Anda di halaman 1dari 8

4.

Neurulasi pada mamalia


Pembentukan Sistem Saraf Pusat Mamalia
Ada empat tahapan perubahan dari sel pluripoten yaitu epiblast menjadi
sel prekursor sel saraf atau disebut neuroblas, yaitu: (1) kompeten, dimana dalam
sel ‘multipotent’ dapat menjadi neuroblas jika sel tersebut dihadapkan dengan
sinyal yang tepat, (2) spesifikasi, sel telah menerima sinyal untuk menjadi
neuroblas, tetapi perkembangan agar neuroblas berdeferensiasi masih memerlukan
sinyal yang lainnya, (3) penentuan neuroblas untuk memasuki jalur diferensiasi
sehingga terbentuk neuron, (4) diferensiasi, dimana gen neuroblas akan
terekspresi sehingga neuroblas berkembang menjadi neuron yang memiliki
struktur spesifik.
Lapisan ektodermal dorsal yang akan menjadi ektoderm sistem saraf
bentuk selnya mengalami perubahan menjadi kolumnar. Wilayah embrio seperti
ini disebut keping neural, selanjutnya jaringan keping neural akan membentuk
bumbung neural yaitu bakal sistem saraf pusat, prosesnya disebut neurulasi dan
embrio yang mengalami perubahan tersebut dinamakan neurula. Bumbung neural
bagian anterior membentuk otak sedangkan bagian posterior membentuk medula
spinalis (Lestari, et al., 2013).
Pembentukan Bumbung Neural
Ada dua cara utama konversi keping neural menjadi bumbung neural,
yaitu: (1) pada neurulasi primer, sel-sel yang mengelilingi keping neural langsung
berproliferasi serta berinvaginasi dan menonjol dari permukaan sehingga
terbentuk sebuah tabung berongga, (2) pada neurulasi sekunder, bumbung neural
terbentuk dari gabungan sel mesenkim yang membentuk pembuluh yang
berongga. Umumnya, pembentukan bumbung neural anterior terjadi dari neurulasi
primer, sedangkan bumbung neural posterior terjadi melalui neurulasi sekunder.

Gambar di nomerin de.... : Neurulasi primer (Gilbert, 2003)


Gambar di nomerin de..... : Neurulasi sekunder (Gilbert, 2003)

Neurulasi primer membagi ektoderm menjadi tiga bagian lapisan sel,


yaitu: (1) lapisan ektoderm internal diposisikan sebagai bumbung neural yang
akan membentuk otak dan sumsum tulang belakang, (2) epidermis eksternal akan
diposisikan sebagai integumen, dan (3) sel pial neural membentuk wilayah yang
menghubungkan bumbung neural dan epidermis, tapi sel-sel tersebut bermigrasi
ke lokasi baru dan akan menghasilkan neuron perifer dan glia, sel-sel pigmen
kulit, dan beberapa jenis sel lainnya.
Pada Mamalia, neurulasi sekunder diawali pada vertebrata sakral ekor,
setelah ektoderm neural diinduksi oleh notokord, neurulasi berlangsung di sebelah
anterior nodus hensen. Pelipatan (invaginasi) atau pelekukan keping neural terjadi
karena adanya kontriksi mikrofilamen di bagian apeks sel. Karena notokord
berpaut dengan keping neural yang berada tepat di atasnya oleh adanya anchoring
molekul sedangkan sel penyusun keping neural terus berproliferasi, maka tepi kiri
dan kanan keping neural akan terangkat dan melipat. Mekanisme pelekukan dan
pelipatan juga terjadi oleh berubahnya bentuk sel alas keping neural karena
konstriksi mikrofilamen di puncak sel (Lestari, et al., 2013).
Gambar (di nomerin ya de)....: Neurulasi primer. Pembentukan neural tube pada
embrio ayam atau pada mamalia (Winslow, 2001)

