. alcohol
•Alkohol memberikan efek yang kuat dengan
tembakau dlm perkembangan kanker oral.
•Orang yang berlebihan menggunakan
larutan kumur dengan kandungan alkohol
lebih dari 25%  memiliki plak mukosa bukal
berwarna keabu-abuan, tetapi lesi ini bukan
leukoplakia (not true leukoplakias).
Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial
pathology, 4th ed. Canada : Elsevier. 2016 p : 356-357
Cause 3. Sanguinaria
• Orang yang menggunakan pasta gigi atau larutan
kumur yang mengandung ekstrak herbal , sanguinaria ,
dapat mengembangkan leukoplakia sejati 
bernama sanguinaria -associated keratosis.
• lesi nya biasanya muncul di vestibulum RA atau pada
mukosa alveolar maksila
• Lebih dari 80% individu dengan maxillary vestibular
atau leukoplakia alveolar memiliki riwayat
menggunakan produk yang
mengandung Sanguinaria, dibandingkan dengan 3%
dari populasi normal. Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial
pathology, 4th ed. Canada : Elsevier. 2016 p : 356-357
Cause 4. radiasi ultraviolet

•Radiasi UV merupakan faktor penyebab


untuk leukoplakia vermilion bibir bawah.
•Pasien dengan Immunocompromised ,
seperti pasien transplantasi, sangat rentan
untuk berkembang  leukoplakia dan
karsinoma sel skuamosa, pada vermilion
bibir bawah. Neville BW, Dammed.DD, Allen CM. Oral and maxillofacial pathology, 4th
Canada : Elsevier. 2016 p : 356-357
Cause 5. mikroorganisme
• Beberapa mikroorganisme terlibat dlm etiologi leukoplakia
• Troponema pallidum menghasilkan glositis pd tahap akhir
sifilis,  lidah
• C. albicans menyebabkan infeksi oral krn c. albicans bisa
berkolonisasi pada keratin lapisan mukosa mulut
menghasilkan yg tebal & plak merah dan putih disebut
candida leukoplasia
• Bisa dilihat dari biopsy melihat terjadi dysplasi/ hiperplasia
pd epitel
• Tdk diketahui, apakah ragi ini menghasilkan displasia,
Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial pathology,
namun beberapa lesi ini menghilang, menyusut
4th ed. Canada setelah
: Elsevier. 2016 p : 356-357
Cause 6. trauma
• Stomatitis nikotin adalah warna putih, umum
terjadi pada perubahan palatum, respon
hiperkeratosis untuk panas yg dihasilkan oleh
panas rokok  potensi malignan rendah, hingga
hampir sama dengan mukosa palatal normal
• Frictional keratosis (Keratosis gesekan)  terjadi
krn abrasi (toothbrush), trauma GT oleh fungsi
pengunyahan Neville BW, Damm DD, Allen CM. Oral and maxillofacial
pathology, 4th ed. Canada : Elsevier. 2016 p : 356-357
Pathogenesis Leukoplakia
Sel jaringan terpapar
karsinogen

Tahap Irreversible Sel akan Berproliferasi

Memperbesar ruang
Atrofi
progenitor (hiperplasia)
Gambaran klinis
homogeneous
• secara klinis: putih, plaque berbatas tegas
dengan pola identik pada semua lesi halus
– kasar, fissure, kadang dsb
“cracked mud”
Non homogeneous
• Ciri : white patch atau plaque dengan
campuran elemen merah (g. 5-12)
erythroleukoplakia and speckled
leukoplakia
• Komponen putih didominasi dengan
papillary projections
Verrucous/verruciform
leucoplakia
• Tampilan klinis dengan pola proliferasi
lebih agresif dan tingkat reccurence tinggi
proliferative verrucous
leukoplakia (PVL)

Burket’s oral medicine,


p.100
Gambaran
• Usia > 40 thn
klinis
• Prevalensi cepat seiring bertambah usia
• Terutama terjadi pada pria
• sekitar 70% ditemukan pd lip vermillion, mucosa buccal dan gingiva
• lebih dari 90% terdapat Lesi di lidah, lip vermilion, dan oral floor, menunjukkan
displasia atau karsinoma.
• Di antara pengguna sirih pedas, mukosa bukal dan komisura adalah bagian utama
leukoplakia menyimpan karsinoma.
• Bentuk awal : flat atau sedikit meninggi, fissure, atau keriput, Biasanya lunak dan
berbatas tegas
• Warna : abu/plak putih keabuan, agak tembus cahaya/translucent.

nevillle,. Oral and maxillofacial


pathology. P. 357
• Leukoplakia yang tipis dapat menghilang
atau berlanjut
• Untuk perokok, 2/3 dari lesi membesar dan
berkembang ke tahap homogenous/ thick
leukoplakia, ciri: tebal, kasar, plak putih
yang jelas dengan fissur dalam
• Sebagian besar terlihat tanpa batas,
namun 1/3 lesi ini bisa menghilang,
/berkembang dengan permukaan irregular
granular atau nodular leukoplakia
• Lesi dengan projection tajam atau tumpul
seperti kutil disebut
verrucous / Verruciform leukoplakia
• Proliferative verrucous leukoplakia
(PVL), ciri: resiko tinggi, perkembangan
multiple, penyebaran perlahan, permukaan
kasar.
• Leukoplakia bisa menjadi displastik atau ganas, tanpa adanya
perubahan klinisnya. Namun, sebagian lesi menunjukkan adanya
bercak-bercak kemerahan yang tersebar disebut erythroplakia,
gabungan lesi merah dan putih itu disebut erythroleukoplakia/
speckled leukoplakia
ANAMNESIS 4. Patient History
■ riwayat gigi
1. Identitas pasien ■ riwayat keluarga
■ sejarah sosial dan
2. Keluhan utama budaya termasuk
■ menyajikan keluhan kebiasaan gaya hidup
■ riwayat setiap keluhan (misalnya penggunaan
saat ini tembakau, alkohol,
sirih)
3. Medical History ■ harapan pasien.
■ riwayat medis masa
lalu

Scully, Cawson. Medical Problem in Dentistry, 7th ed.


Elsevier Science.2014. p2-20
PEMERIKSAAN KLINIS
• Vital sign
• Pemeriksaaan respirasi dan lainnya
• Pemeriksaan ekstraoral kepala dan leher
• Pemeriksaan intraoral seluruh keadaan lingkungan sekitar mulut
• Informasi Diagnostik Tambahan
• Biopsi
INFORMASI DIAGNOSTIK TAMBAHAN
Biopsi adalah pengangkatan sebagian kecil jaringan dari tubuh yang
hidup untuk tujuan diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopik.

Scully, Cawson. Medical Problem in Dentistry, 7th ed.


Elsevier Science.2014. p23
• Toluidine blue
Dasar dari pemeriksaan dengan memakai toluidine blue adalah sel kanker
akan mengabsorpsi warna biru, sedangkan jaringan normal tidak.
• Endoskopi
Endoskopi biasanya dilakukan dengan flexible fibre-optic endoscopes,
under local analgesia, kadang-kadang dengan sedasi sadar atau anestesi
umum. Tujuan pemeriksaan ini adalah mencari synchronous cancers.

Kao, Shou-yen, et al. Detection and Screening of Oral Cancer and Pre- cancerous Lesions. J Chin Med Asscociation. 2009; 72 (5); p. 227-233.
Scully, Cawson. Medical Problem in Dentistry, 7th ed. Elsevier Science.2014. p33
Kao, Shou-yen, et al. Detection and Screening of Oral Cancer and Pre-
cancerous Lesions. J Chin Med Asscociation. 2009; 72 (5); p. 227-233.
• Histopatologi
Pada pemeriksaan akan terlihat hiperkeratosis atau penebalan pada
bagian Stratum korneum kulit, terdapat Epithelial pearl, tidak ada tanda-
tanda displasia, dan ada infiltrasi round sel pada jaringan ikat.

Kujan, Omar, et al. Evaluation of Screening Strategies for Improving Oral Cancer Mortality:A
Cochrane Systematic Review. Journal of Dental education. 2005; 69 (2); p. 255-265.
Diagnosis idiophatic leukoplakia
 Pemeriksaan hitopatologi saat ini masih merupakan standar emas untuk tujuan diagnosis. Pengukuran
ploidy DNA dapat membantu mengidentifikasi lesi yang membawa resiko tingggi tranformasi
malignant

 Pemeriksaan hitopatologi saat ini masih merupakan standar emas untuk tujuan diagnosis. Pengukuran
ploidy DNA dapat membantu mengidentifikasi lesi yang membawa resiko tingggi tranformasi
malignant
 Biopsy harus dilakukan di area yang paling dicurigakan dari tampak klinisnya, misal seperti
kemerahan , area permukaan yang mengalami penebalan atau daerah yang bergejalapada pasien
dengan multifocal atau leukoplakia multiple biopsy yang meluas (field mapping) harus
dipertimbangkan
Lanjutan..
 Keganasan dari idiophatic leukoplakia ini dapat terjadi di tempat yang diobati atau yang
tidak diobati, tetapi mungkin juga terjadi di tempat lain di rongga mulut atau saluran
aerodigestif atas
 umum diakui yang secara statistik membawa peningkatan risiko transformasi maligna
(mengganas) menjadi carcinoma sel squamosal .
 Kemudian, ada kalanya kasinomatous bertranformasi yang akan menjadi non-displastik
leukoplakia.

 telah disarankan bahwa diagnosis definitif leukopakia oral harus ditetapkan dengan
histopatologi lesi .oral keratosis lain yang diakui sebagai entitas spesifik, dan dengan
pengecualian dari setiap agen etiologi selain tembakau atau penggunaan pinang.
Diagnosis banding

 Lesi putih pada mukosa mulut sering menimbulkan masalah diagnosis banding, yang sangat penting
ketika menilai perubahan prakanker di mulut. Karakter pra-kanker dari leukoplakia oral sudah
diketahui dengan baik, dan tipe "berisiko tinggi": erosif-displastik leukoplakia besar potensinya untuk
menjadi ganas setelah diteliti secara saksama.
 Karena kemungkinan hubungan nya dengan karsinoma oral, dan beberapa jenis klinis dari lichen
planus oral, yaitu bentuk atrofi-erosif sehingga perlu kehati-hatian dalam perawatan dan
pengawasannya.
 Semua lesi putih ini dapat diidentifikasi secara jelas, dibedakan, dan dibatasi sebagai entitas penyakit
klinik patologis, dengan metode klinis, histopatologi dan ultrastruktur, sehingga memudahkan
diagnosis dini, pengobatan dan pencegahan kemungkinan keganasan.
Adapun dd dari idiophatic leukoplakia :
• Leukoedema
• Lichen planus
• Morsicatio buccarum (habitual cheek biting)
• Candidosis
• White sponge nevus
Gambaran Histopatologi

• Pemeriksaan mikroskopis akan membantu menentukan


penegakan diagnosis leukoplakia.
• Bila diikuti dengan pemeriksaan histopatologi dan sitologi, akan
tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitelium, terutama
pada bagian superfisial.
• Secara mikroskopis, perubahan ini dapat dibedakan menjadi 5
bagian, yaitu:
Gambaran Histopatologi

• Secara mikroskopis, perubahan ini dapat dibedakan menjadi 5


bagian, yaitu:
Hiperkeratosis Hiperparakeratosis

Akantosis

Diskeratosis atau displasia Carsinoma in situ


• · Hiperkeratosis
Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal dari
lapisan ortokeratin atau stratum corneum, dan pada tempat-tempat tertentu
terlihat dengan jelas. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada daerah
permukaan yang normal maka akan menyebabkan permukaan epitel rongga
mulut menjadi tidak rata, serta memudahkan terjadinya iritasi.
• · Hiperparakeratosis
Parakeratin dalam keadaan normal dapat dijumpai di tempat-
tempat tertentu di dalam rongga mulut. Apabila timbul penebalan
di daerah yang biasanya tidak terdapat penebalan lapisan
parakeratin maka penebalan parakeratin disebut sebagai
parakeratosis.
• · Akantosis
Akantosis adalah suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari
lapisan spinosum pada suatu tempat tertentu. Terjadinya penebalan pada
lapisan stratum spinosum tidak sama atau bervariasi pada tiap-tiap tempat
yang berbeda dalam rongga mulut. Bisa saja suatu penebalan tertentu pada
tempat tertentu dapat dianggap normal, sedang penebalan tertentu pada
daerah tertentu bisa dianggap abnormal.
• · Diskeratosis atau displasia
Pada diskeratosis, terdapat sejumlah kriteria untuk mendiagnosis
suatu displasia epitel. Kriteria yang digunakan untuk
mendiagnosis adanya displasia epitel adalah :
- adanya peningkatan yang abnormal dari aktivitas mitosis
- nucleoli membesar dan prominent
- adanya hiperkromatik
- adanya pembesaran inti sel atau nucleus
- bentuk nukleus tidak normal
- Dyskeratosis (keratinisasi dini sel)
Tingkat displasia epitel mengacu pada "tingkat keparahan"
atau intensitas. Displasia epitel ringan mengacu pada perubahan
terbatas terutama pada lapisan basal dan parabasal. Displasia
epitelial moderat menunjukkan keterlibatan dari lapisan basal ke
midportion dari lapisan spinosus. Displasia epitel yang parah
menunjukkan perubahan dari lapisan basal ke tingkat di atas titik
tengah epitelium.
• Karsinoma in situ
• Karsinoma in situ didefinisikan sebagai displasia yang melibatkan
seluruh ketebalan epitelium.
Pada umumnya, antara displasia dan carsinoma in situ tidak memiliki
perbedaan yang jelas. Displasia mengenai permukaan yang luas dan
menjadi parah, menyebabkan perubahan dari permukaan sampai
dasar. Bila ditemukan adanya basiler hiperplasia maka didiagnosis
sebagai carcinoma in situ.
• Carsinoma in situ secara klinis tampak datar, merah, halus, dan
granuler. Mungkin secara klinis carcinoma in situ kurang dapat
dilihat. Hal ini berbeda dengan hiperkeratosis atau leukoplakia yang
dalam pemeriksaan intra oral kelainan tersebut tampak jelas.
Sumber:
• Neville.2016.Oral and Maxillofacial Pathology:Elsevier. 360-
362
• leukoplakia merupakan istilah klinis saja maka biopsy diperlukan untuk
mendapatkan diagnosis histopatologis dan untuk mendapatkan perawatan yang
sesuai. Biopsi dilakukan pada daerah yang paling parah. Multiple biopsy dapat
dilakukan untuk lesi besar atau multifocal. (1)
• Leukoplakia oral berpotensial ganas, dan beberapa progres leukoplakia tidak dapat
diprediksi menjadi carcinoma, idealnya semua leukoplakia oral harus dirawat.
• Ketika terdapat 2 atau 3 lesi berbatas yg dapat diakses, pilihan pengobatan adalah
eksisi bedah (surgical excision)
• Untuk leukoplakia besar atau multiple dimana perawatan bedah tidak praktis, krna
dapat menimbulkan cacat atau ketidakmampuan fungsional, maka dapat dilakukan
(cryosurgery, laser surgery, atau menggunakan topical bleomycin). (2)
• 1. Neville. Oral and maxilofacial pathology. Ed 4. Elsevier. p 363
• 2. L. Feller and J. Lemmer.2011. Oral Leukoplakia as It Relates to HPV Infection: A Review. Department of Periodontology and Oral
Medicine, University of Limpopo, Medunsa Campus, Medunsa, South Africa
• Keuntungan dari pembedahan eksisi memungkinkan pelestarian
jaringan yang optimal untuk analisis histopatologi.
• Frekuensi terjadinya kekambuhan setelah pembedahan sekitar 10-
35%.
• Secara khusus, leukoplakia verrucoform atau granular tingkat
kekambuhannya sekitar 83% sehingga sering dilakukan
pembedahan. (1)
• Setiap perubahan warna, tekstur atau ukuran, dan munculnya
leukoplakia tambahan pada oral adalah peringatan dini
kemungkinan karsinomatosa transformasi.
1. Neville. Oral and maxilofacial pathology. Ed 4. Elsevier. p 363
• Beberapa lekoplakia yang berhubungan dengan merokok dengan atau
tanpa adanya dysplasia dapat berkurang ukurannya dalam waktu 3 bulan
setelah pasien berhenti merokok.
• Pada leukoplakia tanpa dysplasia sering tidak dilakukan eksisi namun
evaluasi klinis setiap 6 bulan diperlukan untuk melihat perkembangan
penyakit. Biopsi tambahan dianjurkan jika pasien terus merokok atau jika
adanya perubahan klinis dalam tingkat keparahan.
• Dalam beberapa keadaan, pasien harus di amati secara berkala karena
resiko terjadi malignancy. (1)

1. Neville. Oral and maxilofacial pathology. Ed 4. Elsevier. p 363


• Penggunaaan nutrisi antioxidant dan vitamin belum terbukti
efektif dalam manajemen penyakit ini. Namun spenggunaan dosis
secara single maupun kombinasi dari vitamins A,C dan E, beta
carotene, analog dari vit A dan diet antioxidant yang tinggi serta
protein penekan pertumbuhan sel (buah-buahan dan sayuran)
dapat mengurangi atau menghilangkan leukoplakia dalam waktu
jangka pendek. (3)

3. Burkets. Oral medicine diagnosis and treatment. Tenth ed. P 105


1. Neville. Oral and maxilofacial pathology. Ed 4. Elsevier.
p 363
2. L. Feller and J. Lemmer.2011. Oral Leukoplakia as It
Relates to HPV Infection: A Review. Department of
Periodontology and Oral Medicine, University of
Limpopo, Medunsa Campus, Medunsa, South Africa
3. Burkets. Oral medicine diagnosis and treatment. Tenth
ed. P 105
Prognosis Idiopatic Leukoplakia
• Setiap perubahan klinis atau fase leukoplakia harus benar-benar
diperhatikan karena memiliki potensi berubah menjadi ganas.
▫ Leukoplakia tipis jarang menjadi ganas tanpa ada perubahan klinis
apapun
▫ Leukoplakia tebal cenderung berubah menjadi ganas dalam 1-4%
kasus
• Ketika permukaan leukoplakia menjadi granular atau berbentuk
verucci, potensi berubah menjadi ganas meningkat 4-15%
• Adanya dysplasia meningkatkan frekuensi berubahnya fase
leukoplakia menjadi malignant/ganas
Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C. M., Bouquot, J. E. Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders. 2002.
Page: 345
Regezi, J. A., Sciubba, J.J., Jordan, R.C.K. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations. 4th ed. St.
Louis: Saunders. 2003. Page: 90
Greenberg, M. S., Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and Treatment. 10th ed. Hamilton:
BC Decker Inc. 2003. Page: 105

Cont.
• Pada tempat lesi yang sudah diangkat, kemungkinan terjadinya lesi
yang sama sangat besar  harus dilakukan pemeriksaan / monitoring
jangka panjang bahkan perlu biopsy ulang (rebiopsy)
• Lesi jinak yang lebih kecil dan tidak dicurigai dysplasia  dieksisi
semenjak kemungkinan lesi menjadi ganas meningkat 4-6%
• Lesi yang lebih besar yang dibuktikan tidak dysplasia dengan biopsy 
dibuang atau dibiarkan (dengan syarat evaluasi follow-up berkala,
dengan atau tidak dengan medikasi)
• Lesi dysplasia ringan  dibuang atau dibiarkan (jika prosedur eksisi
berisiko akibat tempat dan luas lesi)
• Lesi dysplasia parah  eksisi adalah prosedur wajib
• Lesi besar  jika perlu dilakukan grafting
Sumber
• Regezi, J. A., Sciubba, J.J., Jordan, R.C.K. Oral Pathology: Clinical
Pathologic Correlations. 4th ed. St. Louis: Saunders. 2003. Page:
90
• Greenberg, M. S., Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine:
Diagnosis and Treatment. 10th ed. Hamilton: BC Decker Inc.
2003. Page: 105
• Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C. M., Bouquot, J. E. Oral and
Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders. 2002.
Page: 345

Anda mungkin juga menyukai