NIM : 205160100111039
Kelompok : 3
Fasilitator : drg. Fatima, Sp. Pros.
LOGBOOK
SKENARIO 1 BLOK 7
Skenario
Gusiku Merah dan Mudah Berdarah
Perempuan berusia 29 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gusi berwarna merah
dan sering berdarah saat sikat gigi sejak 1 tahun yang lalu. Anamnesis: pasien mengaku
menyikat gigi 3x sehari karena merasa terdapat lapisan kuning pada permukaan giginya, selain
itu pasien sering mengonsumsi kopi dan belum pernah perawatan ke dokter gigi sebelumnya.
Pemeriksaan intraoral: Bleeding On Probing (+), oedem (+) yang melibatkan margin gingiva
dan interdental papil. Pada bagian anterior terdapat gigi malposisi dan probing depth = 5 mm
tetapi tidak terdapat Loss of Attachment (LOA), terdapat noda kecoklatan pada bagian palatal
serta terdapat kalkulus pada bagian lingual anterior rahang bawah, nilai OHI-S = 3. Dokter gigi
menegakkan diagnosis penyakit periodontal, menjelaskan tentang perawatan serta melakukan
Dental Health Education kepada pasien.
Learning Issues
1. Gingivitis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patogenesis
d. Gambaran Klinis dan Gambaran Radiologis
e. Faktor Kebiasaan Buruk Pasien Yang Menyebabkan Gingivitis
f. Penatalaksanaan Perawatan dan Pencegahan
g. Indikator Keberhasilan Perawatan (Prognosis)
2. Dental Deposit
a. Definisi
b. Macam-macam
3. Poket Periodontal
a. Definisi (Kandungan di Dalam Poket Periodontal)
b. Nilai dari Probing Depth (Definisi, Teknik)
c. Klasifikasi
d. Gambaran Klinis dan Gambaran Radiologis
e. Patogenesis
Learning Outcomes
1. Gingivitis
a. Definisi
Gingivitis merupakan inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di
sekitar gigi yaitu jaringan gingiva (Nevil dalam Husen & Praptiwi, 2020). Adapun menurut
Carranza dalam Nataris & Santik (2017), gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal
yang ringan dengan tanda gejala klinis berupa gingiva berwarna merah, membengkak dan
mudah berdarah tanpa ditemukan kerusakan tulang alveolar.
b. Etologi
Etiologi atau penyebab gingivitis menurut Manson & Eley (2010) dibagi menjadi dua,
yaitu penyebab utama dan penyebab sekunder atau predisposisi.
1) Penyebab Utama
Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang
membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva
(Manson & Eley, 2010). Lapisan plak pada peradangan gingiva memiliki ketebalan
400 μm. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora
Streptococci menjadi Actinomyces spp. Selama perkembangan gingivitis, mikroflora
mengalami peningkatan pada jumlah spesies. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P. intermedia,
Capnocytophaga spp., Eubacterium spp. dan Spirochete pada gingiva yang
mengalami peradangan (Daliemunthe dalam El Yussa, 2018).
2) Penyebab Sekunder
Penyebab sekunder gingivitis meliputi faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor
lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak
yang menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor tersebut adalah kavitas karies,
restorasi gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang desainnya tidak baik,
pesawat orthodontik dan susunan gigi geligi yang tidak teratur. Faktor lokal tersebut
merupakan proses mulainya peradangan gingiva (Manson & Eley, 2010).
Sementara itu, faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal,
hematologi, gangguan psikologi dan obat-obatan. Faktor sistemik dapat memodifikasi
respons gingiva terhadap iritasi lokal (Manson & Eley, 2010). Faktor hormonal yang
menjadi faktor sekunder atau predisposisi gingivitis tersebut salah satunya adalah
ketidakseimbangan hormon yaitu peningkatan hormon endokrin pada usia pubertas
(Jurgen & Angelika dalam Husen & Praptiwi (2020).
c. Patogenesis
Patogenesis gingivitis menurut Daliemunthe dalam El Yussa (2018) terdapat empat
tipe lesi yang berbeda. Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut.
Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama. Selain itu, dapat terjadi
pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh karena perawatan.
1) Lesi Awal
Pada tahap ini plak mulai berakumulasi
ketika kebersihan rongga mulut tidak terjaga.
Untuk beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari
bakteri cocci dan batang gram positif, lalu hari
berikutnya organisme filamen, dan terakhir
Spirochetes atau bakteri gram negatif. Gingivitis
ringan mulai terjadi pada tahap ini (Daliemunthe
dalam El Yussa, 2018).
3) Lesi Mapan
Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis
kronis karena seluruh pembuluh darah
membengkak dan padat, sedangkan pembuluh
balik terganggu atau rusak sehingga aliran darah
menjadi lambat. Terlihat perubahan warna
gingiva menjadi kebiruan. Sel-sel darah merah
keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah sehingga
hemoglobin menyebabkan warna pada daerah
peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut
sebagai peradangan gingiva moderat hingga
(Sumber: Carranza et al., 2019)
berat. Aktivitas kolagenolitik sangat meningkat
karena kolagenase banyak terdapat di jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah
bakteri oral maupun neutrophil (Daliemunthe dalam El Yussa, 2018).
4) Lesi Lanjut
Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik tahap keempat
yang disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan periodontal. Secara
mikroskopis, terdapat fibrosis pada gingiva dan kerusakan jaringan akibat peradangan
dan imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced, sel plasma berlanjut pada
jaringan konektif, dan neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan pada tahap ini
gingivitis akan berlanjut pada pada individu yang rentan.
lapisan luar dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang berbentuk
nodular pada gingiva (Manson & Eley, 2010).
Perawatan Gingivitis
Berikut beberapa perawatan yang dapat dilakukan pada peradangan gingiva atau
gingivitis antara lain:
1) Scaling dan Root Planing
Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi,
baik supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses
membuang sisa-sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum
untuk menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama scaling
dan root planing adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang
semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun kalkulus dari
permukaan gigi (Permatasari, 2018).
2) Penyikatan Gigi
Menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan berbagai
kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Dalam hal ini, kesempurnaan
hasil penyikatan lebih penting dari pada teknik penyikatannya (Permatasari, 2018)).
3) Flossing
Flossing merupakan metode yang paling direkomendasikan untuk
menghilangkan plak di bagian interproksimal, khususnya pada kondisi kesehatan
gingiva (Permatasari, 2018).
Prognosis Kriteria
Baik (good) Faktor etiologinya dapat terkontrol serta terdapat dukungan
periodontal yang adekuat.
Sedang (fair) 25% attachment loss dan/ furcation involvement kelas 1 (lokasi
dan kedalaman memungkinkan untuk dilakukan pembersihan,
dan pasien kooperatif).
Buruk (poor) 50% attachment loss dan furcation involvement kelas 2 (lokasi
dan kedalaman dapat dijangkau tetapi sulit).
Diragukan >50% attachment loss, rasio mahkota/akar yang buruk,
(questionable) furcation involvement kelas 2 atau kelas 3, dan kegoyangan
derajat 2 atau lebih.
Tidak ada harapan Severe attachment loss, dan disarankan diekstraksi.
(hopeless)
2. Dental Deposit
a. Definisi
Dalam kamus kedokteran umum yang diterbitkan oleh FKUI tahun 2011, deposit
didefinisikan sebagai sedimen atau endapan. Adapun dental deposit berarti segala massa
yang melekat erat pada permukaan gigi.
b. Macam-macam
1) Dental Plaque
Dental plaque merupakan akumulasi deposit lunak yang membentuk biofilm,
menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya pada rongga mulut
seperti gigi tiruan atau restorasi (Carranza, 2019). Plak dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
• Plak supragingival, yaitu plak yang terletak pada koronal atau di atas marginal
gingiva. Berupa lapisan kuning, putih di permukaan, dapat dideteksi oleh probe,
bakteri Gram positif.
• Plak subgingival, yaitu plak yang terletak di dalam sulkus/poket, terbentuk dari
perkembangan plak supragingival, bakteri Gram negatif.
2) Material Alba
Materia Alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-
abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Tidak
mempunyai struktur yang spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan air,
akan tetapi untuk penyingkiran yang sempurna diperlukan pembersihan secara
mekanis (Listrianah, 2017).
3) Kalkulus
Kalkulus adalah suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya didalam mulut, misalnya
restorasi dan gigi geligi tiruan (Listrianah, 2017).
• Kalkulus supragingival, yaitu kalkulus yang terletak pada koronal atau di atas
marginal gingiva, keras, padat, mudah dilepas dari permukaan gigi, berwarna
putih atau putih kekuningan dan bisa berubah jika berkontak dengan tembakau
atau makanan, terlihat pada pemeriksaan klinis, serta sering terlihat pada buccal
molar maksila dan lingual anterior mandibula karena pengaruh ductus saliva.
• Kalkulus subgingival, yaitu kalkulus yang terletak di bawah crest marginal
gingiva, keras, padar, melekat lebih erat, warna coklat gelap atau hijau kehitaman,
tidak terlihat pada pemeriksaan klinis, dapat dideteksi dengan alat, dan saat
gingiva resesi, kalkulus subgingival jadi terlihat sehingga disebut kalkulus
supragingival.
4) Acquired Pellices
Aquired pellicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna, translusen,
aseluler, dan bebas bakteri. Lokasinya tersebar merata pada permukaan gigi dan lebih
banyak terdapat pada daerah yang berdekatan dengan gingival (Listrianah, 2017).
Acquired pellicle ini dapat terbentuk setelah gigi erupsi dan setelah kutikula email
primer dan reduced email epithelium (Membran Nasmyth) hilang karena abrasi atau
pada permukaan gigi yang barusaja selesai disikat atau dibersihkan sehingga gigi
langsung berkontak dengan saliva dan flora mikroorganisme (Listrianah, 2017).
5) Food Debris
Food debris merupakan sisa makanan yang menjadi cair oleh enzim bakteri,
mudah dibersihkan oleh flow saliva serta aktivitasi pipi dan bibir. Kebanyakan debris
makanan akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit
setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan
gigi dan membran mukosa (Listrianah, 2017).
Walupun debris makanan mengandung bakteri, tetapi berbeda dari plak dan
material alba, debris ini lebih mudah dibersihkan. Kecepatan pembersihan debris dari
rongga mulut bervariasi menurut jenis makanan dan individunya (Listrianah, 2017).
6) Dental Stain
Dental stain ialah deposit berpigmen yang menempel pada permukaan gigi dan
biasanya terjadi karena pelekatan warna makanan, minuman, ataupun kandungan
nikotin, khususnya yang merupakan substansi penghasil stain gigi (Vania, 2019).
• Stain ekstrinsik, yaitu perubahan warna yang terjadi dari luar, karena agensia
yang menyebabkan perubahan warna menembus masuk kedalam jaringan gigi
(Yuni dalam Vania, 2019). Stain ekstrinsik biasanya terjadi karena pelekatan
warna makanan, minuman, ataupun kandungan nikotin khususnya pyridine yang
merupakan substansi penghasil stain gigi (CH. Putri dalam Vania, 2019).
• Stain intrinsik, yaitu perubahan warna yang mengenai bagian dalam struktur gigi
selama pertumbuhan gigi, yang penting sebagian besar perubahan warna terjadi
di dalam dentin dan relatif sukar dirawat. Contoh stain intrinsic ialah perubahan
warna karena tetrasiklin yang masuk kedalam struktur mineral gigi yang sedang
tumbuh (Vania, 2019).
3. Poket Periodontal
c. Klasifikasi
Menurut Carranza et al. (2019), poket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Poket gingival, yaitu poket yang terjadi karena pembesaran gingiva tanpa didasari
kerusakan jaringan periodontal. Sulkus menjadi lebih dalam karena peningkatan
sebagian besar gingiva.
2) Poket periodontal, yaitu poket yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal
dan kegoyangan gigi bahkan kehilangan gigi. Poket periodontal terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a) Suprabony (supracrestal atau supraalveolar), dimana bagian bawah poket
adalah koronal tulang alveolar.
b) Intrabony (infrabony, subcrestal, atau intraalveolar), dimana bagian bawah
poket adalah bagian apikal yang berdekatan dengan tulang alveolar. Pada tipe ini,
dinding lateral poket terletak di antara permukaan gigi dan tulang alveolar. Poket
dapat melibatkan satu, dua, atau lebih permukaan gigi dan dapat memiliki
kedalaman dan jenis yang berbeda pada permukaan gigi yang sama dan
mendekati permukaan interdental yang sama. Poket juga dapat spiral (yaitu,
berasal pada satu permukaan gigi dan sekeliling gigi yang melibatkan satu atau
lebih permukaan). Poket paling sering terjadi di bagian furkasi.
e. Patogenesis
Lesi awal dalam perkembangan periodontitis adalah peradangan gingiva sebagai
respons terhadap serangan bakteri. Perubahan yang terlibat dalam transisi dari sulkus
gingiva normal ke poket periodontal patologis berhubungan dengan proporsi yang berbeda
dari sel bakteri pada plak gigi. Gingiva yang sehat berhubungan dengan sedikit
mikroorganisme, kebanyakan sel kokoid dan batang lurus. Gingiva yang sakit dikaitkan
dengan peningkatan jumlah spirochetes dan batang motil. Namun, mikrobiota dari tempat
yang sakit tidak dapat digunakan sebagai prediktor perlekatan atau kehilangan tulang,
karena keberadaan mereka saja tidak cukup untuk memulai atau berkembangnya penyakit
(Carranza et al., 2019).
Respon inflamasi “host” terhadap serangan bakteri menyebabkan terjadinya
kerusakan kolagen dan tulang secara terus menerus. Mekanisme ini berhubungan dengan
berbagai sitokin, sebagian diproduksi secara normal oleh sel-sel pada jaringan yang tidak
mengalami inflamasi dan oleh sel yang terlibat dalam proses inflamasi seperti leukosit
polimorfonuklear (PMN), monosit, dan sel-sel lain yang menyebabkan kerusakan tulang
dan kolagen (Carranza et al., 2019).
Terdapat dua mekanisme yang berhubungan dengan kehilangan kolagen, yang
pertama ialah kolagenase dan enzim lainnya yang dikeluarkan oleh berbagai sel sehat dan
jaringan yang mengalami peradangan, seperti fibroblast, PMN, dan makrofag, menjadi
ekstraseluler dan menghancurkan kolagen (enzim yang mendegradasi kolagen dan
makromolekul matriks lainnya menjadi peptida kecil disebut matriks metalloproteinase)
(Carranza et al., 2019).
Mekanisme yang berhubungan dengan kehilangan kolagen yang kedua adalah
fibroblast memfagositosis serat kolagen dengan memperluas proses sitoplasma ke
ligamen-sementum dan menurunkan pemasukan fibril kolagen dan fibril dari matriks
sementum. Sebagai hasil dari peradangan, PMN menjadi meningkat dan mengurangi ujung
koronal epitel junctional. Ketika volume PMN mencapai sekitar 60% atau lebih dari epitel
junctional, jaringan kehilangan kohesifitas dan melepaskan diri dari permukaan gigi.
Dengan demikian bagian koronal epitel junctional terlepas dari akar dan bermigrasi,
sehingga terjadi pergeseran sulkus epitel mulut ke apikal secara bertahap dan
meningkatkan lapisan kedalaman sulkus (menjadi poket) (Carranza et al., 2019).
Daftar Pustaka