Anda di halaman 1dari 15

58

Fisiologi Embrio (P erkembangan M inggu K etiga)

Gastrulasi: Pembentukan Mesoderm dan Endoderm Embrional


Peristiwa yang paling khas dalam minggu ketiga adalah gastrulasi, yaitu
proses yang membentuk ketiga lapisan germinal pada embrio. Gastrulasi mulai
dengan pembentukan primitive streak (garis primitif) pada permukaan epiblas
(Gambar 4.1, 4.2A, dan 4.5). Mula-mula batas garis ini samar-samar (Gambar
4.1), tetapi pada mudigah I5 sampai 16 hari, garis ini jelas terlihat sebagai alur
sempit dengan sedikit daerah penonjolan pada kedua tepinya (Gambar 4.2A).
Ujung kepala garis ini yang dikenal sebagai primitive node (nodus primitif),
berupa daerah yang sedikit meninggi di sekeliling primitive pit (lubang
primitif) (Gambar 4.2). Pada potongan melintang melalui daerah sulkus
primitif (primitive groove), tampak bahwa sel-selnya berbentuk seperti botol
dan bahwa muncul sebuah lapisan sel baru di antara epiblas dan hipoblas
(Gambar 4.2, B dan C). Sel-sel epiblas berpindah mengikuti alur arah garis
primitif (Gambar 4.2) untuk membentuk mesoderm dan entoderm
intraembrional. Setelah tiba di daerah garis tersebut, sel-sel ini menjadi
berbentuk seperti botol, memisahkan diri dari epiblas, dan menyisip di
bawahnya (Gambar 4.2B). Pergerakan masuk ke dalam ini dikenal sebagai
invaginasi. Begitu sel telah terinvaginasi, sebagian menempatkan diri di antara
epiblas dan endoderm yang baru saja terbentuk untuk membentuk mesoderm.
Sel-sel yang tetap berada di epiblas kemudian membentuk ektoderm. Dengan
demikian epiblas, walaupun terjadi proses gastrulasi, merupakan sumber dari
semua lapisan germinal pada embrio (yaitu, ektoderm, mesoderm, dan
endoderm) (Gambar 4.2B dan 4.4B).
Karena semakin banyak sel yang menyusup masuk di antara lapisan
epiblas dan hipoblas, maka mereka mulai menyebar ke arah lateral dan ke arah
kepala (Gambar 4.2). Berangsur-angsur, sel-sel tersebut bergerak melampaui
batas cakram dan membuat hubungan dengan mesoderm ekstraembrional yang
membungkus kantung kuning telur dan amnion. Ke arah kepala, sel-sel ini
melewati samping kanan dan kiri lempeng prekordal dan saling bertemu di
59

depan lempeng ini, di mana mereka membentuk lempeng kardiogenik atau


lempeng pembentuk jantung (Gambar 4.3A dan 12.2).

Pembentukan Notokord

Sel-sel prenotokord yang menjalani invaginasi di lubang primitif,


bergerak maju menuju ke arah kepala sampai mencapai lempeng prekordal
(Gambar 4.3). Sel-sel prenotokord ini terkumpul di dalam hipoblas, sehingga
dalam waktu singkat, garis di tengah-tengah embrio terdiri dari dua lapisan
sel yang membentuk lempeng notokord (Gambar 4.3, B dan C). Karena
hipoblas tersebut digantikan oleh sel-sel endoderm yang bergerak masuk
pada sulkus primitif, sel-sel pada lempeng notokord berproliferasi dan lepas
dari endoderm. Kemudian mereka membentuk tali sel yang padat, notokord
definitif (Gambar 4.3, D dan E), yang berada di bawah tuba neuralis dan
menjadi dasar bagi kerangka sumbu badan. Karena pemanjangan notokord
merupakan suatu proses yang dinamik ujung kranial terbentuk pertama kali,
dan daerah daerah kaudal ditambahkan karena garis primitif berada pada
posisi yang lebih kaudal.
60

Gambar 4.1.A Gambar skematik tempat implantasi pada akhir minggu ke-2. B. Gambar
cakram mudigah pada akhir minggu kedua perkembangan. Rongga amnion telah dibuka
untuk dapat melihat sisi dorsal epiblas. Perhatikan bahwa hipoblas dan epiblas saling
berhubungan satu dengan yang lain dan bahwa garis primitif membentuk suatu alur dangkal
di daerah kaudal embrio.
61

Gambar 4.2.A. Gambar skematik sisi dorsal cakram mudigah berumur 16 hari, yang
menunjukkan pergerakan sel-sel epiblas permukaan (garis-garis hitam pekat) melalui garis dan
nodus primitif dan kemudian migrasi sel di antara hipoblas dan epiblas (garis putus-putus). B.
Potongan melintang melalui daerah kranial garis primitif pada 15 hari, yang memperlihatkan
invaginasi sel epiblas. Untuk bergerak masuk sel-sel pertama menggeser hipoblas untuk
membentuk endoderm definitif. Begitu endoderm definitif terbentu, gerak masuk epiblas
membentuk mesoderm. C. Skaning mikroskop elektron melalui garis primitif seekor embrio tikus,
yang memperlihatkan migrasi sel epiblas.
62

Gambar 4.3 Gambar-gambar skematik dan gambar mikroskop elektron yang melukiskan pem-
bentukan notokord yang dilewati sel-sel prenotokord yang bermigrasi melalui garis primitif,
diletakkan di dalam endoderm hingga membentuk lempeng notokord, dan akhirnya lepas dari
endoderm membentuk notokord definitif. Karena peristiwa-peristiwa ini terjadi dengan urutan dari
kranial ke kaudal, bagian-bagian notokord definitif pertama kali terbentuk di daerah kepala. A.
Gambar potongan sagital melalui embrio 17 hari. Bagian paling kranial dari notokord definitif
sudah terbentuk di dekat lempeng prekordal, sedangkan sel-sel prenotokord untuk daerah ini
diletakkan di dalam endoderm sebagai lempeng notokord.
63

B. Gambar mikroskop elektron embrio tikus, yang memperlihatkan daerah lempeng prekordal
(panah). Di sebelah posterior daerah ini dan berjalan ke arah kaudal adalah lempeng prenotokord
(ujung panah). C. Potongan lintang skematik melalui daerah lempeng notokord. Segera, lempeng
notokord akan terlepas dari endoderm untuk membentuk notokord definitif. D. Gambar mikroskop
elektron embrio tikus, yang memperlihatkan terlepasnya lempeng notokord dari endoderm. E.
Gambar skematik yang memperlihatkan notokord definitif. F. Gambar mikroskop elektron pada
embrio tikus, yang memperfihatkan notokord definitif (panah) di dekat tuba neuralis (NT).
64

Gambar 4.4.A. Gambar mikroskop elektron (pandangan dorsal) embrio tikus (sebanding dengan
kira-kira manusia 18 hari), yang memperlihatkan tonjol awal lipat neural kranial (CF). Garis
primitif terletak lebih jauh di sebelah kaudal dan tertutup dari pandangan. B. Potongan melintang
melalui embrio yang diperlihatkan pada A (lihat garis potongan). Perhatikan tiga lapisan germinal:
sel-sel silinder neuroektoderm berlapis semu (Ec), endoderm gepeng (En), dan mesenkim (Me)
yang terletak di antara kedua lapisan ini, *, sel mitotik.
Notokord dan sel-sel prenotokord meluas ke arah kranial menuju lempeng
prekordal (bakal membran bukofaringealis) dan ke arah kaudal menuju ke lubang
primitif. Pada titik di mana lubang tersebut membentuk suatu lekukan pada
65

epiblas, sebuah saluran kecil, saluran neurenterik, untuk sementara waktu


berhubungan dengan rongga amnion dan rongga kantung kuning telur (Gambar
4.3A).
Membran kloaka terbentuk di ujung kaudal diskus embrional (Gambar
4.2A). Selaput ini mempunyai struktur yang sama dengan lempeng prekordal
dan terdiri dari sel-sel ektoderm dan endoderm yang menempel ketat tanpa
diselangi oleh mesoderm. Ketika selaput kloaka muncul, dinding posterior
kantung kuning telur membentuk divertikulum (tonjolan) kecil yang menonjol
ke dalam tangkai penghubung. Tonjolan ini, divertikulum allantoenterik atau
allantois, nampak kira-kira pada hari ke-16 perkembangan (Gambar 4.3A).
Walaupun pada beberapa vertebrata tingkat rendah allantois menjadi tempat
penampungan untuk zat-zat ekskresi dari sistem ginjal, pada manusia allantois
tetap rudimenter, tetapi mungkin saja terlibat pada kelainan-kelainan
perkembangan kandung kemih .