Pada Gambar .. menunjukkan neurulasi primer pada Aves maupun pada


Mamalia. Pada bagian tengah keping neural yang melekuk disebut MHP (Medium
Hinge Point/parit neural), sel-sel di area ini merupakan bagian dari nodus hensen.
Sel MHP ini akan bersinggungan dengan notokord, dan notokord menginduksi
sel-sel MHP sehingga bentuk sel menjadi lebih pendek namun keping neural
bagian lateral tidak mengalami perubahan bentuk. Karena semua sel selalu
bergerak dan membelah sehingga bagian lateral keping neural bergerak ke atas
membentuk lipatan neural (neural fold) yang ebrgerak semakin meninggi dan
terjadi secara kontinu dari sel epidermal bagian lateral yang bergerak ke arah
bagian dorsal. Penyatuan lipatan neural terjadi karena adanya kontak antara
bagian lipatan neural dengan bakal ektodermal, dan area lapisan sel ini disebut
DLHPs (Dorsal Lateral High Points). Sel-sel di area ini mengalami perubahan
bentuk yaitu menjadi berbentuk kubus karena ada hambatan oleh protein colchisin
dan cytochalasin yang dihasilkan oleh sel-sel DLHPs terhadap polimerasi
mikrotubul dan mikrofilamen, sehingga pemanjangan sel terhambat dan sel
mengalami perubahan bentuk menjadi pendek (berbentuk kubus). Selama
perubahan bentuk sel terjadi, gerakan pertumbuhan sel epidermal tetap
berlangsung dan berakhir pada penutupan keseluruhan dari lipatan neural
menghasilkan bumbung neural. Selanjutnya terjadi pemisahan bumbung neural
yang berbatasan dengan bakal ektodermal karena sel neural ini tidak lagi
melakukan aktivitas sintesis protein N-cadherin dan N-CAM yang berfungsi
untuk perlekatan antara sel, sehingga kedua lapisan sel tersebut menjadi terpisah.
Perkembangan embrio mamalia ada kemiripan dengan embrio ayam,
demikian pula yang terjadi pada neurulasi sekunder. Neurulasi sekunder terjadi di
daerah transisi wilayah di batas anterior dan posterior bumbung neural. Pada
embrio manusia, di daerah tersebut terdapat penggabungan rongga dan bumbung
neural yang terbentuk dari pertemuan lipatan neural. Nodus Hensen akan sampai
ke bagian posterior embrio, hal ini diperlihatkan adanya populasi prekursor sel-sel
bakal ektoderm neural dan mesoderm yang terdapat di daerah pemanjangan
embrio tersebut. (Lestari, et al., 2013).
Penutupan bumbung neural dapat terjadi tidak bersamaan, fenomena ini
dapat diperlihatkan pada perkembangan embrio mamalia yang menunjukkan
adanya penutupan bumbung neural di beberapa tempat sepanjang sumbu anterior-
posterior. Kegagalan penutupan pada derah neuropore posterior pada umur embrio
27 hari menyebabkan kecacatan yang disebut spina bifida, sedangkan kegagalan
penutupan bumbung neural di daerah neuropore anterior mengakibatkan an-
ensephali sehingga otak depan kontak dengan cairan amnion dan berakibat
degenerasi. (Lestari, et al., 2013).
A B
C D

E F

Gambar dinomerin de....: Neurulasi pada embrio manusia (A) embrio umur 16
hari, (B) embrio umur 18 hari, (C) embrio umur 19 hari, (D) embrio umur 20 hari,
(E) embrio umur 22 hari (8 somit) dari arah dorsal menunjukkan awal neurulasi.
Neuropore anterior dan posterior masih terbuka, (F) embrio pada hari ke 23
neurulasi, tampak neuropore anterior masih terbuka. (Sadler, 2005).
Gambar dinomerin de.... : Kelainan yang disebabkan karena kegagalan
penutupan bumbung neural (Winslow, 2001)

Perkembangan terhadap satu embrio berlangsung sefalokaudal yang


berarti tahap perkembangan didaerah kepala (sefal) atau anterior sudah lebih
lanjut daripada di bagian ekor (kauda) atau posterior. Mula-mula terdapat tiga
wilayah otak yaitu prosensefalon (otak depan), mesensefalon (otak tengah), dan
rombensefalon (otak belakang). Kemudian prosensefalon dan rombensefalon
masing-masing terbagi lagi menjadi dua wilayah sehingga terdapat 5 wilayah otak
yaitu telensefalon, dan diensefalon (dari prosensefalon), mesensefalon, serta
metensefalon dan mielensefalon (dari rombensefalon). Bumbung neural yang
terletak posterior dari otak berdiferensiasi menjadi medula spinalis (Surjono,
2001).
Gambar..... : Diferensiasi bumbung neural (Gibert, 2003)

Pembagian wilayah pada mesoderm pada mamalia, termasuk adanya


bagian ekstraembrio dan bagian intraembrio, serta notokord yang sejak awal tidak
menyatu dengan mesoderm paraksial , serupa dengan aves. Demikian pula dengan
pemisahan bagian ekstraembrio dari bagian intraembrio yang berlangsung melalui
pelipatan-pelipatan. Perbedaan utama yang tampak antara kedua kelompok
hewan ialah bahwa pada keping embrio mamalia terletak di dalam suatu bola
dengan trofoblas sebagai permukaanya. Selain itu, mesoderm paraksial pada
mamalia berbeda dari unggas karena pada awalnya tidak segmental. Baru
kemudian setelah menjadi somit tampak adanya segmentasi (Surjono, 2001).
Gilbert. 2003. Human Embryonic. (online) (http://dc172.4 shared.com/doc
/_7lovpn/preview.html), diakses pada 16 Oktober 2015
Lestari, U., Amy, T., Nursasi, H., Abdul, G. 2013. Struktur dan Perkembangan
Hewan II. Malang : Universitas Negeri Malang
Sadler, T.W. 2005. American Journal of Medical Genetics Part C: Seminars in
Medical Genetics. Embryology of Neural Tube Development Volume
135C, Issue 1 p: 2-8. Am J Med Genet C Semin Med Genet
Surjono, T.W. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Winslow, T. 2001. Development of Human Embryonic Tissues. (online)
(http://stemcells.nih.gov/info/scireport/appendixa.asp), diakses pada 16
Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai