Anda di halaman 1dari 19

34

REGULASI SINTESIS ENZIM

Pendahuluan
Bagaimana sel dan organisme utuh mengatur dan mengkoordinasi seluruh
metabolisme ? Pertanyaan ini menjadi perhatian para pakar dalam berbagai bidang
pengetahuan biomedis seperti penyakit kanker, jantung, proses penuaan, fisiologi
mikroba, diferensiasi, metamorfosis, kerja hormon dan obat. Setiap bidang
pengetahuan ini akan memberikan contoh penting mengenai pengaturan enzim
yang normal atau abnormal. Banyak sel kanker memperlihatkan kelainan dalam
pengaturan komplemen enzim mereka; memberikan ilustrasi bahwa perubahan
dalam pengendalian gen merupakan peristiwa yang fundamental dalam sel kanker.
Virus onkogenik tertentu juga mengandung gen yang mengkode enzim tirosin-
protein kinase. Kalau enzim kinase ini diekspresikan dalam sel-sel hospes, enzim
tersebut dapat melakukan fosforilasi protein dan enzim yang dalam keadaan
normal seharusnya tidak terfosforilasi; peristiwa ini membawa perubahan yang
dramatis dalam fenotipe sel. Sifat perubahan ini tampaknya berada pada inti
transformasi onkogenik virus tipe tertentu. Kerja obat memberikan contoh penting
lainnya yang meliputi pengaturan enzim. Induksi enzim merupakan salah satu
penyebab biokimiawi yang penting untuk interaksi obat, yaitu keadaan di mana
pemberian satu obat mengakibatkan perubahan yang bermakna dalam
metabolisme obat lainnya.

PENGATURAN METABOLISME MENGHASILKAN HOMEOSTASIS


Konsep pengaturan homeostasis pada milieu internal menekankan
kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan intraselnya
sekalipun di dalam lingkungan eksternal terjadi perubahan. Konsep ini mengan-
dung makna bahwa reaksi yang dikatalisis-enzim akan berlangsung dengan
kecepatan reaksi yang responsif terhadap perubahan dalam milieu internal dan
eksternal. Suatu sel atau organisme dapat dianggap menderita sakit jika mem-
35

berikan respons yang tidak memadai atau tidak tepat terhadap sinyal internal atau
terhadap stres eksternal. Pengetahuan akan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan reaksi yang dikatalisis-enzim sangat penting baik untuk memahami
mekanisme homeostasis dalam sel-sel normal maupun untuk mengerti dasar
molekuler penyakit.

Aliran Metabolit Cenderung Bersifat Satu Arah

Semua reaksi kimia, termasuk reaksi yang dikatalisis-enzim, sampai taraf


tertentu bersifat reversibel. Akan tetapi di dalam sel hidup mungkin tidak terjadi
reversibilitas, karena hasil reaksi segera dikeluarkan lewat reaksi lain yang
dikatalisis-enzim. Aliran metabolit dalam sel hidup dapat disamakan dengan
aliran air dalam sebuah pipa. Meskipun pipa tersebut dapat mengalirkan air ke
segala arah, namun dalam prakteknya aliran tersebut bersifat satu arah. Aliran
metabolit dalam sel-sel hidup pun sebagian besar bersifat satu arah.
Keseimbangan sejati, yang berbeda jauh dari ciri kehidupan, hanya tercapai ketika
terjadi kematian sel. Sel hidup merupakan suatu sistem dalam keadaan dinamis
tetap yang dipertahankan oleh aliran metabolit satu-arah (Gambar 1). Dalam sel-
sel yang mature, konsentrasi rata-rata metabolit relatif tidak berubah selama
periode waktu yang lama. Fleksibilitas sistem yang selalu tetap ini dilukiskan
melalui pergeseran yang halus dan keseimbangan yang dapat mempertahankan
milieu internal yang konstan sekali pun terjadi perubahan besar pada asupan
makanan, air serta mineral, pengeluaran tenaga atau pun suhu eksternal.

Gambar 3-1. Sebuah sel yang ideal dalam keadaan tetap.


36

Kecepatan Reaksi Menanggapi Kebutuhan Fisiologi yang Selalu Berubah

Agar kehidupan berlangsung terus secara teratur, aliran metabolit melalui


lintasan anabolik dan katabolik harus diatur. Semua peristiwa kimiawi yang
diperlukan harus berlangsung dengan kecepatan sesuai dengan kebutuhan
organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Produksi ATP, sintesis
prekursor makromolekuler, transportasi, sekresi dan reabsorpsi tubuler semuanya
harus responsif terhadap perubahan halus dalam lingkungan sel, organ atau pun
hewan-utuh. Proses ini harus dikoordinasikan dan harus bereaksi terhadap
perubahan jangka-pendek dalam lingkungan eksternal (misalnya, penambahan
atau pengeluaran suatu nutrien) selain terhadap peristiwa intrasel yang terjadi
berkala (misalnya, replikasi DNA). Pengaturan berbagai proses metabolik di
dalam bakteri akan memberikan kerangka kerja konseptual untuk membahas
pengaturannya dalam tubuh manusia.