Pertumbuhan Cakram Mudigah


Cakram mudigah, yang mula-mula rata dan bundar (Gambar 4.2A),
berangsur-angsur memanjang dengan ujung kepala lebar dan ujung kaudal sempit
(Gambar 4.4A dan 4.5, A dan B). Perluasan cakram mudigah terutama terjadi di
daerah kepala; daerah garis primitif kurang lebih tetap sama besarnya.
Pertumbuhan dan pemanjangan bagian
66

Gambar 4.5.A. Gambar aspek dorsal embrio 18 hari. Embrio berbentuk seperti buah pir dan
memperlihatkan garis serta nodus primitif di ujung kaudalnya. B. Foto embrio manusia 18 hari,
pandangan dorsal. Perhatikan nodus primitif, dan yang menjulur ke depan daripadanya, notokord.
Kantung kuning telur bentuknya agak bertotol-totol.

kepala cakram tersebut disebabkan oleh migrasi sel yang terus-menerus dari
daerah garis primitif menuju ke arah kepala. Invaginasi sel-sel permukaan di garis
primitif dan kemudian perpindahannya ke depan dan lateral tersebut berlangsung
terus hingga akhir minggu keempat. Pada tingkat ini, garis primitif menunjukkan
perubahan-perubahan regresif, dengan cepat menyusut, dan segera menghilang.
Bahwa ujung kaudal cakram terus-menerus memasok sel-sel baru hingga
akhir minggu keempat mempunyai arti penting pada perkembangan mudigah
tersebut. Pada bagian kepala, lapisan-lapisan germinal mulai mengadakan
diferensiasi spesifik pada pertengahan minggu ketiga, sedangkan di bagian kaudal
diferensiasi ini terjadi menjelang minggu keempat. Dengan demikian, gastrulasi
atau pembentukan lapisan-lapisan mudigah berlanjut terus di segmen-segmen
kaudal, sementara struktur kranial sedang berdiferensiasi dan embrio berkembang
secara sefalokaudal.
67

Gembar 4.6 Sirenomelia (disgenesis kaudal), Kehilangan mesoderm di daerah lumbosakral


mengakibatkan penyatuan bakal tungkai bawah dan cacat-cacat lainnya.

Perkembangan Trofoblas Lebih Lanjut

Menjelang permulaan minggu ketiga, trofoblas ditandai oleh villi primer


yang terdiri atas inti sitotrofoblas yang dibungkus oleh selapis sinsitium
(Gambar 3.6 dan 4.8A). Pada perkembangan selanjutnya, sel-sel mesoderm
menembus inti villi primer dan tumbuh ke arah desidua. Susunan yang baru
terbentuk ini dikenal sebagai villi sekunder (Gambar 4.8B).
Menjelang akhir minggu ketiga, sel-sel mesoderm dalam inti villi mulai
berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh darah kecil, dengan demikian
membentuk susunan kapiler villi (Gambar 4.8C). Villi ini disebut villi tersier
atau villi plasenta definitif. Pembuluh kapiler di dalam villi tersier berhubungan
dengan kapiler yang berkembang di dalam mesoderm lempeng korion dan di
tangkai penghubung (Gambar 4.9 dan 4.10). Selanjutnya pembuluh-pembuluh
darah ini membentuk hubungan dengan sistem peredaran darah di dalam
mudigah, sehingga menghubungkan plasenta dengan mudigah. Oleh karena itu,
ketika jantung mulai berdenyut pada minggu keempat perkembangan, sistem
68

villi ini telah siap memasok mudigah khususnya memasok zat makanan dan
oksigen yang penting.

Gambar 4.7 Teratoma sakrokoksigeal yang diakibatkan oleh sisa-sisa garis primitif. Tumor-tumor
ini bisa menjadi ganas den lebih sering terjadi pada anak perempuan.

Sementara itu, sel-sel sitotrofoblas di dalam villi terus menembus ke

dalam sinsitium di sekitarnya hingga mencapai endometrium ibu. Di sini


mereka mengadakan hubungan dengan tonjol-tonjol yang sama dari villi
sebelahnya, sehingga terbentuklah suatu kulit sitotrofoblas luar yang tipis
(Gambar 4.9 dan 4.10). Kulit ini lambat laun mengelilingi seluruh trofoblas
dan melekatkan kantung korion kuat-kuat ke jaringan endometrium ibu
(Gambar 4.10). Villi yang menjulur dari lempeng korion ke desidua basalis
(lempeng desidua) disebut villi batang atau villi penambat. Villi yang keluar dari
sisi-sisi villi batang merupakan villi bebas (terminal), tempat terjadinya
pertukaran nutrien, dll. (Gambar 4.11).

Gambar 4.8 Gambar skematik untuk memperlihatkan perkembangan vilus. A. Potongan melin-
tang vilus primer, yang memperlihatkan inti sel-sel sitotrofoblas yang dibungkus oleh selapis
sinsitium. B. Potongan melintang sebuah villus sekunder dengan inti mesoderm yang dibungkus
dengan sebuah lapisan sel sitotrofoblas, yang, dibungkus lagi oleh sinsitium. C. Mesoderm villus
memperlihatkan banyak kapiler den venula.
69

Gembar 4.9 Gambar skematik potongan longitudinal melalui sebuah villi pada akhir minggu
ketiga perkembangan. Perhatikan bahwa pembuluh darah ibu menembus kulit sitotrofoblas dan
memasuki rongga antar villi, yang mengelilingi villi tersebut. Kapiler villi berhubungan dengan
pembuluh yang terdapat di lempeng korion dan tangkai penghubung, yang selanjutnya akan
dihubungkan dengan pembuluh darah mudigah.

Rongga korion, sementara itu, terus bertambah besar, dan pada hari ke-19
dan ke-20 mudigah menempel ke kulit trofoblasnya hanya dengan suatu tangkai
penghubung kecil (gambar 4.10). Tangkai penghubung ini kemudian berkembang
menjadi tali pusat, dan menjadi penghubung antara plasenta dengan mudigah.

RINGKASAN

Peristiwa paling khas yang terjadi pada minggu ketiga adalah gastrulasi,
yang mulai dengan munculnya garis primitif yang pada ujung kepalanya terdapat
nodus primitif. Di daerah nodus dan garis ini sel-sel epiblas bergerak masuk
(invaginasi) membentuk lapisan-lapisan sel baru: endoderm dan mesoderm.
Karena itu, epiblas semuanya menghasilkan tiga lapisan mudigah pada mudigah
tersebut. Sel-sel dari lapisan mudigah mesoderm intraembrional (Gambar 4.4B)
bermigrasi di antara dua lapisan mudigah lainnya sampai terbentuk hubungan
dengan mesoderm ekstraembrional yang membungkus kantung kuning telur dan
amnion (Gambar 4.2 dan 4.3).
70

Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk di dalam lubang primitif,


bergerak ke depan hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkan
diri dalam endoderm sebagai lempeng notokord (Gambar 4.3). Pada
perkembangan selanjutnya, lempeng ini mengelupas dari endoderm, dan
terbentuklah sebuah tali padat, notokord. Notokord membentuk sumbu tengah,
yang akan menjadi dasar bagi kerangka sumbu badan (Gambar 4.3). Karena
itu, pada akhir minggu ke-3, terbentuklah tiga lapisan mudigah yang terdiri
dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm, dan diferensiasi jaringan dan organ
sudah mulai.
71

Gambar 4.10 Diagram yang memperlihatkan mudigah presomit dan trofoblas pada akhir minggu
ketiga. Villi batang tersier dan sekunder membuat trofoblas mempunyai gambaran radial yang khas.
Rongga antar villi ditemukan di seluruh trofoblas dan dilapisi oleh sinsitium. Sel-sel sitotrofoblas
mengelilingi seluruh trofoblas dan berhubungan langsung dengan endometrium. Mudigah
digantungkan di dalam rongga korion melalui tangkai penghubung.

Pada saat yang sama, trofoblas cepat berkembang. Villi primer


sudah memiliki inti mesenkim, tempat munculnya pembuluh-pembuluh
kapiler kecil (Gambar 4.10). Ketika kapiler villi ini berhubungan dengan
kapiler di dalam lempeng korion dan tangkai penghubung, sistem villi
tersebut sudah siap memasok zat-zat makanan dan oksigennya kepada
mudigah (Gambar 4.10).
72

Daftar Kepustakaan
1. Aplin JD. Implantation, trophoblast differentiation and hemochorial
placentation : mechanistic evidence in vivo and in vitro. J Cell Sci 99: 681,
1991
2. O'Rahilly R: Developmental stages in Human Embryos. Part A. Embryos
of the First Three Weeks (Stages One to Nine). Washington, DC,
Carnegie Institution of Washington, 1973.
3. Sulik KK, Lauder 1M, Dehart DB: Brain malformations in prenatal mice
following acute maternal ethanol administration. lnt J Dev Neurosci 2:203,
1984.
4. Tam PPL, Bedding RSP: the formation of mesodermal tissues in the mouse
embryo during gastrulation and early organogenesis. Development 99:109,
1987.

Anda mungkin juga menyukai