Anda di halaman 1dari 20

19

Replikasi, Transkripsi dan Translasi


Polimerisasi Asam Nukleat
Pada kedua molekul DNA dan RNA, proses polimerisasi melibatkan
pembentukan ikatan fosfodiester. Ikatan ini terbentuk oleh gugus hidroksi yang
melekat pada karbon 3', molekul gula dari satu nukleotida dengan gugus fosfat
pada karbon S' molekul gula dan nekleotida lainnya dengan membebaskan satu
molekul air. Oleh karena itu, untai asam nukleat mempunyai orientasi kimia,
yaitu ujung 3' mempunyai gugus hidroksi bebas yang terikat pada karbon 3'
molekul gula dan ujung 5' mempunyai gugus fosfat pada karbon S' molekul gula.
Berdasarkan polaritas kimia ini ditetapkan konvensi penulisan dan pembacaan
urutan polinukleotida dari 5' ke 3'. Di dalam sel terdapat dua jenis reaksi
polimerisasi asam nukleat, yaitu sintesis RNA dan sintesis DNA. Karena sintesis
DNA (replikasi) diawali dengan sintesis RNA (transkripsi), maka di dalam
pembahasan, sintesis RNA dijelaskan terlebih dahulu.

Transkripsi
Proses sintesis molekul RNA menggunakan DNA sebagai templat
disebut transkripsi. Transkripsi dikatalisasi oleh suatu enzim yang dikenal
sebagai RNA polimerase. RNA polimerase pada bakteri terdiri atas dua subunit
 dan dua subunit . RNA polimerase bersama-sama dengan  (disebut
holoenzim) berjalan sepanjang molekul DNA untuk menemukan lokasi awal
transkripsi. Fungsi faktor  adalah membantu RNA polimerase untuk mengenali
suatu urutan tertentu pada molekul DNA yang menandai tempat awal transkripsi
(awal suatu gen) yang dikenal sebagai promotor. RNA polimerase bersama-sama
faktor  mengikat daerah promotor dengan kuat dan memisahkan untai ganda
DNA agar inisiasi transkripsi dapat terjadi. Setelah transkripsi dimulai, faktor 
terlepas dari RNA polimerase (RNA polimerase tanpa faktor  disebut core
enzyme) dan transkripsi berlangsung terus sampai mencapai suatu daerah pada
akhir gen yang disebut terminator. Urutan terminator menandai tempat akhir
20

transkripsi (akhir suatu gen). Terminator biasanya adalah urutan nukleotida yang
membentuk pasangan basa dan membentuk struktur stem-loop.

Gambar 2-1 . Proses transkripsi

Setiap organisme mempunyai sinyal transkripsi (promotor dan


terminator) yang spesifik. Sebagai contoh urutan promotor untuk Escherichia
coli adalah TTGACA (boks -35) TATAAT (boks -10) sedangkan promoter
untuk hewan adalah urutan variabel TATAAAT (boks -25). Promotor, operator
dan inisiator lokasinya relatif berdekatan satu sama lain, terpisah hanya
beberapa ratus pasangan basa. Situs pengontrol yang berlokasi beberapa ratus
atau ribuan pasangan basa dari promotor dikenal dengan enhaser. Situs
pengontrol lain adalah terminator yang member-1 kode kapan transkripsi
berakhir. Situs pengontrol ini fungsinya sama seperti atenuator pada prokariot.
21

Gen organisme prokariot pada umumnya mempunyai struktur yang


berbeda dengan gen organisme eukariot. Gen organisme prokariot bersifat
kontinyu, artinya seluruh nukleotida menspesifikasi asam amino, sedangkan
organisme eukariot bersifat tidak kontinyu, artinya tidak seluruh urutan nukleotida
menspesifikasi asam amino. Bagian gen vang menspesifikasi asam amino disebut
ekson, sedangkan yang tidak menspesifikasi asam amino disebut intron. Ekson
dan intron letalnya bergantian. Hasil transkripsi gen organisme prokariot dapat
langsung ditranslasi menjadi protein, sedangkan transkrip gen organisme eukariot
pada umumnya masih harus melalui proses tambahan untuk menghilangkan
intron. Transkrip yang mengandung intron disebut transkrip primer. Proses
penghilangan intron terjadi di dalam nukleus dan disebut dengan splicing.
Translrip bebas intron ini berfungsi sebagai mRNA yang kemudian ditranslasi
menjadi protein.
Pada proses transkripsi diperlukan beberapa komponen penting yang
meliputi promotor, terminator, templat DNA, deoksiribonukleat, RNA polimerase
dan faktor .

RNA Polimerase pada Organisme Eukariot


Pada eukariot terdapat 3 macam RNA polimerase yang terlibat pada proses
transkripsi. Ketiga RNA polimerase ini menginisiasi transkripsi dengan adanya
kombinasi spesifik dan faktor transkripsi dan aktivator transkripsi. RNA
polimerase (Pol I) terlibat dalam transkripsi gen 5,8S, 28S dan 18S rRNA.
Polimerase ini biasanya berasosiasi dengan kromosom pada inti. RNA polimerase
I memiliki sisi pengikatan yang bervariasi. RNA poiimerase II (Pol II) terlibat
dalam sintesis pre-mRNA yang terdiri atas coding region (ekson) dan non coding
region (intron). Pre-mRNA disintesis dalam inti menjadi mRNA matang yang
ditranslasi ke protein dalam sitoplasma. Sintesis pre-mRNA menyebabkan
eliminasi semua intron dan slicing ekson. Situs pengikatan RNA polimerase II
pada umumnya berupa urutan TATA yang disebut boks TATA. RNA polimerase
III (Pol III) mengenali promotor yang mengontrol sintesis RNA pendek seperti 55
22

rRNA, transfer RNA (tRNA), small nuclear RNA (smRNA) dan signal
recognition particle RNA (srpRNA). 55 rRNA merupakan bagian dari subunit
ribosom 60S.

Faktor Transkrtpsi pada Organisme Eukariot


Protein yang diperlukan untuk proses inisiasi pada transkripsi tetapi tidak
merupakan bagian RNA polimerase didefinisikan sebagai faktor transkripsi.
Faktor transkripsi iru mirip dengan faktor sigma pada prokariot. Faktor transkripsi
adalah aktivator yang berfungsi dalam sebuah promotor dan selalu berinteraksi
secara langsung dengan RNA polimerase. Faktor transkrip (IFs) mengenali situs
pengikatan aktivator dalam daerah promotor dan menstimulasi RNA polunerase
yang berikatan dengan promotor. Faktor transkripsi diproduksi secara konstitutif
karena sejumlah gen bergantung kepada faktor ini untuk ekspresinya.
Pengikatan RNA polimerase pada promotor bergantung kepada protein
yang disebut faktor transkripsi (IFs) seperti TFIID yang memiliki boks TATA.
TFIID adalah faktor transkripsi pertama yang berikatan sangat dekat dengan
promotor pada daerah inisiasi, sekitar -20 sampai - 10 pasangan basa sebelum sisi
awal transkripsi. Promotor dan faktor transkripsi bekerja bersama-sama dalam
menentukan RNA polimerase mana yang diikat dan gen yang ditranskripsi. TFIID
berikatan dengan boks TATA, oleh karena itu disebut juga TATA-boks binding
protein (TBP). Boks TATA disebut juga boks Higness. Boks TATA adaiah urutan
nukleotida yang khas terdapat dalam daerah promotor sel eukariot. Boks TATA
berlokasi di sekitar -25 pasangan basa dari sisi pengikatan RNA polimerase
dengan ketentuan urutan 5'T (C jG)TATA(T/A) AAA(T/C) A3'.
TFIID berfungsi mengorganisasikan faktor transkripsi yang lain yang
dibutuhkan untuk inisiasi sintesis RNA. Salah satu bagian TFIID adalah TFIIA
sementara bagian lain merupakan faktor jaringan tertentu (tissue-specificity
factor). Faktor ini merupakan suatu protein yang hanya diproduksi dalam sel
eukariot yang memiliki tipe jaringan tertentu. Pada transkripsi tingkat dasar
23

terbentuk kompleks antara TFIIA dengan TFIIB, TFIID, TFIIE dan RNA
polimerase II.

Enhaser
Enhaser merupakan daerah yang terletak jauh (di atas 10 kb) dari daerah
awal transkripsi. Enhanser dibutuhkan pada induksi operon ke tingkat yang lebih
tinggi. Enhanser dikenali oleh protein aktivator misalnya Ctf (NF-1) , Sp1, Spi-1
dan Oct-1. Ctf (NF- 1) berikatan dengan boks CAAT (GGCCAATCT), SpI
berikatan dengan boks G (GGGCGG), Spi-1 melekat pada boks PU (GAGGAA)
dan Oct-1 berinteraksi dengan boks AT-CAT (A'TTCAT) menyebabkan DNA
loop, sehingga protein aktivator berinteraksi langsung atau tidak langsung
dengan kompleks preinisiasi. Hal ini merupakan sinyak bagi RNA polimerase
untuk memulai sintesa RNA pada tingkat tinggi. Beberapa enhaser letaknya
relatif dekat dengan daerah promotor, boks CAAT biasanya berlokasi pada -75
pasangan basa sebelum daerah awal transkripsi.

Transkripsi Balik
Akhir-akhir ini telah ditemukan suatu proses yang merupakan kebalikan
transkripsi yang mampu mensintesis molekul DNA untai tunggal menggunakan
RNA sebagai templat. Proses ini disebut transkripsi balik dan dikatalisis oleh
enzim yang disebut reverse transkriptase. Molekul DNA untai tunggal tersebut
disebut cDNA (complementary DNA) dan dapat dibuat menjadi untai ganda
dengan bantuan enzim DNA polimerase.

Translasi
Proses selanjutnya setelah transkripsi adalah translasi. Proses translasi
berlangsung pada ribosom dan merupakan proses sintesis protein berdasarkan
informasi yang berada pada mRNA. mRNA yang ditranslasi harus terikat pada
ribosom dan pada organisme prokariot pada ujung 5'nya terdapat suatu urutan
yang mengenali ribosom. Urutan ini dikenal sebagai situs pengikatan ribosom
24

atau ribosom binding site (RBS). Ribosom terdiri atas dua subunit, yaitu subunit
besar dan subunit kecil. Struktur ribosom untuk organisme eukariot tidak sama
dengan struktur ribosom untuk organisme prokariot. Ribosom prokariot terdiri
atas subunit 30S dan 50S, sedangkan ribosom eukariot terdiri atas subunit 40S dan
60S. Proses translasi terdiri atas tiga subproses, yaitu inisiasi, elongasi dan
terminasi. Komponen pada tahap inisiasi organisme prokariot meliputi kodon
inisiasi (AUG), tiga faktor inisiasi, fMet-tRNA, subunit 30S dan 50S, dan GTP.
Untuk organisme eukariot, komponennya adalah kodon inisiasi (AUG), lima
faktor inisiasi, Met-tRNA, subunit 40S dan 60S, GTP dan ATP. TRNA inisiator
yang membawa anti kodon CAU akan menempati situs P pada ribosom. tRNA
kedua yang membawa anti kodon untuk kodon kedua memasuki situs A pada
ribosom. Asam amino yang dibawa oleh tRNA kedua akan membentuk ikatan
peptida dengan asam amino pertama. Setelah ikatan peptida terbentuk, tRNA
yang membawa kedua asam amino akan bertranslokasi dari situr A ke situs P.
Hal ini berlangsung terus menerus sampai mencapai suatu kodon (UAG,
UAA, UGA) yang tidak dikenali oleh anti kodon yang dibawa oleh tRNA. Ini
memberikan sinyal bahwa proses transisi telah berhenti. Kedua subunit ribosom
akan berdisosiasi dan polipeptida dibebaskan dari tRNA-nya.

Gambar 2-2. Proses Translasi


25

Komponen translasi meliputi ribosom, faktor inisiasi, faktor elongasi,


tRNA, GTP, ATP, mRNA, kodon inisiasi, kodon stop pada prokariot dan
eukariot serta situs pengikatan ribosom (RBS) pada prokariot.

Translasi pada Organisme Eukariot


Inisiasi translasi pada organisme eukariot mirip dengan inisiasi pada
organisme prokariot tetapi urutannya berbeda dan melibatkan faktor inisiasi
yang lebih banyak. Perbedaan tersebut disebabkan oleh karena perbedaan
struktur ribosom dan kedua organisme. Faktor inisiasi translasi untuk organisme
eukariot dinamai eIFs. Komponen pada tahap inisiasi organisme eukariot
komponennya adalah kodon inisiasi (AUG), lima faktor inisiasi (eIFl, eIF2,
eIF3, eIF4, eIFS), mettRNA, subunit 40S dan 60S, GTP dan ATP. Pada eukariot
inisiator aminoasil-tRNA, GTP dan eIF2 membentuk kompleks terlebih dahulu
sebelum berikatan dengan subunit 405. Setelah kompleks inisiasi terbentuk
proses translasi dilanjutkan dengan pemanjangan rantai polipetida (tahap
elongasi). Mekanisme elongasi pada organisme eukariot mirip dengan mekanisme
elongasi pada organisme prokariot. Tahap awal elongasi adalah pengikatan
aminoasil-tRNA pada situs A melalui penggabungan dengan kodon kedua mRNA.
Amoniasil-tRNA memasuki ribosom dengan bantuan faktor elongasi eEF-1
membentuk kompleks dengan GTP. Faktor elongasi merupakan protein yang
berasosiasi terus menerus dengan ribosom selama penambahan asam amino pada
rantai polipetida.
Pemanjangan rantai polipeptida berlangsung terus menerus sampai
mencapai kodon yang tidak dikenali oleh anti kodon yang di bawah oleh tRNA.
Sel prokariot dan sel eukariot tidak memiliki tRNA dengan antikodon yang
komplemen dengan sinyal terminasi, tetapi memiliki faktor terminasi (release
factor, RF) yang mengenali sinyal terminasi sintesis protein. Pada prokariot
terdapat dua faktor terminasi yaitu, RFI yang mengenali kodon UAA dan UAG
dan RF2 yang mengenali kodon UGA dan UAA, sedangkan pada organisme
eukariot hanya terdapat satu faktor terminasi yaitu RF yang mengenali ketiga
26

kodon stop UAG, UAA dan UGA. RE berikatan dengan kodon terminasi pada
situs A ribosom dan menstimulasi hidrolisis ikatan tRNA dan rantai polipeptida
pada situs P yang menyebabkan rantai polipeptida lepas dari ribosom, tRNA
dilepaskan serta subunit ribosom dan templat mRNA berdisosiasi.

Replikasi
DNA pada umumnya terdapat di dalam kromosom dan kromosom
terdapat di dalam inti sel. Seperti diketahui sel yang membelah selalu didahului
oleh pembelahan inti sel. Berarti kromosom itu membelah, demikian pula
molekul DNA.
Watson dan Crick mengetahui, bahwa sekali urutan nukleotida tertentu
terbentuk pada salah satu pita dari "double helix", maka urutan nukleotida pada
pita komplementernya dapat diketahui. Misalnya, salah satu pita dari "double
helix" terbaca sebagai 5' ...SAATASTAGA... 3' maka pita pasangannya terbaca
sebagai 3' .. GTTATGATST... 5'. Oleh karena itu Watson dan Crick berpendapat
bahwa apabila dua pita dari "double helix" tertentu melalui suatu proses dapat
dilepas berpilinnya dan kemudian dibiarkan dalam larutan yang mengandung
nukleotida, maka tiap pita tadi dapat berlaku sebagai contoh untuk terbentuknya
pita polinukleotida baru. Proses berlipat gandanya molekul DNA dinamakan
replikasi DNA.
Berdasarkan pengamatan beberapa ahli dikenal beberapa hipotesa
mengenai replikasi DNA, yaitu:
1. Secara semikonservatif, Double helix dari molekul DNA yang lama
membuka dengan perantaraan enzim, kemudian di samping tiap pita yang
lama dibentuk pita DNA baru.
2. Secara konservatif, molekul DNA yang lama tetap, artinya double helix tidak
membuka. Di samping molekul DNA yang lama dibentuk molekul DNA baru.
3. Secara dispersif, molekul DNA putus menjadi beberapa bagian dan untuk
potongan-potongan itu dibentuk DNA baru.
27

Replikasi DNA in Vivo


Untuk menjamin agar setiap sel mengandung kromosom yang identik
dengan sel asalnya, proses duplikasi (replikasi) kromosom harus terjadi setiap saat
sebelum pembelahan sel. Replikasi diawali dengan denaturasi/pemisahan lokal pada
kedua untai molekui DNA. Urutan tempat awal terjadinya denaturasi lokal disebut
dengan origin of replication (ORI). Setiap untai DNA berfungsi sebagai cetakan
(templat) untuk pembentukan molekul DNA baru. Proses penambahan deoksiribosa
nukleosida trifosfat dikatalis oleh suatu enzim yang disebut DNA polimerase.
Hanya nukleotida yang komplemen dengan nukleotida pada DNA templat yang
ditambahkan oleh enzim DNA polimerase. DNA polimerase mempunyai
keterbatasan yaitu hanya dapat menambahkan nukleotida bila terdapat gugus
hidroksi bebas pada karbon 3 pada nukleotida sebelumnya. Oleh karena itu, proses
polimerisasi memerlukan primer (suatu oligonukleotida yang merupakan molekul
RNA) yang menyediakan gugus hidroksi tersebut.
Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa komponen proses replikasi
meliputi ORI, templat DNA, deoksiribosa nukleotida trifosfat (dNTP), enzim
DNA polimerase, serta primer.

Replikasi DNA pada Eukariot


Replikasi DNA pada sel eukariot juga dimulai pada situs replikasi asal
(origin of replication) yang dilambangkan dengan oriR. Daerah replikasi pada
eukariot disebut juga autonomously replicating sequences (ARS) yang terdiri atas
dua daerah, A dan B, yang berikatan dengan sejumlah protein. Daerah A pada
sel eukariot berikatan dengan faktor transkripsi seperti E2F (topoisomerase,
helikase dan RNA polimerase). Daerah B berikatan dengan aktivator transkripsi
seperti Oct-1 dan AP-1, Fos dan Jun atau CTF dan NF-1, bergantung kepada
ARS. Inisiasi replikasi DNA hanya dapat terjadi setelah gen aktivator transkripsi
diekspresikan. Pada umumnya, ekspresi aktivator transkripsi diinduksi oleh
peptida atau steroid yang disebut faktor pertumbuhan. Interaksi antara aktivator
transkripsi dan faktor transkripsi menyebabkan pemisahan untai DNA di daerah
28

oriR dan terjadi inisiasi sintesis RNA. RNA yang disintesis ini dapat digunakan
sebagai primer untuk sintesis untai berikutnya.
Sel eukariot memiliki sejumlah besar DNA kromosom untai ganda linier
yang masing-masing memiliki daerah oriR . Daerah ini berlokasi pada setiap
pengulangan 10.000 pasangan basa. Jadi jika suatu kromosom memiliki panjang
100.000 pasangan basa (mengkode 10.000 gen), maka dapat diduga kromosom
ini memiliki 10 daerah oriR. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian,
karena kromosom eukariot dapat memiliki daerah oriR lebih banyak dari yang
diduga berdasarkan perhitungan jumlah per genom pada prokariot.
Enzim yang terlibat pada replikasi DNA eukariot mirip dengan enzim
yang terlibat pada replikasi DNA prokariot. Sel eukariot mempunyai 5 macam
DNA polimerase :  dan , sedangkan sel prokariot memiliki 3 macam,
yaitu DNA polimerase I, II dan III. DNA polimerase I dan II pada prokariot
terlibat dalam perbaikan kerusakan DNA sedangkan DNA polimerase III
berfungsi pada replikasi DNA. Pada sel eukariot DNA polimerase (x) juga
terletak dalam inti. DNA polimerase  (Pol ) berfungsi dalam replikasi untai
lagging dalam inti dan bekerja sama dengan Pol . DNA polimerase  bekarja
untuk mengisi gap (celah) dan perbaikan DNA dalam inti. Pol  bekerja untuk
replikasi untai leading dalam inti dan bekerja dengan Pol . Pol  bekerja untuk
mengisi gap dan perbaikan DNA dalam inti.

Telomer
Pada setiap ujung kromosom eukariot terdapat suatu struktur yang
disebut telomer. Struktur ini mengandung urutan nukleotida pendek yang
berulang dalam jumlah besar. Pada beberapa kasus, ujung setiap untai terikat
secara kovalen yang berfungsi untuk melindungi ujung kromosom dari degradasi
oleh eksonuklease.
Untuk menyelesaikan replikasi kromosom, primer RNA pada setiap ujung
kromosom harus dihilangkan dan diganti oleh DNA. Suatu DNA polimerase yang
dinamai telomerase terlibat dalam proses ini. Telomerase terdiri atas protein dan
29

templat RNA. Templat ini dikopi menjadi DNA oleh bagian protein dari
telomerase.
Suatu model mengusulkan bahwa primer RNA pada ujung 5' untai didigesti
oleh eksonuklease. Telomerase kemudian menempel pada urutan S'TTGGGG 3'
DNA melalui subunit templat RNA yang komplemen (3' AAAACCCCAACUUA
5). Bagian protein telomerase membaca templat subunitnya, mengkatalisis
penambahan pengulangan lain yaitu 5' TTGGGG 3'. Dalam beberapa kasus, DNA
yang baru disintesis ini dapat membentuk struktur hairipin yang berfungsi
sebagai primer baru. Urutan G yang berturut-turut dapat terlibat dalam pemasangan
basa non-Watson-Crick dapat melibatkan pasangan basa selain antara A - T dan
G - C. Aktivitas DNA polimerase  atau  pengisian celah (gap filling)
menggunakan ujung 3' hidroksi bebas pada ujung struktur hairipin sebagai primer.

DNA Mitokondria
Semua mitokondria mengandung kromosom DNA berbentuk sirkular,
beruntai ganda yang menspesifikasi semua tRNA, semua rRNA, dan beberapa
protein yang diperlukan dalam organel tersebut. Organel ini dapat mengandung
50-100 kromosom. DNA mitokondria dalam sel hewan menspesifikasi 3 rRNA
(5S, 16S dan 23SrRNA) dalam ribosom mitokondria, 22-30 tRNA yang
diperlukan dalam sintesis protein, dan 13-15 protein yang berfungsi sebagai
komponen struktur dan enzim. Tergantung pada organisme, satu polipeptida
adalah sitokrom b, 4 protein merupakan komponen sitokrom c oksidase, 3 sampai
4 merupakan subunit kompleks ATPase, dan 6-7 protein pembentuk NADH
reduktase. Satu protein ribosom dilaporkan dispesifikasi oleh beberapa
mitokondria. Semua protein lainnya dikode oleh genom inti, disintesis di ribosom
sitoplasma, dan ditransport ke dalam mitokondria.
Kromosom mitokondria pada hewan termasuk yang berukuran terkecil,
mempunyai ukuran berkisar antara 16-20 kilobasa. Bandingkan ini dengan
kromosom E.coli yang berukuran 5000 kilobasa.
30

Repikasi DNA Mitokondria


Dua untai kromosom mitokondria dapat dibedakan tergantung pada
densitasnya. Untai ringan (Iight = L) berfungsi sebagai templat untuk sintesis
kontinyu untai berat (heavy--H) pada origin of replication yang berhubungan
dengan promoter transkripsi pada rantai L. Inisiasi sintesis primer oleh RNA
polimerase membutuhkan faktor transkripsi, topo-isomerase dan helikase. Namun
demikian, belum satupun enzim ini dikarakterisasi. Replikasi DNA dikatalisis
oleh DNA polimerase  dimulai pada primer RNA. Awalnya replikasi DNA
searah (unidirectional) karena ori-2 pada untai H tidak dapat digunakan sebagai
templat sampai DNA berbentuk untai tunggal oleh sintesis DNA yang searah
dimulai pada ori- 1. Sekitar 2/3 kromosom, unwinding membuka ori yang kedua
(ori-2) untuk replikasi menggunakan untai H sebagai templat. Sintesis DNA
pada untai H bersifat kontinyu dan arahnya berlawanan terhadap sintesis pada
untai L. Bila replikasi DNA menggunakan untai L sebagai templat hampir
selesai, kromosom yang baru terbentuk lepas dari kromosom yang belum selesai.
Enzim topoisomerase diperlukan untuk separasi ini. Selain itu, suatu nuclease
dan repair enzyme diperlukan untuk mengeliminasi primer RNA pada awal
setiap untai karena DNA polimerase 7 tidak mempunyai aktivitas eksonuklease
5'  3'. Namun demikian sampai saat ini enzim tersebut belum diketahui. Enzim
ligase kemudian memperbaiki celah pada DNA untai tunggal. Kedua untai DNA
yang baru disintesis secara kontinyu (seperti leading strand), dan tidak ada
fragmen Okasaki.
31

Gambar 2-3. The Central Dogma of Moleculer Biology


Aliran Informasi genetik : DNA - RNA - Protein

Gambar 2-4. RNA Synthesis and Processing


Transkripsi pada Organisme Eukariot
32

Gambar 2-5. Sintesis protein. Transkripsi dan Translasi pada Eukariot yang
Mengalami Translasi hanya mRNA, rRNA dan tRNA sudah
langsung dapat berfungsi.

Gambar 2-6. Kode Genetik dan Interaksi tRNA-RNA.


33

Regulasi
Tidak semua jenis protein dapat disintesis pada kondisi sama.
Terdapat sistem kompleks regulasi yang mengontrol terjadinya sintesis
protein. Sejumlah protein (inducible) hanya disitesis jika terdapat molekul
kecil yang disebut inducer. Biasanya inducer menyerupai substrat enzim
dan mengakibatkan pembentukan enzim jika dibutuhkan.
Kelompok enzim lain disebut repressible; hanya disintesis jika tidak
terdapat molekul kecil spesifik, umumnva hasil biosintesis. Enzim represi
dan enzim induksi, memiliki dasar yang sama berhubungan dengan
mekanisme yang mengatur sintesis mRNA. Sebagai contoh kegiatan gen lac
operon dalam mengatur pembentukan enzim -galaktosidase agar dapat
menguraikan laktosa untuk kebutuhan metabolisme, demikian juga
sebaliknya.

Mutasi
Mutasi dikelompokkan berdasarkan :
a. Ukuran
 Poin mutasi : suatu perubahan pada sebagian kecil segmen DNA,
biasaya yang terjadi pada suatu nukleotida tunggal atau pasangan
nukleotida.
1) Samasense (silent) mutasi: perubahan pada suatu kodon (biasanya
pada posisi ketiga) yang gagal untuk memindahkan asam amino
spesifik dari tempat yang tidak mengalami mutasi.
2) Nonsense mutasi: Suatu pemendekan produk protein, pada signal
rantai terminasi.
3) Missense mutasi: Suatu perubahan urutan asam amino dengan asam
amino yang mengalami salah cetak ditempatkan pada rantai
polipeptida.
34

4) Frameshif mutasi: Suatu pergeseran reading frame, menghasilkan


sejumlah kodon missense dan nonsense melalui sisa cistron.
 Cross mutasi: Perpindahan yang melibatkan lebih dari satu pasangan
nukleotida, dapat masukan gen, kromosom, atau rangkaian kromosom
(pada eukariota).

b. Kualitas
 Struktural mutasi: perubahan pada nukleotida yang mengandung gen.
 Substitusi mutasi: Penggantian satu nukleotida untuk yang lainnya.
 Delesi mutan: kehilangan beberapa bagian suatu genetik
 Insersi mutan: Penambahan satu atau lebih ekstra nukleotida terhadap
suatu gen.

Penyusunan kembali mutasi, merupakan perubahan lokasi suatu gen dalam


genom, sering diikuti oleh " efek posisi", antara lain:
 Dalam suatu gen, dua mutasi dalam gen yang sama fungsinya dapat
menghasilkan efek yang berbeda, tergantung pada terjadinya apakah pada
posisi cis atau trans.
 Sejumlah gen tiap kromosom, efek fenotif berbeda dapat dihasilkan jika
sejumlah gen yang mengalami replikasi non equivalen pada kromosom
homolong (pada eukariotik).
 Pergerakan lokus gen dapat menghasilkan fenotif baru, khususnya ketika
gen dipindahkan dekat heterokromatin.

c. Asal Mutasi
Berdasarkan asalnya mutasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bagian yaitu:
 Mutasi spontan, yang awalnya tidak diketahui dan sering disebut dengan
"backgrooun mutation".
35

 Genetik kontrol, merupakan mutabilitas beberapa gen yang diketahui dapat


disebabkan oleh "mutator gen" lain.
 Mutasi terinduksi, dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang tidak normal,
misalnya : radiasi, mutagen senyawa kimia.

Gambar 2-7. Strategi Virus RNA dan DNA dalam Transkripsi dan Replikasi
36

Gambar 2-8. Struktur Virus Polio

Gambar 2-9. Siklus Satu Sel Virus Polio


37

Gambar 2-10. Struktur Virus Influenza

Gambar 2-11. Siklus Satu Sel Virus Influenza


38

Gambar 2-12. Struktur Retrovirus

Gambar 2-13. Siklus Satu Sel Retrovirus

Anda mungkin juga menyukai