Tiga Mekanisme Umum Yang Mengatur Aktivitas Enzim

Aliran netto (net flow) karbon lewat setiap reaksi yang dikatalisis-enzim
dapat dipengaruhi melalui (1) pengubahan kuantitas absolut enzim yang ada, (2)
pengubahan ukuran depot reaktan yang bukan enzim, dan (3) pengubahan efisi-
ensi katalitik enzim. Ketiga pilihan ini seluruhnya dimanfaatkan dalam sebagian
besar bentuk kehidupan.

Kecepatan Sintetis dan Penguraian Menentukan Kuantitas Enzim

Kuantitas enzim ditentukan oleh kecepatan sintesisnya (ks) dan kecepatan


penguraiannya (kdeg) (Gambar 3- 2). Kuantitas enzim di dalam sel dapat dinaikkan
lewat peningkatan kecepatan sintesisnya (peningkatan ks), penurunan kecepatan
penguraiannya (penurunan kdeg), atau keduanya. Demikian pula, kuantitas enzim
yang lebih rendah dapat diakibatkan oleh penurunan ks, peningkatan kdeg, atau
kedua proses tersebut.
37

Senyawa Pemicu Menstimulasi Sintesis Enzim

Sel dapat mensintesis berbagai enzim spesifik sebagai reaksi terhadap


senyawa pemicu (inducer) yang spesifik dengan berat molekul rendah. Sebagai
contoh, Escherichia coli yang tumbuh pada glukosa tidak akan memfermentasikan
laktosa karena tidak mempunyai enzim -galaktosidase yang menghidrolisis
laktosa menjadi galaktosa dan glukosa. Jika laktosa atau senyawa -galaktosida
tertentu lainnya ditambahkan ke dalam media pertumbuhan, maka sintesis enzim
-galaktosidase dapat dipicu dan kemudian perbenihan bakteri tersebut mampu
mengkatabolisasikan laktosa.
Enzim yang konsentrasinya dalam sel tidak bergantung kepada senyawa
pemicu yang ditambahkan dinamakan konstitutif. Enzim tertentu dapat bersifat
konstitutif dalam salah satu strain, bisa dipicu dalam strain lainnya, dan tidak ter-
dapat dalam strain ketiga. Sel yang dapat dipicu untuk memproduksi enzim
tertentu atau protein lainnya biasanya mengandung protein dengan kadar basal
kecil tetapi masih terukur sekalipun tanpa ada senyawa pemicu yang ditambahkan.
Pewarisan genetik sel menentukan sifat maupun besaran reaksi terhadap suatu
pemicu. Dengan demikian, istilah "konstitutif' dan "dapat terpicu (inducible)"
merupakan istilah yang nisbi, seperti halnya istilah "panas" dan "dingin" yang
menggambarkan kondisi ekstrim suatu spektrum reaksi.

Gambar 3-2. Kuantitas enzim ditentukan oleh keseimbangan netto antara sintesis
enzim dan penguraian enzim. Ks dan K deg adalah konstanta
kecepatan untuk keseluruhan proses sintesis dan degradasi.
38

Pemicuan (induksi) enzim juga terjadi dalam eukariot. Contoh enzim yang
dapat dipicu pada binatang mencakup enzim triptofan pirolase, treonin dehidrase,
tirosin-a-ketoglutarat transaminase, invertase, enzim pada siklus urea, HMG-KoA
reduktase dan sitokrom P450.

Produk Akhir Merepresi Sintesis Enzim


Keberadaan bakteri dengan metabolit yang dihasilkan oleh biosintesis dalam
media pertumbuhan dapat menghalangi sintesis metabolit yang baru lewat represi.
Baik induksi maupun represi meliputi unsur-unsur cis, rangkaian DNA spesifik di
sebelah hilir gen yang mengkode enzim tertentu dan protein pengatur yang
bekerja secara trans. Di samping itu, metabolit yang spesifik berfungsi sebagai
korepresor atau koinducer (pembantu represi atau induksi) yang kalau terikat pada
protein yang kerjanya trans, dapat menguatkan atau melemahkan ikatannya
dengan unsur cis. Dengan demikian, kadar metabolit intrasel yang tinggi seperti
purin atau asam amino dapat merintangi sintesis enzim yang terlibat dalam
biosintesisnya sendiri.

Kecepatan Penguraian Enzim Spesifik

Kerentanan suatu enzim terhadap penguraian proteolitik bergantung kepada


konfirmasinya. Ada-tidaknya substrat, koenzim, atau pun ion logam, yang dapat
mengubah konformasi protein, akan mengubah kerentanan proteolitik. Dengan
demikian konsentrasi substrat, koenzim dan mungkin pula ion dalam sel dapat
mempengaruhi kecepatan penguraian enzim spesifik. Pengaturan kadar enzim
arginase hepar dapat melibatkan perubahan pada nilai ks atau kdeg. Setelah
seseorang mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein, kadar enzim arginase
hepar terlihat naik karena peningkatan kecepatan sintesis arginase. Kadar enzim
arginase hepar juga naik pada binatang yang kelaparan. Namun, di sini terjadi
penurunan kecepatan penguraian arginase, sedangkan ks tetap tidak berubah.
Dalam contoh kedua, baik penyuntikan glukokortikoid maupun konsumsi
triptofan keduanya menaikkan kadar enzim triptofan oksigenase pada mammalia.
39

Hormon glukokortikoidmenaikkan kecepatan sintesis oksigenase (menaikkan ks).


Namun, triptofan tidak mempunyai efek terhadap 1s tapi menurunkan kdeg dengan
membuat enzim oksigenase tersebut stabil terhadap pencernaan proteolitik.

Gambar 3-3. Perubahan prokimotripsin (pro-CT) menjadi -kimotripsin (-CT) dan


selanjutnya menjadi enzim -kimotripsin (CT).
Hormon glukokortikoid meningkatkan konsentrasi tirosin transaminase
dengan menstimulasi ks. Peristiwa ini merupakan kasus pertama yang dengan jelas
menunjukkan suatu hormon yang mengatur sintesis enzim pada mammalia.
Meskipun mempunyai efek fisiologik yang bersifat antagonistik, hormon insulin
dan glukagon tanpa bergantung satu sama lain meningkatkan nilai ks sampai
empat hingga lima kali lipat. Efek glukagon tersebut kemungkinan terjadi lewat
perantaraan cAMP.

Keuntungan Pengaturan Timbul dari Sintesis sebagai Prekursor Inaktif


Aktivitas enzim dapat diatur melalui pengubahan proenzim inaktif menjadi
bentuk katalitik aktif. Untuk menjadi bentuk katalitik aktif, proenzim tersebut
terlebih dahulu harus menjalani proteolisis terbatas, yaitu suatu proses dengan
disertai perubahan konformasi yang mengungkapkan atau "menciptakan" tempat
katalitik. Proses ini dilukiskan di bawah untuk enzim kimotripsin.
40

Gambar 3-4. Ikatan disulfida dalam rantai dan antar-rantai pada -kimotripsin (-
CT).

Banyak Protease Yang Disekresikan Sebagai Proenzim Dengan Sifat Katalitik


Inaktif
Protein tertentu dibuat dan disekresikan dalam bentuk protein prekursor
inaktif yang dikenal sebagai proprotein. Kalau protein tersebut berupa enzim,
proproteinnya dinamakan proenzim atau zimogen. Konversi proprotein menjadi
protein mature melibatkan proteolisis selektif, yaitu suatu proses yang mengubah
proprotein lewat satu atau lebih "pemotongan proteolitik (proteolytic clip)"
menjadi sebuah bentuk protein mature dengan aktivitas (enzimatiknya) yang khas.
Contoh protein yang dibuat sebagai proprotein mencakup hormon insulin
(proprotein = proinsulin), enzim digestif pepsin, tripsin serta kimotripsin (masing-
masing, proproteinnya = pepsinogen, tripsinogen serta kimotripsin), beberapa
faktor pada pembekuan darah dan rangkaian pelarutan bekuan darah serta protein
kolagen jaringan ikat (proprotein = prokolagen).

Proenzim Melancarkan Mobilisasi Cepat Aktivitas sebagai Respons terhadap


Kebutuhan Fisiologik
Mengapa protein tertentu disekresikan dalam bentuk inaktif ? Protein
tertentu pada hakekatnya dibutuhkan sepanjang waktu. Protein lainnya (misalnya,
enzim bagi pembekuan darah dan pencairan bekuan darah) hanya diperlukan
secara intermiten . Selanjutnya, kalau enzim yang diperlukan secara intermiten ini
dibutuhkan, kerapkali enzim tersebut dibutuhkan dalam waktu cepat. Proses fisio-
logis tertentu seperti pencernaan (digesti) bersifat intermiten tetapi cukup teratur
dan dapat diperkirakan (sekalipun sifat ini tidak dijumpai pada manusia primitif).
Proses fisiologis lainnya, seperti pembentukan bekuan darah, pencairan bekuan
41

dan perbaikan jaringan, hanya terjadi sebagai reaksi terhadap kebutuhan fisiologik
atau patofisiologik yang mendesak.
Dapat dipahami bahwa proses pembentukan dan pencairan bekuan darah
harus dikoordinasikan secara temporer untuk mencapai homeostasis. Di samping
itu, sintesis protease sebagai protein prekursor yang katalitik inaktif berfungsi
untuk melindungi jaringan asalnya (misalnya, pankreas) terhadap autodigesti.
Autodigesti dapat terjadi pada pankreatitis. Sintesis de novo protein yang
diperlukan mungkin tidak berlangsung cukup cepat untuk bereaksi terhadap
kebutuhan patofisiologik yang mendesak seperti kehilangan darah. Lagi pula,
depot asam amino yang adekuat dan lengkap harus tersedia. Lebih lanjut, proses
sekresi dapat berlangsung relatif lambat jika dibandingkan dengan kebutuhan atau
tuntutan fisiologiknya.

Aktivasi Prokimotripsin Memerlukan Proteolisis Selektif


Contoh konversi proprotein menjadi bentuk mature-nya yang aktif secara
fisiologis dapat melukiskan beberapa prinsip umum pada perubahan proprotein
menjadi protein:
(1) Proses tersebut melibatkan proteolisis selektif yang pada beberapa keadaan
hanya memerlukan pemotongan proteolitik yang tunggal.
(2) Produk proteolitik dapat terpisah atau tetap berikatan dalam protein yang
mature.
(3) Proses tersebut dapat (atau mungkin tidak) diikuti oleh perubahan berat
molekul yang bermakna.
(4) Konsekuensi utama pada proteolisis selektif adalah diperolehnya konformasi
yang baru.
(5) Jika proprotein tersebut berupa enzim, perubahan konformasi di atas akan
menghasilkan tempat katalitik pada enzim. Sebenarnya, proteolisis selektif
sebuah proenzim dapat dipandang sebagai suatu proses yang memicu
perubahan konformasi yang "menciptakan" tempat katalitik tersebut.
42

kompartementasi enzim memudahkan pengaturan metabolisme

Lokalisasi proses metabolik spesifik dalam sitosol atau dalam organel


seluler memudahkan pengaturan proses ini tanpa tergantung pada proses yang ber-
langsung di tempat lain. Dengan demikian, kompartementasi ekstensif proses
metabolisme yang menjadi ciri khas bentuk kehidupan yang lebih tinggi
memberikan kemampuan untuk pengaturan metabolisme yang dilakukan secara
halus. Pada saat yang sama, kompartementasi tersebut juga menimbulkan
permasalahan sehubungan dengan translokasi metabolit lewat rintangan
kompartemen. Kemampuan ini dicapai lewat "mekanisme ulang-alik (shuttle
mechanism)" yang mengubah metabolit menjadi bentuk yang permeabel ter-
hadap rintangan kompartmen yang diikuti oleh transportasi dan konversi balik
menjadi bentuk semula pada sisi lain rintangan tersebut. Proses interkonversi ini
sering memerlukan bentuk-bentuk sitosol dan kompartementasi dengan aktivitas
katalitik yang sama. Karena kedua bentuk enzim tersebut secara fisik terpisah,
maka pengaturannya yang independen lebih mudah dilakukan.

Konsentrasi Lokal Substrat, Koenzim Dan Kation Dapat Mengatur


Enzim

Konsentrasi rata-rata substrat, koenzim atau ion logam di dalam sel


mungkin kecil maknanya bagi perilaku in vivo suatu enzim. Diperlukan informasi
mengenai konsentrasi metabolit esensial pada lingkungan di sekitar enzim yang
bersangkutan. Akan tetapi, pengukuran kadar metabolit dalam kompartemen sel
yang berbeda ini tidak memperhitungkan diskontinuitas lokal kadar metabolit di
dalam kompartemen yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti dekatnya dengan
tempat masuk atau tempat produksi metabolit. Akhirnya, perbedaan antara kadar
metabolit total dan metabolit bebas umumnya hanya memperoleh sedikit per-
hatian. Sebagai contoh, sekalipun kadar total senyawa 2,3bifosfogliserat dalam
eritrosit tinggi sekali, kadar bifosfogliserat yang bebas (yaitu, yang tidak terikat
pada hemoglobin) sebanding dengan kadarnya dalam jaringan lain. Pertimbangan
43

serupa juga berlaku pada metabblit lain dengan adanya protein yang mengikatnya
secara efektif dan mengurangi kadarnya dalam keadaan bebas.
Ion logam, yang menjalankan peranan katalitik dan struktural pada lebih
seperempat dari semua enzim yang dikenal , dapat pula mengisi peranan pengatur,
khususnya bagi reaksi di mana ATP dan polianion lain merupakan substrat.
Aktivitas maksimal secara khas akan terlihat pada rasio molar ATP terhadap
logam di sekitar satu. Kelebihan logam atau kelebihan ATP merupakan hambatan.
Karena senyawa nukleosida di- dan trifosfat membentuk kompleks yang stabil
dengan kation dwivalensi, konsentrasi intrasel nukleotida dapat mempengaruhi
konsentrasi intrasel ion logam bebas dan dengan demikian mempengaruhi pula
aktivitas enzim tertentu.

Enzim Tertentu Diatur Oleh Efektor Alosterik

Aktivitas katalitik enzim pengatur tertentu diatur oleh efektor alosterik


berbobot molekul rendah yang umumnya tanpa atau dengan sedikit kemiripan
struktural dengan substrat atau pun koenzim bagi enzim yang diatur tersebut. Inhi-
bisi umpan-balik mengacu kepada penghambatan aktivitas enzim dalam lintasan
biosintesis oleh produk akhir lintasan tersebut. Untuk biosintesis produk D dari A,
yang dikatalisis oleh enzim Enz1 hingga Enz3 :
Enz1 Enz2 Enz3
A B  C  D

konsentrasi produk D yang tinggi ini secara khas akan menghambat perubahan A
menjadi B. Proses ini bukan hanya menyangkut "dukungan" produk antara tetapi
juga kemampuan D untuk mengikat dan menghambat Enz1. Dengan demikian
produk D bertindak sebagai efektor alosterik negatif atau inhibitor umpan-balik
(feedback inhibitor) Enz1. Karena itu, inhibisi umpan-balik Enz1 oleh produk D
mengatur sintesis produk D tersebut. Secara khas, produk D berikatan dengan
enzim yang sensitif pada tempat alosterik yang letaknya jauh dari tempat katalitik.
44

Kerapkali suatu lintasan biosintesis bercabang, dengan bagian permulaan


yang berfungsi untuk sintesis dua atau lebih metabolit penting. Gambar 3-5
memperlihatkan tempat-tempat yang mungkin merupakan tempat terjadinya inhi-
bisi umpan-balik yang sederhana dalam lintasan biosintesis bercabang (misalnya,
untuk asam amino, purin atau pirimidin). S1, S2 dan S3 merupakan prekursor
keseluruhan produk-akhir (A,B,C dan D), dan Sa prekursor produk B serta C, dan
SS semata-mata prekursor produk D. Dengan demkian, rangkaian:

S3  A
S4 B
S4  C
S3  S5  D

merupakan rangkaian reaksi linier yang bisa diperkirakan akan mengalami


hambatan umpan-balik oleh produk-akhirnya.

Gambar 3-5. Tempat-tempat inhibisi umpan-balik dalam lintasan biosintesis


bercabang. S1-Ss adalah senyawa-antara dalam blosintesis produk
akhir A-D. Anak panah lurus menggambarkan enzimenzim yang
mengkatalisis reaksi perubahan yang ditunjukkan. Anak panah
melengkung menggambarkan lingkaran umpan-balik dan me-
nunjukkan tempat-tempat yang mungkin terjadi inhibisi umpan-
balik oleh produk akhir spesifik.
45

Lingkaran Umpan-Balik yang Multipel Mengatur Lintasan Biosintesis


Bercabang
Pengendalian tambahan secara halus dihasilkan oleh sejumlah lingkaran
umpan-balik yang multipel (Gambar 3-6). Sebagai contoh, jika produk B terdapat
dalam jumlah yang berlebihan, kebutuhan akan S2 lalu menurun. Dengan demikian
kemampuan B untuk menurunkan produksi S2 memberikan keuntungan biologik.
Akan tetapi, jika produk B yang berlebihan tidak hanya memperlihatkan bagian
dari lintasan yang unik untuk sintesisnya sendiri tetapi juga bagian yang lazim
bagi lintasan untuk sintesis A, C atau D, maka B tentunya akan merintangi sintesis
keseluruhan empat produk-akhir tersebut. Jelas, hal ini tidak diinginkan. Namun
demikian timbul beberapa mekanisme un'tuk menghindari kesulitan ini.
Dalam inhibisi umpan-balik kumulatif, efek penghambatan dua atau lebih
produk-akhir pada enzim pengatur tunggal semata-mata bersifat tambahan.
Dalam inhibisi umpan-balik serempak atau multivalen, penghambatan
lengkap hanya terjadi kalau dua atau lebih produk akhir terdapat dengan jumlah
yang berlebihan.

Gambar 6. Inhibisi umpan-balik yang malemuk dalam sebuah Antasan


biosintesis bercabang. Yang bertumpuk pada lingkaran umpan-balik
sederhana (anak panah putus-putus, melengkung) adalah IMgkaran
umpan-balik majemuk (anak panah utuh, metengkung) ;yang
mengatur enzim-enzim yang lazim untuk biosintesis beberapa
produk akhir.
46

Dalam inhibisi umpan-balik kooperatif, produk-akhir tunggal yang terdapat


berlebihan akan menghambat enzim pengatur namun kalau terdapat dua atau lebih
produk-akhir, penghambatan tersebut jauh melampaui efek tambahan pada
inhibisi umpan-balik kumulatif.

Pengikatan Kooperatif suatu Substrat Mempunyai Keuntungan Fisiologis

Keuntungan kinetika pada pengikatan-substrat yang kooperatif sama dengan


keuntungan yang didapat dari pengikatan kooperatif 02 pada hemoglobin. Pada
konsentrasi substrat yang rendah, efektor alosterik merupakan inhibitor yang
efektif. Dengan demikian, efektor alosterik tersebut melakukan pengaturan yang
paling efektif pada saat kebutuhan yang paling besar, yaitu ketika substrat intrasel
mempunyai konsentrasi yang rendah. Dengan semakin banyaknya substrat yang
tersedia, pengaturan yang ketat semakin kurang diperlukan. Dengan
meningkatnya konsentrasi sub-strat, derajat inhibisi menjadi berkurang dan lebih
banyak produk yang terbentuk. Seperti halnya hemoglobin, kurva saturasi substrat
yang berbentuk sigmoid dengan adanya inhibitor juga memastikan bahwa
perubahan yang relatif kecil pada konsentrasi substrat akan mengakibatkan per-
ubahan aktivitas yang besar. Dengan demikian pengendalian aktivitas katalitik
yang peka akan dicapai lewat perubahan kecil pada konsentrasi substrat.
Akhirnya, melalui analogi dengan kurva saturasi 02 hemoglobin yang berlainan
pada spesies yang berbeda, enzim pengatur dari sumber-sumber yang berlainan
dapat mempunyai kurva saturasi berbentuk sigmoid yang bergeser ke kiri atau ke
kanan untuk menampung kisaran konsentrasi substrat dalam keadaan in vivo.

Pengaturan Umpan-Balik Tidak Sama Dengan Inhibisi Umpan-Balik


Dalam sel mammalia maupun bakteri, produk-akhir melakukan "umpan-
balik" dan pengendalian terhadap sintesisnya sendiri. Dalam banyak hal, proses
ini meliputi inhibisi umpan-balik enzim biosintesis awal. Walaupun begitu, kita
harus membedakan antara pengaturan umpan-balik, yaitu suatu istilah
fenomenologik yang tidak memiliki implikasi mekanistik, dan inhibisi umpan-
47

balik, yaitu suatu mekanisme untuk pengaturan banyak enzim bakteri dan
mammalia. Sebagai contoh, kolesterol yang ada dalam makanan akan membatasi
sintesis kolesterol dari asetat dalam jaringan mammalia. Namun pengaturan
umpan-bali:: ini tidak melibatkan inhibisi umpan-balik enzim awal pada bio-
sintesis kolesterol. Enzim awal (enzim HMG-KoA reduktase) akan dipengaruhi,
tetapi mekanisme tersebut melibatkan pembatasan oleh kolesterol atau metabolit
kolesterol pada ekspresi gen yang mengkode pembentukan HMG-KoA reduktase
(yaitu, represi enzim). Kolesterol yang ditambahkan langsung pada enzim HMG-
KoA reduktase tidak mempengaruhi aktivitas katalitiknya.

Modifikasi Kovalen Yang Reversibel Mengatur Enzim Mammalia Yang


Penting
Modulasi reversibel pada aktivitas-katalitik enzim dapat terjadi melalui
pelekatan kovalen gugus fosfat (terutama terjadi pada mammalia) atau nukleotida
(terutama terjadi pada bakteri). Enzim yang mengalami modifikasi kovalen
dengan disertai modulasi aktivitasnya disebut "enzim yang dapat saling berubah
(interconvertible enzyme)". Enzim yang dapat saling berubah terdapat dalam 2
keadaan aktivitas, yaitu yang satu dengan efisiensi katalitik tinggi sedangkan
lainnya dengan efisiensi katalitik rendah. Tergantung pada enzim yang
bersangkutan, fosfo- atau defosfoenzim bisa menjadi katalisator yang lebih aktif

Enzim Dapat Mempunyai Tempat Fosforilasi yang Multipel


Residu seril yang spesifik akan mengalami fosforilasi sehingga terbentuk
residu O-fosfoseril, atau residu tirosil mengalami fosforilasi untuk membentuk
residu O-fosfotirosil. Meskipun enzim yang bisa saling berubah (interconvertible
enzyme) dapat mengandung banyak residu Ser atau Tyr, fosforilasi bersifat sangat
selektif dan hanya terjadi pada sejumlah kecil; tempat. Tempat-tempat ini
mungkin tidak membentuk bagian dari tempat katalitik, paling tidak dalam
pengertian stritktural primer, dan dengan demikian merupakan contoh tetnpat
alosterik yang lain.
48

Protein Kinase dan Fosfatase merupakan Protein Pengubah

Fosforilasi dan defosforilasi protein dikatalisis oleh enzim protein kinase


dan protein fosfatase (protein pengubah/ konverter) (Gambar 3-7). Kemampuan
protein kinase ini untuk mengenali motif atau pola yang berbeda pada struktur
primer merupakan sebagian penyebab terdapatnya spesifisitas yang tinggi pada
enzim tersebut. Protein pengubah itu sendiri dapat berupa enzim yang bisa saling
mengubah. Jadi terdapat enzim protein kinase kelompok kinase dan protein kinase
kelompok fosfatase yang mengkatalisis interkonversi protein-protein pengubah
ini. Aktivitas protein fosfatase akan diatur clan aktivitas protein kinase maupun
protein fosfatase berada di bawah pengendalian hormonal serta neural, kendati
pada sebagian besar kasus masih belum jelas bagaimana rincian bekerjanya kedua
enzim tersebut secara tepat.

Fosforilasi-Defosforilasi Memakai ATP

Sejumlah reaksi yang terlihat dalam Gambar 9 menyerupai reaksi untuk


interkonversi glukosa serta glukosa 6-fosfat atau interkonversi fruktosa 6-fosfat
serta fruktosa 1,6-bifosfat . Hasil netto fosforilasi dan kemudian defosforilasi 1
mol substrat (enzim atau gula) adalah hidrolisis 1 mol ATP.
Aktivitas enzim kinase (yang mengkatalisis reaksi 1 serta 3) dan fosfatase
(yang mengkatalisis reaksi 2 dan 4) dengan sendirinya dapat diatur, karena kalau
tidak; kedua jenis enzim tersebut akan bekerja bersama untuk mengkatalisis
proses hidrolisis ATP yang tidak terkendali.
1. Glukosa + ATP  ADP + Glukosa 6-P
2. H20 + Glukosa 6-P  Pi + Glukosa
Netto: H20 + ATP -+ ADP + Pi

3. Enz-Ser-OH + ATP  ADP + Enz-Ser-O-P


4. H20 + Eru-Ser-O-P  ADP + Pi + Enz-ser-OH
Netto: H20 + ATP -4 ADP + Pi
49

Gambar 3-7. Modifikasi kovalen suatu enzim-diatur oleh fosforilasi-


defosforilasi residu Ser.

Modifikasi Kovalen Mengatur Aliran Metabolit

Pengaturan aktivitas enzim oleh fosforilasi-defosforilasi memperlihatkan


analogi dengan pengaturan oleh inhibisi umpan-balik. Keduanya menghasilkan
pengaturan jangkapendek aliran metabolit sebagai reaksi terhadap sinyal fisiologis
yang khas; keduanya bekerja tanpa mengubah ekspresi gen. Baik proses
fosforilasi defosforilasi maupun inhibasi umpan-balik bekerja pada enzim awal
suatu rangkaian metabolisme (sering rangkaian biosintesis) yang panjang; dan
keduanya lebih bekerja pada tempat-tempat alosterik ketimbang pada tempat
katalitik. Namun demikian, inhibisi umpan-balik melibatkan protein tunggal clan
kurang menunjukkan sifat hormonal serta neural. Sebaliknya, pengaturan enzim
mammalia oleh fosforilasi-defosforilasi melibatkan beberapa protein serta ATP,
dan berada di bawah pengendalian langsung neural serta hormonal.

KESIMPULAN

Pengaturan aktivitas enzim memberikan kontribusi pada cara utama untuk


melestarikan homeostasis: mempertahankan lingkungan intrasel dan
intraorganisme yang relatif konstan dalam menghadapi fluktuasi yang luas pada
lingkungan eksternal (seperti perubahan suhu, ada tidaknya air atau makanan
50

spesifik): Untuk mencapai homeostasis, kecepatan sejumlah besar reaksi biokimia


harus responsif terhadap kebutuhan fisiologis. Bagaimana hal ini dapat dicapai ?
Konsentrasi lokal substrat, kompartementasi dan sekresi sebagai proenzim
atau zimogen yang katalitik-inaktif (misalnya, kimotripsin) semuanya turut
membentuk pengaturan berbagai proses metabolik. Banyak enzim protease dan
protein yang diekspor lainnya disekresikan sebagai proprotein yang biologis
lengai (inert) dan harus menjalani pemecahan proteolitik selektif agar terbentuk
enzim atau hormon yang biologis aktif. Contohnya. adalah kimotripsin, insulin
dan berbagai enzim protease dalam rangkaian proses pembentukan serta pencairan
bekuan darah. Sekresi dalam bentuk prekursor inaktif akan memberikan
perlindungan terhadap kerja enziin itu sendiri sampai kebutuhannya timbul;
sekresi sebagai prekursor inaktif juga melancarkan mobilisasi cepat suatu aktivitas
tanpa memerlukan sintesis protein yang baru. Satu atau lebih peristiwa proteo-litik
selektif akan memicu perubahan konformasi yang mendekatkan dan menyusun
residu yang tadinya berjauhan sehingga terbentuk tempat katalitik. Peptida yang
terbentuk melalui proteolisis selektif dapat dibuang (misalnya, dua dipeptida pada
kimotripsin) atau tetap berikatan lewat ikatan disulfida (peptida A, B dan C pada
kimotripsin dan rantai A serta B pada hormon insulin).
Perubahan yang cepat dan halus dalam aktivitas katalitik enzim utama
yang diatur memainkan peranan penting dalam penyaluran metabolik secara
selektif ke salah satu proses metabolik. Enzim yang diatur cenderung berupa
enzim yang mengkatatisis reaksi yang dini-acapkali reaksi yang paling dini-yang
unik bagi rangkaian tertentu reaksi metaaolik. Aktivitas katalitik pada enzim yang
diatur dapat dimodulasi (misalnya, disetel berulang antara keadaan aktivitas
katalitik yang tinggi dan yang rendah) tanpa adanya sintesis protein yang baru
atau pun penguraian protein. Modulasi dicapai kalau metabolit yang spesifik
sudah terikat pada enzim yang diatur, yaitu umumnya pada tempat alosterik yang
letaknya jauh dari tempat katalitik. Modulasi aktivitas enzim lewat perubahan
konformasi pada tempat katalitik dapat meliputi perubahan Km untuk substrat,
perubahan Vmaks untuk keseluruhan reaksi atau pengaruh pada Km maupun Vmaks.
51

Kurva saturasi substrat untuk inhibisi alosterik kerapkali berbentuk sigmoid


sehingga persamaan Michaelis-Menten tidak berlaku. Evaluasi kuantitatif
terhadap kooperativitas enzim alosterik memakai persamaan Hill. Untuk proses
biosintesis, inhibisi umpan-balik meliputi metabolit pengatur yang "secara
biosintetik terletak di sebelah hulu" dalam enzim yang bersangkutan (misalnya,
inhibisi transkarbamoilase oleh CT). Untuk rangkaian reaksi katabolik, metabolit
yang secara "biodegradasi terletak di sebelah hilir" dalam enzim yang diatur
bekerja sebagai regulator (misalnya, inhibisi fosfofruktokinase oleh ATP atau
sitrat). Kalau terdapat lebih dari satu metabolik yang mengatur secara umpan-
balik enzim tertentu, kerja metabolit pengatur yang multipel ini dapat bersifat
kumulatif, kooperatif atau multivalen. Di samping itu, metabolit tertentu dapat
mengatur aktivitas beberapa enzim, di mana masing-masing enzim bersifat unik
bagi rangkaian reaksi metabolik tertentu (lingkaran umpan-balik yang multipel).
Pada eukariot manusia dan organisme lainnya, aktivitas banyak enzim diatur
lewat modifikasi kovalen dan pengaturan ini paling sering dilakukan oleh
fosforilasi yang bergantung pada ATP dengan selanjutnya akan terjadi penge-
luaran fosfat dalam bentuk ortofosfat anorganik melalui proses hidrolisis.
Fosforilasi selektif, yang terjadi paling sering pada residu Ser atau Tyr yang
spesifik dan defosforilasi yang terjadi kemudian, dikatalisis oleh enzim protein
kinase serta protein fosfatase (enzim pengubah/konverter). Aktivitas enzim
pengubah ini sendiri akan diatur. Dengan demikian, enzim yang menjadi target
dan enzim pengubahnya dapat membentuk bagian dari rangkaian pengaturan yang
responsif terhadap sinyal yang dipicu oleh hormon atau messenger sekunder
seperti cAMP.
52

KEPUSTAKAAN

1. Crabtree B, Newsholme EA: A systematic approach to describing and


analyzing metabolic control systems. Trends Biochem Sci 1987; 12:4.
2. Falfvey E, Schibler U: How are the regulators regulated? Fed Am Soc Exp
Biol J 1990;5:309.
3. Harris RA et al: Molecular cloning of the branched-chain a-ketoacid
dehydrogenase kinase and the CoA-dependent methylmalonate
semialdehyde-dehydrogenase. Adv Enzyme Regu11993;33:255. Johnson LN,
Barford D: The effect of phosphorylation on the structure and funstion of
proteins. Annu Rev biophys Biomols Struct 1993; 22:199.
4. Kacser H, Porteus JW: Control of metabolism: What have we to measure?
Trends Biochem Sci 1987;12:5.
5. Kennely PJ, Krebs EG: Consensus sequences as substrate specificity
determinants for protein kinases and protein phosphatases. J Biol Chem
1991;266:15555.
6. Pilkis SJ et al: 6-Phosphofructo-2-kinaseffructose-2,G-bis-phosphatase: A
metabolic signaling enzyme. Annu Rev Biochem 1995;64:799. Roach PJ:
Multisite and hierarchical protein phosphorylation. J Biol Chom
1991;266:14139.
7. Schlesinger MJ, Hershko A: The Ubiquitin System. Cold Spring Harbour
Press, 1988.
8. Scriver CR et al (editors): The Metabolic Basis of Inherited Disease, 7th ed.
McGraw-Hill, 1995.
9. Soderling TR: Role of hormones and protein phosphorylation in metabolic
regulation. Fed Proc 1982;41:2lr15.
10. Stadman ER, Chock PB (Editors): Current Topics in Celular Regulation.
Academic, 1969 to the present.
11. Weber G (editor): Advances in Enzyme Regulation. Pergamon Press, 1963-
present.

Anda mungkin juga menyukai